30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian Sifat Fisik Virgin Coconut Oil
Pengujian sifat fisik VCO diperlukan untuk verifikasi terhadap VCO yang digunakan sebagai fase minyak dalam penelitian ini. Verifikasi ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas dari VCO karena pihak produsen belum melakukan pengujian sifat fisik VCO. Verifikasi VCO yang dilakukan meliputi
pengukuran kerapatan, viskositas dan indeks bias. 1.
Kerapatan Pengukuran
kerapatan VCO
dilakukan dengan
menggunakan piknometer. Pengukuran ini dilakukan pada suhu kamar 30
C dengan suhu percobaan 25
C. Menurut aturan standar APCC 2004, kerapatan relatif VCO adalah 0,915-0,920 sementara kerapatan VCO pada suhu 30
C yang didapatkan dari penelitian ini sebesar 0,839 gml±0,01.
2. Viskositas
Pengukuran viskositas
VCO dilakukan
dengan menggunakan
viskometer Ostwald. Pemilihan viskometer ini dikarenakan VCO memiliki wujud cair. Viskometer ostwald termasuk jenis viskometer kapiler. Prinsip
kerjanya adalah dengan mengukur waktu yang dibutuhkan VCO untuk lewat antara dua tanda ketika mengalir karena pengaruh gravitasi melalui suatu
tabung vertikal. Dasar yang dipakai adalah hukum Poiseulle. Pengukuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viskositas VCO ini dilakukan pada suhu 30 C. Viskositas VCO didapatkan
sebesar 29,01 cP±0,21. 3.
Indeks bias Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan
pada suatu medium yang cerah. Indeks bias tersebut pada minyak digunakan pada pengenalan unsur kimia dan untuk menguji kemurniannya. Pengukuran
indeks bias dilakukan dengan refraktrometer. Menurut aturan standar APCC 2004, indeks bias VCO sebesar 1,4480-1,4492 sementara dari hasil
penelitian diperoleh indeks bias VCO dari lima kali replikasi didapatkan sebesar
1,4545±0,00.
B. Pembuatan Losion Tahap I dan Evaluasi Stabilitas Fisik
Pada pembuatan losion ini dibagi menjadi dua fase. Fase pertama fase minyak dibuat dengan mencampurkan VCO dengan cetyl alcohol hingga pada
suhu 40 C terlebih dahulu. Suhu pencampuran maksimal 40
C untuk menjaga struktur asam laurat pada VCO Shilhavy, 2005. Kemudian fase kedua fase
air yakni campuran antara aquadest dengan polysorbate 80 yang telah dipanaskan hingga suhu 40
C ditambahkan pada fase pertama secara perlahan- lahan sambil di-homogenizer dengan kecepatan rendah. Tujuan pemanasan
tersebut dilakukan agar tidak terjadi shock thermal antara fase I dan fase II. Polysorbate 80 merupakan surfaktan yang memiliki hidrofilisitas yang
tinggi. Penggunaan polysorbate 80 memfasilitasi proses pencampuran karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terdapat a bulky hydrophilic head group yang bergerak bebas pada antarmuka sehingga penetrasi rantai minyak lebih baik pada surfactant tails Bjorkegren,
Karimi, Martinelli, Jayakumar dan Hashim, 2015. Cetyl alcohol bertindak sebagai co-surfactant yang dapat mengurangi
tegangan permukaan dan meningkatkan fleksibilitas dari interfacial film. Cetyl alcohol bekerja dengan berpenetrasi pada hydrophobic core dan menurunkan
hidrofobisitasnya sehingga dapat meningkatkan stabilitas pada losion VCO Jaworska, Sikora, Ogonowski dan Konieczna, 2015.
Pada tahap I ini dibuat losion pada lima nilai HLB dengan rentang yang lebar. Nilai HLB yang dipilih adalah 6, 8, 10, 12 dan 14. Masing-masing
formula yang dibuat kemudian dievaluasi stabilitas fisiknya. Hasil akhir yang diinginkan dari evaluasi stabilitas fisik ini adalah diperoleh nilai HLB kira-kira
yakni nilai HLB kasar yang menghasilkan losion dengan stabilitas fisik yang paling baik. Evaluasi stabilitas fisik yang dilakukan meliputi:
1. Determinasi tipe emulsi
Determinasi ini bertujuan untuk mengetahui tipe emulsi yang terjadi dari pembuatan losion pada kelima nilai HLB. Metode yang digunakan ada
dua yakni metode pewarnaaan dan metode pengenceran. Penggunaan dua metode ini bertujuan untuk mengkonfirmasikan dan menegaskan hasil yang
diperoleh dari metode lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Metode pewarnaan
Metode pewarnaan ini dilaksanakan dengan penambahan pewarna biru metilen yang hanya larut pada fase polar air dan sudan III yang
hanya larut dalam fase non polar minyak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa losion pada kelima formula terwarnai biru secara
homogen dengan biru metilen tetapi formula losion dengan nilai HLB 8, HLB 10, HLB 12 dan HLB 14 tidak terwarnai secara homogen dengan
sudan III sementara pada HLB 6 dapat terwarnai dengan sudan III. Hasil serupa juga ditunjukkan pada pengujian di minggu kedua. Kesimpulan
yang dapat diambil adalah formula HLB 8, 10, 12 dan 14 memiliki tipe emulsi MA dan tidak mengalami inversi setelah penyimpanan selama
14 hari sedangkan untuk formula HLB 6 belum dapat diambil kesimpulan mengenai tipe emusinya.
Tabel IV. Hasil uji metode pewarnaan
Formula Biru metilen
Sudan III Tipe
Sebelum penyimpanan
Sesudah penyimpanan
Sebelum penyimpanan
Sesudah penyimpanan
HLB 6 +
+ +
+ belum
dapat ditentu-
kan HLB 8
+ +
- -
MA HLB 10
+ +
- -
MA HLB 12
+ +
- -
MA HLB 14
+ +
- -
MA
Keterangan: + = terwarnai homogen -
= tidak terwarnai homogen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Metode pengenceran
Metode pengenceran dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi yang terbentuk pada losion VCO. Prinsipnya adalah emulsi tipe MA
dapat diencerkan dengan air dan emulsi tipe AM dapat diencerkan dengan minyak. Medium yang digunakan dalam pengujian ini adalah
air.
Tabel V. Hasil uji metode pengenceran
Formula Sebelum penyimpanan
Sesudah penyimpanan
HLB 6 -
- HLB 8
+ +
HLB 10 +
+ HLB 12
+ +
HLB 14 +
+
Keterangan: + = terencerkan dengan air - = tidak terencerkan dengan air
Hasil pengujian menunjukkan bahwa losion pada formula HLB 8, 10, 12 dan 14 dapat diencerkan dengan air secara merata. Hasil
serupa juga ditunjukkan setelah masa penyimpanan selama 14 hari. Hasil ini menunjukkan bahwa losion yang dibuat pada keempat nilai
HLB tersebut memiliki tipe MA dan tidak mengalami inversi setelah penyimpanan selama 14 hari. Sedangkan pada HLB 6 baik
sebelum maupun sesudah masa penyimpanan selama 14 hari, losion tidak dapat terencerkan dengan air. Hasil ini menunjukkan bahwa
losion yang dibuat memiliki tipe AM dan tidak mengalami inversi setelah penyimpanan selama 14 hari.
2. Pemisahan fase
Uji pemisahan fase merupakan salah satu parameter evaluasi stabilitas fisik losion. Uji pemisahan fase dilakukan dengan mengukur tinggi
pemisahan emulsi dalam tabung berskala setiap hari selama 14 hari. Semakin mendekati 1 nilai rasio pemisahan fasenya maka emulsi makin stabil. Data
pemisahan fase disajikan dalam nilai F, yang menunjukkan rasio antara tinggi emulsi yang masih stabil dengan tinggi emulsi awal.
Pemisahan fase pada penelitian ini diamati pada suhu kamar 28 C
untuk menghilangkan pengaruh suhu dan tidak dalam keadaan diberi tekanan. Uji stabilitas pada kondisi ini akan memberikan keuntungan yakni
hasil yang diperoleh merupakan gambaran yang sebenarnya dari stabilitas emulsi. Kekurangan dari metode ini adalah dibutuhkan waktu yang lama
untuk pengujian stabilitas. Menurut hukum Stokes, laju pemisahan fase dipengaruhi oleh diameter
droplet, viskositas medium dan perbedaan densitas antara fase dispers dan medium dispers. Losion dengan HLB 6 mempunyai konsistensi yang paling
kental dibanding keempat nilai HLB yang lain. Konsistesi yang makin kental, viskositas medium semakin besar sehingga kecepatan rasio
pemisahan fase menurun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 5. Hubungan waktu penyimpanan terhadap rasio pemisahan
Gambar 5 menunjukkan bahwa losion dengan nilai HLB 6 adalah losion yang paling stabil karena dengan penyimpanan selama 14 hari tidak terjadi
pemisahan. Sementara pada keempat nilai HLB yang lain terjadi penurunan rasio pemisahan selama masa penyimpanan. Oleh karena itu, nilai HLB 6
– HLB 8 dipilih sebagai nilai HLB kira-kira untuk pembuatan losion tahap II.
Persamaan garis lurus antara nilai HLB dengan nilai F sesudah penyimpanan memberikan nilai R
2
0,588 dengan P-value sebesar 0,000 α
yang artinya kontribusi nilai HLB signifikan dalam memprediksi nilai rasio PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemisahan. Persamaan garis regresi menggunakan metode kuadrat terkecil least squares method yang didapat adalah Y = 1,109
– 0,089X. Data pengukuran rasio pemisahan dilakukan analisis statistik dengan
taraf kepercayaan 95. Pertama kali dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui model distribusi yang diperoleh. Data yang didapatkan
tidak terdistribusi normal nilai signifikansi 0,000 α sehingga dilakukan uji Friedman untuk mengetahui pengaruh antara nilai HLB dan waktu
penyimpanan terhadap rasio pemisahan. Pada Lampiran 8 tercantum nilai signifikansi sebesar 0,000 α yang menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan antar nilai HLB dengan ratio pemisahan. Analisis dilanjutkan dengan uji mann-whitney untuk mengetahui adanya
perbedaan yang signifikan diantara dua rata-rata nilai F. Hasil uji mann- whitney pada Lampiran 9 menunjukkan
nilai signifikansi α menunjukkan bahwa perbedaan diantara dua rata-rata nilai F signifikan pada suhu kamar,
terkecuali pada nilai HLB 10 dan HLB 12 tercantum nilai signifikansi α
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua rata-rata nilai F pada suhu kamar.
C. Pembuatan Lotion Tahap II dan Evaluasi Stabilitas Fisik