PRINSIP DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURI
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan diwujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Maka pada makalah akan membahas tengtang prinsip pengembangan kurikulum dan beberapa pendekatan yang digunakan dalam rangka mengembangkan kurikulum pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ?
(2)
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui prinsip prinsip pengembangan kurikulum
(3)
BAB II PEMBAHASAN A. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki arti yaitu dasar, asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir, bertindak, dsb).1 Prinsip
adalah suatu pernyataan atau kebenaran yang dijadikan seseorang atau kelompok sebagai suatu pedoman untuk berfikir atau bertindak.
Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan dan kreasi elemen-elemen kurikulum. Agar dalam proses pengembangan kurikulum itu bisa berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam bekerjanya para pengembang kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dengan merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum akan bisa bekerja secara mantap, terarah, dan dengan hasil yang bisa dipertanggung jawabkan.2
Prinsip pengembangan kurikulum menunjuk pada pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum planning), yang pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan ciri dari hakikat kurikulum itu sendiri.
2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Selama terjadinya perkembangan dan pengembangan kurikulum sekolah di Indonesia, masing-masing mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang berbeda. Namun sasaran yang hendak dicapai adalah sama, yaitu dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan Pancasila dan
1 Inda Putri Manroe, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Greisinda Press, 2002), h. 313
2 Anita Tarmizi, “Prinsip Pengembangan Kurikulum” dalam http://aadesti.blogspot.co.id diakses 8 Oktober 2015
(4)
UUD 1945 yang diacukan pada kerangka dasar pembangunan nasional yang tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara.3
Beberapa prinsip pengembangan kurikulum yaitu prinsip umum, prinsip khusus dan prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.
a. Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum meliputi: 1) Prinsip Relevansi
Menurut Tedjo Narsoyo prinsip relevansi terdiri atas dua jenis, yaitu relevansi ke luar (eksternal) dan relevansi di dalam (internal).4
Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Sedangkan relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian.
Ahmad berpendapat pendidikan dikatakan relevan jika hasil pendidikan tersebut berguna secara fungsional bagi masyarakat. Masalah relevansi pendidikan dengan masyarakat dalam pembicaraan ini adalah bekenaan dengan:
a) Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik berarti bahwa dalam mengembangkan kurikulum atau dalam menetapkan pengajaran yang diajarkan hendaknya dipertimbangkan atau disesuaikan dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik.
b) Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang
Bahwasanya yang diajarkan kepada peserta didik pada saat ini hendaknya bermanfaat baginya untuk menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.
c) Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja
3 M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 66
4 Tedjo Narsoyo Reksoatmojo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 150-151
(5)
Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja bukan hanya dari segi bahan atau isi, tetapi juga menyangkut segi belajar dan pengalaman belajar.
d) Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Maksudnya pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dan bahkan memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.5
2) Prinsip Efisiensi
Prinsip efisien yaitu kurikulum hendaknya mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber-sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler memadai dan memenuhi harapan.6
Untuk menyelesaikan suatu program diperlukan waktu, tenaga dan biaya yang kadang-kadang sangat besar jumlahnya. Yang kesemuanya itu sangat bergantung kepada banyak program yang akan diselesaikan.7
3) Prinsip Efektifitas
Prinsip efektivitas artinya kurikulum dalam pengembangannya mengusahakan agar dapat membuahkan hasil atau mencapai tujuan tanpa ada kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan atau dapat diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.8
Prinsip ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi proses mengacu pada keefektifan proses pembelajaran sebagai real curriculum (keefektifan guru mengajar dan keefektifan peserta didik belajar), sedangkan dimensi produk mengacu pada hasil yang ingin dicapai.9
4) Prinsip Fleksibilitas
5 Ahmad, Pengembangan…, h. 67-68
6 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 33
7 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 111-112
8 Ahmad, Pengembangan…, h. 69
(6)
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur, tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya. Para pengembang kurikulum harus memperhatikan dan mengusahakan agar pendidikan dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dan manusia seutuhnya.
Kurikulum harus dikembangkan secara lentur dalam dimensi proses maupun dimensi hasil yang diharapkan. Dalam dimensi proses, guru harus fleksibel mengembangkan program pembelajaran, terutama penggunaan strategi, pendekatan, metode, media pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian. Peserta didik juga fleksibel memilih program pendidikan. Begitu juga hasil yang diharapkan, tidak hanya untuk satu jenis pekerjaan tertentu saja, tetapi bisa juga untuk pekerjaan yang lain. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan dan latar belakang anak.10
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi :
a) Fleksibel bagi guru, artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagu guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.
b) Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.11
5) Prinsip Integritas
Prinsip ini mengusahakan dalam pengembangan kurikulum harus berdasarkan suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Implikasinya adalah para pengembang kurikulum harus memperhatikan dan mengusahakan agar pendidikan dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dan manusia seutuhnya.12
6) Prinsip Kontinuitas
10 Reksoatmojo, Pengembangan Kurikulum…, h. 151
11 Ecky Aulia Putri, “Prinsip-prinsip kurikulum” dalam http://eckyaulia.blogspot.co.id diakses pada 10 Oktober 2015
(7)
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum dalam pengembangannya merupakan bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya, baik secara vertikal (bertahap, berjenjang) maupun secara horizontal. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.13 Sehingga kurikulum harus dikembangkan secara
berkesinambungan, baik sinambung antarmata pelajaran, antarkelas maupun antarjenjang pendidikan.14
Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah (pendidikan) dan bidang studi ini berarti bahwa kurikulum harus disusun mempertimbangkan:
a) Bahan pelajaran yang diperlukan sekolah yang lebih tinggi harus sudah diajarkan di sekolah sebelumnya, misalnya pelajaran tentang angka.
b) Bahan pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah lebih rendah tidak perlu diajarkan bagi sekolah yang lebih tinggi.
c) Pengembangan perlu dilakukan serempak dan bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerjasama antara para pengembang kurikulum.15
7) Prinsip Sinkronisasi
Prinsip sinkronisasi artinya kurikulum dikembangkan dengan usaha agar semua kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler serta pengalaman belajar lainnya dapat serasi, selaras, seimbang, searah, dan setujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat, berlawanan dan mematikan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya termasuk dengan kegiatan ekstra dan kokurikuler.
8) Prinsip Obyektivitas
Prinsip obyektivitas artinya kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahakan agar semua kegiatan (intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler) dilakukan dengan tatanan kebenaran
13 Wahidmurni, Pengembangan Kurikulum IPS & Ekonomi di Sekolah/Madrasah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h. 61
14Ibid
(8)
ilmiah serta mengesampingkan pengaruh-pengaruh subyektivitas, emosional, dan irasional.
9) Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi memiliki arti bahwa dalam pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung tinggi keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik. Dalam praktiknya, pengembangan kurikulum hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insane yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya.16
b. Prinsip Khusus
Di samping prinsip-prinsip umum di atas, ada juga prinsip-prinsip khusus yang bersumber dari anatomi kurikulum, yaitu:
1) Prinsip-Prinsip Tujuan Kurikulum
Prinsip yang berorientasi pada tujuan berarti bahwa sebelum ditentukan, langkah pertama yang perlu dilakukan oleh seseorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Prinsip ini ditinjau dari tujuan sebagai salah satu komponen pokok dalam pengembangan kurikulum.17 Tujuan yang dimaksud meliputi tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran umum, dan tujuan pembelajaran khusus (behavioral objective). Tujuan pendidikan harus mencakup semua aspek perilaku peserta didik, baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.18 Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat
umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.19
Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:20
16 Zainal Arifin, Konsep dan Model…, h. 35
17 Zainal Arifin, Konsep dan Model…, h. 38
18Ibid., h. 31
19 Reksoatmojo, Pengembangan Kurikulum…, h. 152
(9)
a) Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga Negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan;
b) Survei mengenai presepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka;
c) Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa;
d) Survei tentang manpower;
e) Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama; f) Penelitian.
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional.21 Tujuan
kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dari jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai; yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
2) Prinsip-Prinsip Isi Kurikulum Prinsip ini menunjukkan:22
a) Isi kurikulum harus mencerminkan falsafah dan dasar suatu Negara;
b) Isi kurikulum harus diintregasikan dalam nation dan character building;
c) Isi kurikulum harus mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya agar peserta didik memiliki mental, moral, budi pekerti luhur, tinggi keyakinan agamanya, cerdas, terampil, serta memiliki fisik yang sehat dan kuat;
d) Isi kurikulum harus mempersiapkan sikap dan mental peserta didik untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab dalam masyarakat; e) Isi kurikulum harus memadukan teori dan praktik;
21 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 31
(10)
f) Isi kurikulum harus memadukan pengetahuan, keterampilan dan sikap dan nilai-nilai;
g) Isi kurikulum harus diselaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern;
h) Isi kurikulum harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat;
i) Isi kurikulum harus dapat mengintegrasikan kegiatan intra, ekstra dan kokurikuler;
j) Isi kurikulum harus memungkinkan adanya kontinuitas antara satu lembaga dengan lembaga pendidikan lainnya; dan
k) Isi kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi setempat.
Memilih dan menentukan materi, isi, atau bahan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal berikut:23
a) Penjabaran tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar ke dalam bentuk perbuatan belajar yang khusus, nyata dan operasional; b) Isi materi pembelajaran harus meliputi tiga ranah yaitu ranah
pengetahuan (cognitive), ranah sikap (affective), dan ranah keterampilan (phychomotoric);
c) Unit-unit bahan pembelajaran harus disusun dalam urutan (sequence) yang logis dan sistematis.
3) Prinsip-Prinsip Didaktik-Metodik Prinsip ini meliputi:24
a) Semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan harus fungsional dan praktis;
b) Pengetahuan dan kegiatan harus diselaraskan dengan taraf pemahaman dan perkembangan peserta didik;
c) Guru harus membangkitkan dan memupuk minat, perhatian, dan kemampuan peserta didik;
d) Penyajian bahan pelajaran harus berbentuk jalinan teori dan praktik;
e) Dalam pembelajaran, guru harus dapat membentuk perpaduan antara kegiatan belajar individual dengan kegiatan belajar kelompok;
23 Zaini, Pengembangan…, h. 113-114
(11)
f) Guru harus dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai peserta didik;
g) Penyajian bahan pelajaran harus dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan YME;
h) Penyajian bahan hendaknya menggunakan multimetode, media, sumber belajar dan variasi teknik penilaian; dan
i) Dalam hal tertentu, guru perlu memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode atau proses pembelajaran adalah:25
a) Metode yang digunakan harus sesuai dengan jenis materi pembelajaran;
b) Metode yang dipilih dan digunakan harus bervariasi sehingga mampu mengeliminir perbedaan individual anak didik;
c) Metode yang dipilih dan digunakan harus mampu menciptakan kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran;
d) Metode yang dipilih dan digunakan harus mampu mengaktifkan guru dan siswa;
e) Metode yang dipilih dan digunakan harus mampu mendorong berkembangnya kemampuan atau kompetensi baru;
f) Metode yang dipilih dan digunakan harus mampu menjalin sinergi kegiatan dan pemanfaatan sumber belajar yang ada di sekolah, di rumah, maupun dii masyarakat.
4) Prinsip yang Berkenaan dengan Media dan Sumber Belajar
Prinsip ini menunjukkan kesesuaian media dan sumber belajar dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kemampuan guru, praktis-ekonomis.26 Proses belajar
yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat.27
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal:28
25 Zaini, Pengembangan…, h. 114
26 Zainal Arifin, Konsep dan Model…, h. 40
27 Reksoatmojo, Pengembangan Kurikulum…, h. 154
(12)
a) Ketersediaan media pembelajaran di sekolah, apabila tidak tersedia maka harus mencari alternatif pengganti;
b) Media yang harus dibuat sendiri perlu mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya serta siapa saja yang melakukannya;
c) Pengorganisasian media tersebut harus jelas misalnya dalam bentuk, modul, paket belajar atau bentuk lainnya;
d) Pengintergrasian media dengan seluruh kegiatan pembelajaran; e) Mengupayakan belajar dengan berbasis aneka sumber (bebas),
dengan memanfaatkan multimedia sehingga mudah mencapai keberhasilan.
5) Prinsip-Prinsip Evaluasi
Prinsip ini meliputi: prinsip mendidik, prinsip keseluruhan, prinsip kontinuitas, prinsip obyektivitas, prinsip kooperatif, prinsip praktis, dan prinsip akuntabilitas.29 Dalam prakteknya paling tidak ada
lima fase yang harus diperhatikan pengembang kurikulum dalam kegiatan evaluasi, yaitu perencanaan evaluasi, pengembangan alat evaluasi, pengumpulan data, pengolahan hasil evaluasi, laporan dan pemanfaatan hasil evaluasi.
c. Prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:30
1) Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur
Kurikulum hendaknya mampu menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.31 Keimanan, nilai-nilai,
dan budi pekerti luhur yang dari dulu dianut dan dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh peserta didik melalui pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
2) Penguatan Integritas Nasional
29 Zainal Arifin, Konsep dan Model…, h. 40
30 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 70
(13)
Kurikulum diharapkan mampu menanamkan kesadaran keanekaragaman masyarakat Indonesia dan bisa menghargai perbedaan tanpa adanya perpecahan. Penguatan integritas nasional dicapai melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradaban bangsa Indonesia dalam tatanan peradaban dunia yang multikultural dan multibahasa.32
3) Kesinambungan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
Kurikulum harus bisa memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan pengalaman peserta didik yang meliputi etika, logika, estetika, dan kinestika untuk dapat mencapai suatu hasil belajar yang maksimal.
4) Kesamaan Memperoleh Kesempatan
Kurikulum hendaknya menyediaan kesempatan bagi semua siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap diutamakan. Seluruh siswa dari berbagai kelompok termasuk kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus, berbakat dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
5) Abad Pertengahan dan Teknologi Informasi
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.33 Serta siswa diharapkan mendapatkan
pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian yang merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
6) Pengembangan Keterampilan Hidup
Kurikulum perlu memasukkan unsur keterampilan hidup agar peserta didik memiliki ketrampilan, sikap dan prilaku adaptasi, kooperatif dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan
32 Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 54
(14)
kehidupan sehari-hari secara efektif. Kurikulum juga perlu mengintegrasikan unsur-unsur penting yang menunjang kemampuan untuk bertahan hidup.
7) Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.34 Belajar sepanjang hayat yang dapat dilakukan
melalui pendidikan formal dan nonformal, serta pendidikan alternative yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.35
Prinsip belajar sepanjang hayat ini merupakan ajaran islam yang penting. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
دحللا ىلا دهملا نم ملعلا اوبلطا
Artinya:
"Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat (mulai dari lahir sampai mati)”
8) Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan
Kurikulum hendaknya berupaya untuk membuat peserta didik untuk lebih mandiri dalam belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri. Tujuannya agar peserta didik mampu membangun pemahaman dari pengetahuannya. Penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upaya tersebut. 9) Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Kurikulum harusnya mampu memperhatikan kesinambungan pengalaman belajar dari TK atau RA sampai Sekolah Menengah atau Aliyah. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia
34Ibid., h. 61
(15)
usaha dan masyarakat dalam perencanaan dan tanggung jawab bersama untuk mencapai hasil belajar siswa.
B. PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah (1) Proses perbuatan, cara mendekati; (2) Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.36 Pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.37
Ahmad menyatakan bahwa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.38 Dengan demikian,
pendekatan pengembangan kurikulum adalah usaha atau cara yang dilakukan dengan menggunakan sudut pandang secara umum tentang proses dan langkah-langkah yang sistematis dalam melakukan pengembangan kurikulum.
2. Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Menurut Zainal Arifin dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, jika dilihat dari aspek perencanaannya ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain sebagai berikut:39
a. Pendekatan Kompetensi, yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Pendekatan Sistem, yaitu pendekatan yang menggunakan berbagai konsep dari teori sistem yang umum untuk memahami teori organisasi dan praktek manajemen.
36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), h. 652.
37 Hariati, “Pendekatan & Pengembangan Kurikulum” dalam http://hariyat.blogspot.co.id diakses pada 10 Oktober 2015
38 Ahmad, Pengembangan…, h. 73
(16)
c. Pendekatan Klasifikasi Nilai, yaitu pendekatan yang memfokuskan pada langkah pengambilan nilai berdasarkan pertimbangan yang rasional. d. Pendekatan Komprehensif, yaitu pendekatan yang melihat,
memperhatikan dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan.
e. Pendekatan yang Berpusat pada Masalah, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai masalah kurikulum secara khusus.
f. Pendekatan Terpadu, yaitu pendekatan yang bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau satu kesatuan yangbermakna dan berstruktur.
Lain lagi dengan Mulyasa, yang menyebutkan pendekatan dalam pengembangan kurikulum antara lain sebagai berikut:40
a. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Sistem Pengelolaan b. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Fokus Sasaran c. Pendekatan Kompetensi
Menurut Ahmad dalam bukunya pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum adalah:41
a. Pendekatan Berorientasi pada Bahan Pelajaran b. Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan
c. Pendekatan Pola Organisasi Bahan
Dari berbagai macam pendapat di atas banyak sumber yang menyebutkan pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Subyek Akadenis
Pada pendekatan subyek akademik menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA, IPS, dan sebagainya seperti yang lazim didapati dalam system pendidikan sekarang ini disemua sekolah dan perguruan tinggi.42 Pendekatan ini merupakan model tertua diantara
model lainnya, dan biasanya suatu lembaga pendidikan atau sekolah sampai sekarang tidak bisa lepas dari pendekatan ini karena pendekatan ini sangat praktis, mudah disusun dan mudah digabungkan dengan pendekatan lain apabila diperlukan.43
40 Mulyasa, Kurikulum Berbasis…, h. 66
41 Ahmad, Pengembangan…, h. 72
42 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 43.
(17)
Dalam pendekatan subyek akademik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:44
1) Tujuan
Tujuan kurikulum subyek akademik adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Para siswa harus belajar mengunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya, sehingga diharapkan siswa mempunyai konsep dan cara yang terus dapat dikembangkan di masyarakat yang lebih luas.
2) Metode
Metode yang banyak digunakan dalam pendekatan subyek akademik adalah pendekatan metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai.Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
3) Organisasi isi
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subyek akademik. Pola-pola organisasi yang terpenting di antaranya: Correlated curriculum, Unified atau Concentrated, Intregrated curriculum, Problem Solving curriculum.
4) Evaluasi
Kurikulum subjek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay test) dari tes objektif. Karena bidang studi ini membutuhkan jawaban yang merefleksikan logika, koherensi, dan integrasi secara menyeluruh.
b. Pendekatan Humanistik
Pada pendekatan humanistik berpusat pada siswa (student centered) dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan
44 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 84-85
(18)
sebagai bagian integral dari proses belajar. Pendidikan yang berpusat pada siswa memfokuskan kurikulum pada kebutuhan siswa baik personal maupun sosial.
Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar siswa itu memberi hasil maksimal.45 Para pendidik humanis juga
berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja dari segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, niali, dan lain-lain).46
Pendekatan ini mempunyai beberapa ciri-ciri, yakni: 1) Tujuan
Tujuan pendidikannya adalah oroses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadiaan, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Semuanya itu merupakan bagian dan cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing person). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif, estetika, maupun moral.
2) Metode
Pengembangan kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan siswa. Karenanya, menuntut kemampuan guru untuk memilih metode pembelajaran yang dapat menciptakan hubungan yang hangat antara guru dengan murid, antara murid dengan murid, dapat memberikan dorongan agar saling percaya. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan sesuatu yang tidak disenangi oleh peserta didik.
3) Organisasi Isi
Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal.
4) Evaluasi
45 Nasution, Kurikulum…, h. 49
(19)
Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada umumnya, yang lebih ditekankan pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya, evaluasi kurikulum humanistik lebih menekankan pada proses yang dilakukan. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta didik masa depan. Kelas yang baik akan menyediakan berbagai pengalaman untuk mambantu peserta didik menyadari potensi mereka dan orang lain, serta dapat mengembangkannya.
c. Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini menekankan pada penggunaan teknologi dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan. Penerapan teknologi pada bidang kurikulum diwujudkan dalam dua bentuk yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).47
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulum berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan video/film, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan komputer.48
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:49
1) Tujuan
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-ketrampilan yang dapat diamati. 2) Metode
Metode merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang
47 Zaini, Pengembangan…, h. 124
48 Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, h. 96
(20)
diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
3) Organisasi bahan ajar
Bahan ajar dan isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan objektif. Urutan dari objektif-objektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
4) Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit atau semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Tes evaluasi yang biasa dilakukan adalah tes objektif.
d. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan ini memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat. Masalah tersebut seperti polusi, peledakan penduduk, rasialisme, interdepensi globab, kemiskinan, malapetaka akibat keajuan teknologi, perang dan damai, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lain-lain.50
Kurikulum tersebut tidak hanya menekankan pada isi pembelajaran atau pendidikan tetapi juga menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar.51 Pendekatan tersebut menjelaskan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu berkerja sama dan selalu membutuhkan orang lain.
Adapun pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai ciri-ciri berkenaan dengan:52
50 Nasution, Kurikulum…, h. 47
51 Zaini, Pengembangan…, 126
52 Yudi Radityatama, “Beberapa Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar “ dalam https://yudiradityatama.wordpress.com diakses pada 11 Oktober 2015
(21)
1) Tujuan
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Karena itu, tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan selain bidang studi agama, juga perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, ilmu pengetahuan alam, estetika, matematika dan lain-lain.
2) Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan-tujuan peserta didik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus dapat membantu para peserta didik untuk menemukan minat dan kebutuhannya.
3) Organisasi Isi
Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti roda. Ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Tema-tema tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain.
4) Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan para peserta didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan terlebih dahulu diuji untuk menilai ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk menilai keampuhannya dalam menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kehidupan keberagaman masyarakat yang sifatnya kualitatif.
(22)
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
1. Prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Pengertian prinsip pengembangan kurikulum adalah berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum.
b. Prinsip umum pengembangan kurikulum antara lain: 1) Prinsip relevansi, 2) Prinsip efisiensi, 3) Prinsip efektifitas, 4) Prinsip Fleksibilitas, 5) Prinsip integritas, 6) Prinsip Kontinuitas, 7) Prinsip sinkronasi, 8) Prinsip obyektifitas, dan 9) Prinsip demokrasi.
Prinsip khusus pengembangan kurikulum antara lain: 1) Prinsip-prinsip tujuan kurikulum, 2) Prinsip-prinsip isi kurikulum, 3) Prinsip-prinsip didaktik-metodik, 4) Prinsip yang berkenaan dengan media dan sumber belajar, dan 5) Prinsip-prinsip evaluasi.
Sedangkan prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi antara lain: 1) Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur, 2) Penguatan integritas nasional, 3) Kesinambungan etika, logika, estetika, dan kinestetika, 4) Kesamaan memperoleh kesempatan, 5) Abad pertengahan dan teknologi informasi, 6) Pengembangan keterampilan hidup, 7) Belajar sepanjang hayat, 8) Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan, dan 9) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
a. Pengertian pendekatan pengembangan kurikulum adalah usaha atau cara yang dilakukan dengan menggunakan sudut pandang secara umum tentang proses dan langkah-langkah yang sistematis dalam melakukan pengembangan kurikulum.
b. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu: 1) Pendekatan subyek akademis, 2) Pendekatan humanistis, 3) Pendekatan teknologis, dan 4) Pendekatan rekonstruksi sosial.
(23)
1. Bagi pendidik, hendaknya mengetahui tentang prinsip-prinsip dan pendekatan dalam pengembangan kurikulum.
2. Bagi para pembaca, hendaknya makalah ini tidak dijadikan satu-satunya pedoman dalam pembelajaran, karena makalah ini masih perlu banyak masukan atau saran dari berbagai pihak.
(24)
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, M. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hariati. “Pendekatan & Pengembangan Kurikulum” dalam
http://hariyat.blogspot.co.id diakses pada 10 Oktober 2015.
Manroe, Inda Putri. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Greisinda Press.
Maunah, Binti. 2009. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Teras.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Putri, Ecky Aulia. “Prinsip-Prinsip Kurikulum” dalam
http://eckyaulia.blogspot.co.id diakses pada 10 Oktober 2015.
Radityatama, Yudi. “Beberapa Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar “ dalam https://yudiradityatama.wordpress.com diakses pada 11 Oktober 2015.
Reksoatmojo, Tedjo Narsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Refika Aditama.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tarmizi, Anita. “Prinsip Pengembangan Kurikulum” dalam http://aadesti.blogspot.co.id diakses 8 Oktober 2015.
Wahidmurni. 2010. Pengembangan Kurikulum IPS & Ekonomi di Sekolah/Madrasah. Malang: UIN-Maliki Press.
(1)
Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada umumnya, yang lebih ditekankan pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya, evaluasi kurikulum humanistik lebih menekankan pada proses yang dilakukan. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta didik masa depan. Kelas yang baik akan menyediakan berbagai pengalaman untuk mambantu peserta didik menyadari potensi mereka dan orang lain, serta dapat mengembangkannya.
c. Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini menekankan pada penggunaan teknologi dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan. Penerapan teknologi pada bidang kurikulum diwujudkan dalam dua bentuk yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).47
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulum berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan video/film, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan komputer.48
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:49
1) Tujuan
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-ketrampilan yang dapat diamati. 2) Metode
Metode merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang
47 Zaini, Pengembangan…, h. 124
48 Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, h. 96
(2)
diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
3) Organisasi bahan ajar
Bahan ajar dan isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan objektif. Urutan dari objektif-objektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
4) Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit atau semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Tes evaluasi yang biasa dilakukan adalah tes objektif.
d. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan ini memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat. Masalah tersebut seperti polusi, peledakan penduduk, rasialisme, interdepensi globab, kemiskinan, malapetaka akibat keajuan teknologi, perang dan damai, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lain-lain.50
Kurikulum tersebut tidak hanya menekankan pada isi pembelajaran atau pendidikan tetapi juga menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar.51 Pendekatan tersebut menjelaskan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu berkerja sama dan selalu membutuhkan orang lain.
(3)
1) Tujuan
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Karena itu, tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan selain bidang studi agama, juga perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, ilmu pengetahuan alam, estetika, matematika dan lain-lain.
2) Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan-tujuan peserta didik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus dapat membantu para peserta didik untuk menemukan minat dan kebutuhannya.
3) Organisasi Isi
Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti roda. Ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Tema-tema tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain.
4) Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan para peserta didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan terlebih dahulu diuji untuk menilai ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk menilai keampuhannya dalam menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kehidupan keberagaman masyarakat yang sifatnya kualitatif.
(4)
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
1. Prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Pengertian prinsip pengembangan kurikulum adalah berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum.
b. Prinsip umum pengembangan kurikulum antara lain: 1) Prinsip relevansi, 2) Prinsip efisiensi, 3) Prinsip efektifitas, 4) Prinsip Fleksibilitas, 5) Prinsip integritas, 6) Prinsip Kontinuitas, 7) Prinsip sinkronasi, 8) Prinsip obyektifitas, dan 9) Prinsip demokrasi.
Prinsip khusus pengembangan kurikulum antara lain: 1) Prinsip-prinsip tujuan kurikulum, 2) Prinsip-prinsip isi kurikulum, 3) Prinsip-prinsip didaktik-metodik, 4) Prinsip yang berkenaan dengan media dan sumber belajar, dan 5) Prinsip-prinsip evaluasi.
Sedangkan prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi antara lain: 1) Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur, 2) Penguatan integritas nasional, 3) Kesinambungan etika, logika, estetika, dan kinestetika, 4) Kesamaan memperoleh kesempatan, 5) Abad pertengahan dan teknologi informasi, 6) Pengembangan keterampilan hidup, 7) Belajar sepanjang hayat, 8) Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan, dan 9) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
a. Pengertian pendekatan pengembangan kurikulum adalah usaha atau cara yang dilakukan dengan menggunakan sudut pandang secara umum tentang proses dan langkah-langkah yang sistematis dalam melakukan pengembangan kurikulum.
b. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu: 1) Pendekatan subyek akademis, 2) Pendekatan humanistis, 3) Pendekatan teknologis,
(5)
1. Bagi pendidik, hendaknya mengetahui tentang prinsip-prinsip dan pendekatan dalam pengembangan kurikulum.
2. Bagi para pembaca, hendaknya makalah ini tidak dijadikan satu-satunya pedoman dalam pembelajaran, karena makalah ini masih perlu banyak masukan atau saran dari berbagai pihak.
(6)
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, M. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hariati. “Pendekatan & Pengembangan Kurikulum” dalam
http://hariyat.blogspot.co.id diakses pada 10 Oktober 2015.
Manroe, Inda Putri. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Greisinda Press.
Maunah, Binti. 2009. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Teras.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Putri, Ecky Aulia. “Prinsip-Prinsip Kurikulum” dalam http://eckyaulia.blogspot.co.id diakses pada 10 Oktober 2015.
Radityatama, Yudi. “Beberapa Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar “ dalam https://yudiradityatama.wordpress.com diakses pada 11 Oktober 2015.
Reksoatmojo, Tedjo Narsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Refika Aditama.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tarmizi, Anita. “Prinsip Pengembangan Kurikulum” dalam http://aadesti.blogspot.co.id diakses 8 Oktober 2015.