PENGARUH PERATURAN PEMERINTAH, KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF GOVERNMENT REGULATION, CORPORATE CHARACTERISTICS AND STRUCTURE OF OWNERSHIP ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE IN ANNUAL REPORT OF LISTED COMPANIES IN INDONESIA STOCK

EXCHANGE by

ROSSY TRI ANDINI

This study aimed to examine the effect of government regulations are made to regulate the implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) by adding other variables such as the characteristics of the company consisting of company type, company size, and profitability, and the ownership structure consisting of government shareholding, and foreign shareholding.

The sample used in this study using purposive sampling technique which produces 20 companies listed in Indonesia Stock Exchange with the observation period 2007-2013, total of 140 samples were filtered annual report of the company. Regression models using multiple linear regression analysis with SPSS 17 software applications.

The results showed that the variables of government regulation, company type, and government shareholding have a significant effect on the disclosure of CSR. While the variable company size, profitability, and foreign shareholding has no significant effect on the disclosure of CSR.

Keywords: Disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR), Government Regulation, Company Type, Company Size,


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PERATURAN PEMERINTAH, KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Oleh

ROSSY TRI ANDINI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh peraturan pemerintah yang dibuat untuk mengatur pengimplementasian Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menambahkan variabel lainnya yaitu seperti karakteristik perusahaan yang terdiri atas tipe perusahaan, ukuran perusahaan, dan

profitabilitas, serta struktur kepemilikan yang terdiri atas kepemilikan saham pemerintah, dan kepemilikan saham asing.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dimana menghasilkan 20 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2007-2013, jadi total sampel yang tersaring 140 annual report perusahaan. Model analisis menggunakan regresi linear

berganda dengan aplikasi software SPSS 17.

Hasilnya menunjukkan bahwa variabel dari peraturan pemerintah, tipe

perusahaan, dan kepemilikan saham pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kepemilikan saham asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Kata kunci: Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR),

Peraturan Pemerintah, Tipe Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Kepemilikan Saham Pemerintah, Kepemilikan Saham Asing


(3)

(4)

PENGARUH PERATURAN PEMERINTAH, KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

(Skripsi)

Oleh Rossy Tri Andini

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

4.1 Grafik Indeks Pengungkapan CSR ... 40

4.2 Grafik Histogram ... 45

4.3 Grafik Normal P-Plot of Regression Standarized Residual ... 46


(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN ………..…… 1

1.1Latar Belakang ……… 1

1.2Rumusan Masalah ………... 4

1.3Batasan Masalah ……….…………. 4

1.4Tujuan Penelitian …….……… 5

1.5Manfaat Penelitian ……….. 6

1.5.1 Manfaat bagi penulis ……….……….. 6

1.5.2 Manfaat bagi perusahaan ...……… 6

1.5.3 Manfaat Bagi Akademisi ………. 6

1.5.4 Manfaat Bagi Pemerintah ……… 6

II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ……. 7

2.1Landasan Teori ……… 7

2.1.1 Teori Stakeholder ...……….. 7

2.1.2 Teori Regulasi ….………...……….. 8

2.1.3 Peraturan Pemerintah ……….. 8

2.1.4 Corporate Social Responsibility (CSR) …....………..… 11

2.1.5 Karakteristik Perusahaan ……….………..……. 15

2.1.6 Struktur Kepemilikan ………....….. 15

2.2Pengembangan Hipotesis ……….………... 16

2.2.1 Peraturan Pemerintah ……… 16


(7)

2.2.3 Ukuran Perusahaan (Corporate Size) ……… 19

2.2.4 Profitabilitas (Profitability) ……… 20

2.2.5 Kepemilikan Saham Pemerintah (Government Shareholding) 21

2.2.6 Kepemilikan Saham Asing (Foreign Shareholding) ………. 21

2.3Penelitian Terdahulu …...……….……… 23

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis ..……….……….. 25

III.METODE PENELITIAN ………...……….……… 27

3.1Populasi Dan Sampel Penelitian ……….………... 27

3.2Jenis Dan Sumber Data …….……….…….... 27

3.3Metode Pengumpulan Data ..……….……. 28

3.4Variabel Penelitian ……….……… 28

3.4.1 Variabel Terikat (Dependen) ………. 28

3.4.2 Variabel Bebas (Independen) ..……….. 29

3.4.2.1Peraturan Pemerintah …..………...……….. 29

3.4.2.2 Tipe Perusahaan (Corporate Type) ……….. 30

3.4.2.3Ukuran Perusahaan (Corporate Size) ………..……. 31

3.4.2.4 Profitabilitas (Profitability) ….………...………. 31

3.4.2.5 Kepemilikan Saham Pemerintah ……….. 31

3.4.2.6 Kepemilikan Saham Asing ……….. 32

3.5 Metode Analisis Data ……… 32

3.5.1 Uji Asumsi Klasik ………..……… 32

3.5.1.1 Uji Normalitas ………..……… 32

3.5.1.2 Uji Autokorelasi .………... 33

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas …...……….. 35

3.5.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) …….………. 35

3.5.3 Uji t ………. 36

3.5.4 Uji Hipotesis ………... 36

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ………..………….. 38

4.1Deskripsi Objek Penelitian ...………..…………...…………. 38

4.1.1 Sampel Penelitian ………...…….. 38

4.1.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) …... 39


(8)

4.2.1 Statistik Deskriptif ...………..…………...………….... 41

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ………... 44

4.2.2.1 Uji Normalitas …………..…………...…………... 44

4.2.2.2 Uji Autokorelasi …………..…………...…………... 47

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas …..…………...………….... 48

4.2.3 Uji Hipotesis …….………..…………...…………..…...….. 51

4.2.3.1 Koefisien Determinasi (R2) …………...…………... 51

4.2.3.2 Uji t ………...…………...…. 52

4.2.3.3 Analisis Regresi Berganda ………...…...….. 52

4.2.3.4Hasil Pengujian Hipotesis ………. 54

4.3 Pembahasan ………...……..…...…………... 56

4.3.1 Pengaruh Peraturan Terhadap Pengungkapan CSR …….…. 56

4.3.2 Pengaruh Tipe Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR ... 57

4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR 58

4.3.4 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR …… 59

4.3.5 Pengaruh Kepemilikan Saham Pemerintah Terhadap Pengungkapan CSR ……… 61

4.3.6 Pengaruh Kepemilikan Saham Asing Terhadap Pengungkapan CSR ……….………..……… 62

V.PENUTUP …..………..……….. 63

5.1 Kesimpulan ………...………… 63

5.2Keterbatasan Penelitian ………...….. 64

5.3Saran ………...……... 64


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Daftar Kategori Pengungkapan Corporate Social Responsibility Lampiran B Daftar Perusahaan Sampel

Lampiran C Daftar Perusahaan Yang Melaksanakan Peraturan Pemerintah Lampiran D Daftar Perusahaan Berdasarkan Tipe Perusahaannya

Lampiran E Perhitungan CSR Index, Size, ROA, GS, FS Lampiran F Hasil Pengolahan Data Menggunakan SPSS 17.0


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 23

4.1 Penyaringan Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

4.2 Hasil Analisis CSR Indeks ... 40

4.3 Statistik Deskriptif ... ... 41

4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ………...…………... 46

4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Test ……….... 47

4.6 Hasil Uji Autokorelasi Run Test ... 48

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Glejser Test ... 50

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 51

4.9 Hasil Analisis Regresi Berganda ………... 52


(11)

(12)

(13)

(14)

MOTO

“Know what you want, work to get it, then value it once you have it.”

(Nora Roberts)

“Don’t give up, the beginning is always the hardest.”

(Kemmy Nola)

“The journey of a thousand miles begins with a single step.”


(15)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, Alhamdulillahirobbilalamin segala sesuatu yang terasa sulit ini menjadi mudah.

Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk Allah SWT, beserta orang-orang yang kusayangi yaitu Papa tersayang Ir. Drs. Rachman Soeroso, dan Mama tercinta Sumaykati yang selalu berdoa dalam tiap sujudnya, memberikan kasih sayang tanpa henti, memberikan motivasi dan mendukung dengan setulus hati agar putrinya dapat menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Lampung. Untuk kakak dan adik yang kusayangi (Rasty Yulia, S.E., M.M., Ambar Wulansari, S.E., dan Dio Erlangga Rosso) terimakasih atas segala perhatian, pengertian dan cinta kasih yang kalian curahkan selama ini. Serta untuk Almamaterku tercinta


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 7 Juni 1992, sebagai putri ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Drs. Rachman Soeroso dan Ibu Sumaykati.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Aisiyah Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 1997. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 1998. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 9 Bandar Lampung hingga lulus pada tahun 2007 dan

meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Fransiskus Bandar Lampung dengan jurusan IPS hingga lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM), dan selama dibangku kuliah penulis bergabung dalam kelompok Himpunan

Mahasiswa Akuntansi (HIMAKTA), dan Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (IMAI), hingga berhasil lulus ujian komprehensif pada tanggal 12 September 2014.


(17)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Peraturan Pemerintah, Karakteristik Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, bimbingan dan partisipasi berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing I (satu) yang telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan arahan, kritik, masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.


(18)

5. Ibu Liza Alvia, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan arahan, kritik, masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A., selaku Pembahas yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A, Akt., Ph.D., selaku Pembimbing Akademik atas segala bimbingannya selama penulis menjalani studi S1 Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah berbagi ilmu pengetahuan dan juga pembelajaran yang bermanfaat bagi penulis selama menempuh studi.

9. Segenap staf karyawan jurusan Akuntansi Pak Sobari, Mbak Sri, Mpok, Mas Yana, Mas Yono, Mas Leman, yang telah banyak membantu selama

penulisan skripsi ini.

10. Keluarga besar dari papa dan mama yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 11. Sahabatku Muthia Firda Sari, S.H., dan Lera Nadia Arfileani yang selalu

bersama hampir 15 tahun, terimakasih telah berbagi dalam suka dan duka, dan selalu memberikan nasehat serta semangat kepada penulis, aku sayang kalian.

12. Sahabat-sahabatku yang tidak terdefinisikan Dwi Wulandari, S.E., Ira Daniyati, S.E., Mareta Lailatul Kadarsih, S.E., Yesi Satria, S.E., terimakasih untuk segala cerita yang telah dilewati bersama, dukungan dan semangat yang tidak terhingga, serta rela menjadi tiang untuk menopang beban disaat


(19)

13. Teman-teman Akuntansi 2010 (Citra, Wella, Yobel, Dianti, Elza, Yasni, Sharon, Era, Andriani, Meki, Egha, Ivonna, Iga, Ben, Ari, Ferry, Jirry, Farrah, Jane, Eka, Satria, Anas, Syarif, Iqbal, Pungki, Ayu, Irvia, Rere), teman satu bimbingan (Deni, Tiya, Tiwi, Wahyu, Devi, Sishi, Oksano, Rica, Nevia), dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, serta Kakak Tingkatku (Berry, Ferdy, Gilang, Tirta), Adik Tingkatku (Rara, Marce Syamsu, Phiyek), terimakasih telah memberikan motivasi, serta canda dan tawa selama berada di Universitas Lampung, semoga kita bisa berjumpa kembali dilain waktu dengan kesuksesan kita masing-masing.

14. Sahabat-sahabatku (Bernadetta Felicia, Yulia Indriani, Aurellia Renno Reistianty, A. Irfan G. Sagara, Yudastio, Budiman Wijaya), yang telah memberikan nasehat, saran, bantuan, doa dan semangat yang luar biasa, serta menemani disaat senang dan gundah, terimakasih telah menjadi

penyemangatku.

15. Teman-teman KKN Januari 2013 Desa Sukadanaham, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung.

16. Almamaterku tercinta.

Bandar Lampung, 12 September 2014 Penulis


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dampak dari kerusakan lingkungan masih terpusat pada perusakan hutan dan lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan imbas dari lingkungan global yang biasanya terkait dengan kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan. Kerusakan lingkungan ini terjadi akibat dari lemahnya peraturan dalam pelestarian lingkungan, rendahnya sanksi yang dijatuhkan kepada para pelanggar peraturan di bidang lingkungan, dan kemiskinan.

Pada tahun 2012, implementasi program Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial (CSR) di Indonesia telah diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.47/2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan (TJSL) Perseroraan Terbatas, yang direalisasikan sejak awal april oleh pemerintah. Peraturan Pemerintah ini sudah banyak ditunggu pengusaha dan diharapkan dapat mengatur kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan secara mendetail, dan dapat melengkapi yang tidak diatur dalam UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan termuat dalam Pasal 74 (1), mengatakan bahwa


(21)

2

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

Pemerintah di dalam hal ini mewajibkan perusahaan yang berbasis usaha di bidang sumber daya alam (SDA) untuk memasukkan program tanggung jawab sosial dan lingkungan ke dalam rencana kerja tahunan perusahaan. Dimana perusahaan juga harus melaporkan realisasinya masuk dalam laporan tahunan serta wajib dipertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan (RUPS). Namun, aturan ini tidak menyebutkan besaran kewajiban perusahaan menyisihkan dananya untuk program CSR. Sedangkan untuk

ukurannya hanya berdasarkan pada kepatuhan dan kewajaran saja. Sedangkan soal kewajiban memasukan program CSR dalam rencana kerja tahunan hanya bisa tertumpu kepada pemegang saham. Program tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS. Para pemegang sahamlah yang harus mengawasi CSR sesuai rencana tahunan perusahaan.

CSR sendiri adalah sebuah pendekatan yang mengedepankan kepedulian sosial yang ada di dalam operasi bisnis perusahaan dan dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005). Robins (2005) juga mengungkapkan bahwa

memperoleh laba tetap menjadi tujuan utama perusahaan, karena tanpa laba tidak akan ada sumber daya yang dapat disalurkan untuk kegiatan CSR. Seperti


(22)

3

menjalankan program CSR masih banyak yang belum bisa terukur dan fokus kepada program-program kesejahteraan masyarakat yang lebih berkontribusi pada pencapaian target pembangunan millenium atau Millenium Development Goals (MDGs).

Penelitian ini melanjutkan penelitian Amran dan Devi (2008) yang berjudul “The Impact of Government And Foreign Affiliate Influence On Corporate Social Reporting: The Case of Malaysia”, dimana dalam hal ini tingkat kesadaran CSR rendah dan tuntutan akan penerapan CSR juga lemah. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan kebenaran bahwa pemerintah memiliki pengaruh terhadap perkembangan CSR di Malaysia, sedangkan kerjasama dengan pihak asing tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan CSR di Malaysia. Peneliti termotivasi untuk menguji kembali hasil penelitian dari Amran dan Devi (2008) menggunakan kasus di Indonesia.

Selanjutnya, penelitian ini juga mengadopsi beberapa faktor dalam penelitian Pian (2010), seperti tipe perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas,

kepemilikan saham pemerintah, dan kepemilikan saham asing, dengan mengembangkan faktor baru yaitu Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012.

Dengan diterbitkannya sebuah peraturan mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam Peraturan No. 47 Tahun 2012 ini akan mewajibkan semua perusahaan untuk melampirkan laporan tanggung jawab sosialnya (TJSL) ke dalam laporan tahunan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap stakeholder.


(23)

4

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini diberi judul ”Pengaruh Peraturan Pemerintah, Karakteristik Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peraturan pemerintah berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan?

2. Apakah tipe perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan?

4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan?

5. Apakah kepemilikan saham pemerintah berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan?

6. Apakah kepemilikan saham asing berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan?

1.3 Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya data dan informasi yang penulis dapatkan, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah-masalah yang ada, diantaranya:


(24)

5

1. Penulis hanya menggunakan variabel peraturan pemerintah, karakteristik perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility (csr).

2. Dalam penelitian ini, pembatas data dan informasi yaitu seluruh jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2013. 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh peraturan pemerintah terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan.

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh tipe perusahaan terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan.

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan.

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan.

5. Untuk menguji secara empiris pengaruh kepemilikan saham pemerintah terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan. 6. Untuk menguji secara empiris pengaruh kepemilikan saham asing perusahaan terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan.


(25)

6

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan merupakan sebuah aplikasi dari teori yang telah didapatkan oleh penulis dalam dunia perkuliahan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan referensi dalam pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan, stakeholder, dan calon investor, terutama sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan sehubungan dengan penerapan CSR dalam operasional perusahaan dan pengungkapannya dalam laporan tahunan perusahaan.

3. Bagi Akademisi

Sebagai bacaan yang diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan bahan perbandingan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

4. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan referensi untuk melihat sejauh mana peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah dapat dipatuhi dan dilaksanakan oleh perusahaan yang go public.


(26)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder

Teori stakeholder mengungkapkan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus dapat memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan dari stakeholder yang ada dalam perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

Teori stakeholder digunakan sebagai dasar untuk menganalisis kelompok-kelompok yang mana perusahaan harus bertanggung jawab (Moir, 2001).

Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu kekuatan stakeholder dapat ditentukan oleh besar kecilnya kepemilikan stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Kekuatan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang dapat mempengaruhi, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk


(27)

8

mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007).

Oleh karena itu, ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan memberikan reaksi dengan cara-cara yang dapat memuaskan keinginan stakeholder (Ullman, 1985).

2.1.2 Teori Regulasi

Teori regulasi mengungkapkan bahwa perekonomian terpusat adalah alasan dalam melindungi kepentingan umum. Dalam teori ini, legislatif membuat aturan untuk melindungi pengguna laporan keuangan dengan meningkatkan kinerja ekonomi. Teori regulasi diperlukan jika terjadi kegagalan, jika informasi tidak dapat disampaikan dengan demand dan supply.

Teori ini berpendapat bahwa dibutuhkan aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan dalam akuntansi. Pemerintah dibutuhkan peranannya untuk mengatur ketentuan-ketentuan tersebut, apa yang harus dilakukan perusahaan untuk menentukan informasi. Ketentuan diperlukan agar semuanya (pemakai dan penyaji) mendapatkan informasi yang sama dan seimbang.

2.1.3 Peraturan Pemerintah

Peraturan pemerintah adalah peraturan perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya, dalam hal ini peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur perusahaan. Aspek ini sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, baik perusahaan pemerintah maupun perusahaan asing. Karena, semakin banyak peraturan yang harus ditaati oleh perusahaan maka semakin luas


(28)

9

pula pengungkapan yang harus dilakukan terkait pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut.

Pada tahun 2007, DPR mengesahkan UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dalam pasal 74 undang-undang tersebut mewajibkan perusahaan untuk menguraikan aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.

Pada tahun 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyo menandatangani penerbitan PP No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan, yang merupakan pelengkap dari amanat Pasal 74 ayat (4) UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dimana setidaknya ada tujuh hal termuat dalam PP ini.

Pertama, mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri. Berlakunya PP ini menjadikan setiap perseroan sebagai subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal itu tertuang dalam Pasal 2 PP 47/2012. Pada Pasal 3 ayat (1) menyatakan CSR menjadi kewajiban bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.

Kedua, aturan PP ini menyatakan seperti Pasal 3 ayat (2) kewajiban CSR dilakukan baik di dalam maupun di luar lingkungan perseroan. PP ini menjelaskan mengenai kalimat ‘perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam’ dan ‘perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam’. Kalimat pertama, seperti pada bagian penjelasan Pasal 3, adalah perseroan yang


(29)

10

kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Sedangkan penjelasan kalimat kedua, adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Termasuk pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sedangkan penjelasan ‘berdasarkan undang-undang’, adalah segala undang-undang beserta peraturan pelaksana mengenai sumber daya alam atau yang berkaitan dengan sumber daya alam. Ditambah, etika menjalankan perusahaan lain seperti termuat dalam peraturan perundang-undangan di bidang

perindustrian, kehutanan, minyak dan gas bumi, badan usaha milik negara, usaha panas bumi, sumber daya air, pertambangan mineral dan batu bara, ketenagalistrikan, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, hak asasi manusia, ketenagakerjaan, serta perlindungan konsumen.

Ketiga, CSR dilaksanakan oleh direksi perseroan berdasarkan rencana kerja tahunan setelah disetujui dewan komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal itu dilakukan sesuai dengan anggaran dasar perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Demikian Pasal 4 ayat (1) dan pada ayat (2) rencana kerja tahunan memuat rencana kerja kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk CSR.

Keempat, penyusunan dan penetapan rencana kerja tahunan perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, diharuskan untuk memperhatikan kepatutan dan


(30)

11

kewajaran. Realisasi anggaran guna CSR diperhitungkan sebagai biaya perseroan.

Kelima, pelaporan kegiatan CSR, seperti Pasal 6, dimuat dalam laporan tahunan perseroan. Kemudian dipertanggungjawabkan pada RUPS.  Keenam, seperti termuat dalam Pasal 7 menyatakan perseroan yang tidak

melakukan kegiatan CSR dikenai sanksi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yaitu segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait.

Ketujuh, terutama Pasal 9 mengamanatkan agar perseroan yang telah melaksanakan CSR dapat diberi penghargaan oleh instansi berwenang.

Global Reporting Initiative (GRI) pula telah menetapkan beberapa standar spesifik dalam hal pengungkapan laporan tanggung jawab sosial perusahaan terkait isu Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu: Economic,

Environmental and Social, Labor Practices and Decent Work, Human Rights, Society and Product Responsibility.

2.1.4 Corporate Social Responsibility (CSR)

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

Schermerhorn (1993) dalam Pian (2010) memberi definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan


(31)

12

cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal.

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Pian (2010), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Menurut ISO 26000, karakteristik dari Social Responsibility adalah kemauan sebuah organisasi untuk mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan serta aktivitas yang mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Secara konseptual, Corporate Social Responsibility adalah pendekatan dimana perusahaan

mengintegarasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip

kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005).

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA,


(32)

13

2004 dalam Anggraini, 2006). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainability development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya.

2.1.3.1 Kewajiban Perusahaan Melaksanakan Corporate Social Responsibility

Secara global beberapa tahun terakhir ini memperlihatkan di beberapa Negara, perusahaan telah melaksanakan CSR sebagai sebuah program yang wajib diimplementasikan. Tak terkecuali di Indonesia juga sudah banyak perusahaan yang menjalankan CSR, baik oleh Pemerintah dalam hal ini BUMN dan BUMD, maupun perusahaan swasta nasional. Perkembangan global saat ini menuntut CSR menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Suka atau tidak suka, ia harus

dikerjakan sebagai bentuk tanggung jawab kepada pemangku kepentingan

(stakeholder) (Business Week edisi Indonesia 18 Juni 2008: 39 dalam Pian 2010). 2.1.3.2Standar Pelaporan CSR

Standar pengungkapan sosial yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menurut Global Reporting Initiative (GRI) dalam G4 Sustainability Reporting Guidelines Reporting Principles And Standart Disclosure, di dalamnya terdapat standar pengungkapan umum dan standar pengungkapan spesifik. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan standar pengungkapan spesifik. Dimana standar pengungkapan spesifik mencakup lima bagian, yaitu:

Economic (Ekonomi): Menggambarkan aliran modal antara para

pemangku kepentingan yang berbeda, dan dampak utama dari organisasi.  Environmental and Social (Lingkungan Hidup): Dimensi lingkungan


(33)

14

hidup. Dimensi sosial menyangkut pada dampak organisasi dalam sistem sosial dimana dia beroperasi.

Labor Practices and Decent Work (Ketenagakerjaan): Didasarkan dan diakui secara internasional dan standar universal.

Human Rights (Hak Asasi Manusia): Meliputi sejauh mana proses yang telah dilaksanakan, insiden pelanggaran hak asasi manusia, dan perubahan dalam kemampuan para pemangku kepentingan untuk menikmati dan menggunakan hak asasi mereka.

Society and Product Responsibility (Kemasyarakatan dan Tanggung jawab Atas Produk): Menyangkut dampak apa yang organisasi miliki untuk masyarakat dan komunitas lokal.

2.1.3.3Pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan

Kewajiban perusahaan untuk menyertakan laporan tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 yang menjadi landasan bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial merupakan mandatory disclosure untuk setiap perusahaan di Indonesia, bukan lagi voluntary disclosure.

Setiap pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan mengkonsetrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, sebagaimana dinyatakan juga oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) paragraf keduabelas:

Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan


(34)

15

penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok

pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.”

Pengungkapan laporan dalam tiap perusahaan memiliki banyak perbedaan isi. Keragaman dalam pengungkapan ini disebabkan oleh perusahaan yang dikelola oleh manajer yang memiliki pandangan tentang filosofi manajerial dan keluasan yang berkaitan dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat yang berbeda-beda. Sementara itu, Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi tiga kategori yang biasa disebut sebagai aspek Triple Bottom Line, yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial.

2.1.5. Karakteristik Perusahaan

Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas pengungkapan (Lang dan Lundholm, 1993 dalam Rosmasita, 2007).

Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara entitas yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini karekteristik perusahaan yang

mempengaruhi pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan yaitu, tipe perusahaan (corporate type), ukuran perusahaan (corporate size), dan

profitabilitas (profitability). 2.1.5 Struktur Kepemilikan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mayoritas sahamnya dimiliki oleh

pemerintah sehingga stakeholder utama perusahaan ini adalah pemerintah. Dalam menjalankan operasional perusahaannya, BUMN berpedoman kepada perundang-undangan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu BUMN


(35)

16

akan mendapatkan sorotan yang lebih oleh masyarakat, hal ini karena masyarakat memiliki ekspektasi yang lebih besar terhadap BUMN dari pada perusahaan swasta. Bagi masyarakat, pengelolaan BUMN yang baik mencerminkan

keberhasilan pemerintah dalam berbisnis dan dalam pelaksanaan good corporate governance (Pian, 2010).

Kepemilikan saham pemerintah (government shareholding) adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah. Melalui kepemilikan saham ini

pemerintah berhak menetapkan direktur perusahaan. Selain itu pemerintah dapat mengendalikan kebijakan yang diambil oleh manajemen agar sesuai dengan kepentingan atau aspirasi pemerintah. Untuk dapat bertahan, perusahaan ini harus dapat mensinkronkan dirinya dengan pemerintah (Amran dan Devi, 2008).

Kepemilikan saham asing (foreign shareholding) adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Jika dilihat dari sisi stakeholder perusahaan, pengungkapan CSR merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya. Artinya, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Puspitasari, 2009 dalam Pian, 2010).

2.2 Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Peraturan Pemerintah

Peraturan pemerintah adalah peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Peraturan ini menjadi aspek penting yang harus diperhatikan oleh


(36)

17

perusahaan. Beberapa contoh yang termasuk dalam peraturan pemerintah ini antara lain izin operasional perusahaan, analisis dan standar dampak lingkungan, peraturan tentang tenaga kerja atau perburuhan dan lainnya.

Bapepam LK telah mengeluarkan keputusan Nomor 431/BL/2012 atau revisi Nomor X.K.6 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten dan Perusahaan Publik. Dibanding aturan yang lama (SK Bapepam No.

134/BL/2006) jumlah informasi yang wajib diungkapkan, khususnya yang terkait dengan praktek Corporat Governance, jauh lebih banyak.

Pada tahun 2007, DPR mengesahkan UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dalam pasal 74 undang-undang tersebut mewajibkan perusahaan untuk menguraikan aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.

Pada tahun 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyo menandatangani penerbitan PP No. 47 Tahun 2012, yang merupakan pelengkap dari amanat Pasal 74 ayat (4) UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dimana setidaknya ada tujuh hal termuat dalam PP ini. Hal ini akan berdampak pada semakin banyaknya informasi operasional perusahaan yang harus diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, termasuk dalam pengungkapan CSR.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Peraturan pemerintah berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR.


(37)

18

2.2.2 Tipe Perusahaan (Perusahaan High-Profile dan Low-Profile)

Para peneliti akuntansi sosial tertarik untuk menguji pengungkapan sosial pada berbagai perusahaan yang memiliki perbedaan karakteristik. Salah satu perbedaan karakteristik yang menjadi perhatian adalah tipe perusahaan, yaitu perusahaan yang high-profile dan perusahaan yang low-profile. Utomo (2000) dalam Anggraini (2011) mendefinisikan perusahaan high profile sebagai perusahaan yang memiliki consumer visibility, resiko politik yang tinggi, atau kompensasi yang tinggi.

Sementara itu, Preston (1977) dalam Hackston & Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi

lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain.

Pada penelitian ini industri yang dikategorikan sebagai high profile adalah industri di bidang migas, pertambangan, kertas, agrobisnis, dan telekomunikasi. Alasan pemilihan industri tersebut adalah perusahaan-perusahaan tersebut merupakan regulated company (Anggraini, 2011). Adapun regulasi yang

berkaitan dengan bidang-bidang tersebut antara lain Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001, Undang-Undang Pertambangan Umum No. 11 Tahun 1967, Undang-Undang No.23 Tahun 1997 mengenai Kinerja Pengelolaan Lingkungan Perusahaan, Undang-Undang Telekomunikasi No.36 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan telekomunikasi salah satunya mengikutsertakan peran masyarakat. Serta Peraturan yang berhubungan dengan Hak Pengelolaan Hutan.


(38)

19

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Tipe perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR. 2.2.3 Ukuran perusahaan (Corporate Size)

Beberapa penelitian empiris telah banyak menyediakan bukti mengenai hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan sosial perusahaan (Belkaoui, 1989; Hackston dan Milne, 1996). Perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan.

Menurut Cowen et al. (1987) dalam Sembiring (2005), secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Dari sisi tenaga kerja, dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tekanan pada pihak manajemen untuk memperhatikan kepentingan tenaga kerja akan semakin besar.

Hal ini berarti program tanggung jawab sosial perusahaan juga semakin banyak dan akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Oleh karena itu perusahaan yang lebih besar lebih dituntut untuk memperlihatkan/mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.


(39)

20

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR.

2.2.4 Profitabilitas (Profitability)

Telah menjadi anggapan dasar bahwa untuk menggambarkan pandangan tentang reaksi sosial membutuhkan gaya manajerial, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin besar pengungkapan informasi sosialnya (Bowman & Haire, 1976; dan Preston, 1978 dalam Hackston & Milne 1996).

Heinze (1976) dalam Hackston dan Milne (1996) mengungkapkan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan Belkaoui dan Karpik (1989) mengatakan bahwa dengan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H4: Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR.


(40)

21

2.2.5 Kepemilikan Saham Pemerintah (Government Shareholding)

Kepemilikan saham oleh pemerintah menyebabkan perusahaan tersebut dalam menjalankan aktivitasnya harus selaras dengan kepentingan pemerintah. Pemerintah berhak menunjuk direktur perusahaan tersebut sehingga keputusan bisnis yang diambil merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan pemerintah (Amran dan Devi, 2008).

Perusahaan akan mendapatkan sorotan yang lebih besar oleh masyarakat, karena masyarakat memiliki ekspektasi yang lebih besar terhadap BUMN dari pada perusahaan swasta. Bagi masyarakat, pengelolaan BUMN yang baik

mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam berbisnis dan dalam pelaksanaan good corporate governance. Tekanan pemerintah dan publik yang kuat akan membuat perusahaan harus lebih transparan dalam pengelolaannya. Perusahaan yang melakukan pengungkapan yang lebih besar merupakan wujud akuntabilitas atas pengelolaan perusahaan. Contohnya, perusahaan yang menggunakan laporan tahunan sebagai salah satu media pelaporan pertanggungjawaban manajemen mereka sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H5: Besarnya kepemilikan saham Pemerintah berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

2.2.6 Kepemilikan Saham Asing (Foreign Shareholding)

Penerapan CSR di Indonesia dapat diindikasikan sebagai akibat peningkatan nilai perusahaan asing setelah menerapkan CSR di dalam operasional perusahaan.


(41)

22

Nilai-nilai tersebut diterapkan oleh perusahaan yang dibentuk oleh para investor asing dalam kegiatan operasional perusahaan di Indonesia. Perusahaan berbasis asing memiliki teknologi yang cukup, skill karyawan yang baik, jaringan

informasi yang luas, sehingga memungkinkan melakukan disclosure secara luas.

Seperti diketahui, negara Eropa dan Amerika Serikat merupakan negara-negara yang sangat memperhatikan isu-isu sosial lingkungan, seperti: pelanggaran hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air. Negara-negara asing cenderung lebih perhatian aktivitas serta pengungkapan CSR. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, apabila perusahaan di Indonesia memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Machmud & Djakman, 2008).

Banyak penelitian yang menggunakan foreign shareholding sebagai variabel independen yang mempengaruhi pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi dan Sabeni (2002) dalam Pian (2010) menunjukkan hasil yang signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H6: Besarnya kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.


(42)

23

2.3Penelitian Terdahulu

Amran dan Devi (2008) melakukan penelitian mengenai CSR di Malaysia. Mereka menyelidiki mengenai pengaruh pemerintah dan kerjasama dengan pihak asing, terutama perusahaan multinasional, dengan perkembangan corporate social reporting (CSR) dalam ekonomi, dimana tingkat kesadaran CSR rendah dan tekanan akan penerapan CSR juga lemah. Penelitian ini mengungkapkan kebenaran bahwa pemerintah berpengaruh terhadap perkembangan CSR di Malaysia, sedangkan kerjasama dengan pihak asing tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan CSR di Malaysia.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti (Tahun)

Alat Analisis Variabel Penelitian Hasil Penelitian Anggraini (2006) Regresi Linear Berganda Variabel Independen: kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan, tipe industri, profitabilitas. Variabel Dependen: CSR disclosure.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonomi karena sudah ditetapkan dalam PSAK 57. Kepemilikan manajemen dan tipe industri menjadi bahan pertimbangan untuk pengungkapkan CSR. Sembiring (2005) Regresi Linear Berganda Variabel Independen: ukuran perusahaan, profitabilitas, profil, ukuran dewan komisaris, leverage. Variabel Dependen: pengungkapan

tanggung jawab sosial.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan, profil, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan profitabilitas, dan leverage gagal membuktikan pengaruh signifikannya.


(43)

24 Rosmasita (2007) Regresi Linear Berganda Variabel Independen: kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Variabel Dependen: pengungkapan sosial.

(1) Pengujian secara simultan menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor perusahaan terhadap pengungkapan CSR perusahaan, (2) variabel

kepemilikan manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial. Machmud dan Djakman (2008) Regresi Linear Berganda Variabel Independen: kepemilikan asing, kepemilikan institusi. Variabel Dependen: corporate social disclosure index (CSDI).

Kepemilikan asing, dan kepemilikan institutional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur kepemilikan asing maupun institutional tidak

mempunyai perhatian terhadap pengungkapan CSR untuk membuat keputusan investasi

Pian (2010) Regresi Linear Berganda Variabel Independen: kepemilikan saham, ukuran perusahaan, profitabilitas. Variabel Dependen: CSR

Faktor kepemilikan saham

pemerintah, regulasi pemerintah, tipe perusahaan dan ukuran industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Sementara itu, kepemilikan saham asing dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Anggraini (2011) Regresi Linear Berganda Variabel Independen: Kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing. Variabel Dependen: pengungkapan pertanggungjawaban sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi

pegungkapan pertanggungjawaban sosial adalah ukuran perusahaan dan tipe perusahaan yang merupakan variabel kontrol. Sedangkan variabel kepemilikan institusional,

kepemilikan asing, dan ROA tidak mempengaruhi pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Maulida (2013) Regresi Linear Berganda Variabel Independen: kepemilikan asing, afiliasi asing, proyek pemerintah.

Variabel Dependen: pengungkapan

tanggung jawab sosial

Variabel kontrak atau proyek dari pemeritah memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel

kepemilikan saham asing, afiliasi asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.


(44)

25 Sari dan Marso (2013) Regresi Linear Berganda Variabel Independen: kinerja keuangan, ukuran perusahaan, dan corporate governance. Variabel Dependen: pengungkapan sustainability report

Terdapat pengaruh signifikan dari variabel profitabilitas, komite audit, dan dewan komisaris independen. Sedangkan likuiditas, leverage, aktivitas perusahaan, ukuran perusahaan, dan dewan direksi menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan sustainability report.

2.4Kerangka Pemikiran Teoritis

Perkembangan perusahaan di Indonesia pada era globalisasi sangat pesat, kemajuan teknologi juga menjadi faktor pendorongnya. Terutama pada

perusahaan manufaktur, kemajuan dari teknologi berdampak pada hasil buang dari produksi dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan berdampak panjang pada global warming. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan berlomba-lomba untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial lingkungannya.

Seperti yang tercantum dalam PSAK no 1 (revisi 2009) paragraf keduabelas, mengenai laporan tambahan lingkungan hidup dan laporan nilai tambah pada laporan tahunan perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk mengungkapkan CSR kedalam laporan tahunan perusahaan.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, peneliti menggunakan faktor peraturan pemerintah, tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas,

kepemilikan saham pemerintah, dan kepemilikan saham asing, sebagai variabel independen penelitian yang mempengaruhi pengungkapan CSR sebagai variabel dependen penelitian.


(45)

26

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Peraturan Pemerintah

Tipe Perusahaan

Ukuran Perusahaan

Profitabilitas

Kepemilikan Saham Pemerintah Kepemilikan Saham Asing


(46)

27

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2013. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling.

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam sampel penelitian adalah: 1. Perusahan-perusahaan yang terdaftar (listing) di BEI tahun 2007-2013. 2. Perusahaan tersebut menerbitkan annual report tahun 2007-2013.

3. Perusahaan tersebut menyediakan informasi mengenai pelaksanaan CSR. 4. Perusahaan tersebut menyediakan informasi mengenai proporsi kepemilikan

saham perusahaan.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa annual report 20 perusahaan pada tahun 2007-2013, yang diperoleh dari:

1. IDX (Indonesian Stock Exchanges) tahun 2007-2013.

2. Jurnal, makalah, penelitian, buku, dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian ini.

Alasan peneliti menggunakan data sekunder adalah karena data sekunder lebih mudah diperoleh, biayanya lebih murah, sudah ada penelitian dengan jenis data


(47)

28

ini, serta lebih dapat dipercaya keabsahannya karena laporan keuangannya telah diaudit oleh akuntan publik.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode

pengambilan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada. Data dalam penelitian ini berasal dari situs www.idx.co.id 2007-2013, jurnal, penelitian terdahulu, buku, dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian.

Untuk metode pengambilan sampel, yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-random. Hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan keseluruhan populasi penelitian yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian yang sudah ditentukan.

3.4 Variabel Penelitian

Penelitian ini menganalisis secara empiris mengenai pengaruh peraturan

pemerintah, karakteristik perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap tingkat pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian atas hipotesis-hipotesis yang telah diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan menurut metode penelitian dan analisis yang dirancang sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti agar mendapatkan hasil yang akurat. 3.4.1 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan perusahaan atau Corporate Social Reporting Index (CSRI). Standar pengungkapan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar pengungkapan spesifik menurut Global Reporting Initiative (GRI). Standar


(48)

29

penungkapan spesifik mencakup lima bagian, yaitu Economic (ekonomi),

Environmental and Social (lingkungan hidup), Labor Practices and Decent Work (ketenagakerjaan), Human Rights (hak asasi manusia), Society (kemasyarakatan), and Product Responsibility (tanggung jawab atas produk). Metode analisis isi (content analysis) digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur pengungkapan CSR.

Pengukuran pengungkapan CSR tersebut dilakukan dengan cara mengamati ada atau tidaknya item standar pengungkapan yang ditemukan dalam laporan tahunan, apabila item standar tidak ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 0, dan jika item standar yang ditentukan ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1. Penghitungan Index CSR ini dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Weber, 1988; Sembiring, 2005 dalam Maulida, 2013):

CSDI =

Keterangan:

CSDI : Corporate Social Disclosure Index perusahaan

X : Jumlah item yang diungkapkan perusahaan, X bernilai 1 = jika item diungkapkan; 0 = jika item tidak diungkapkan

n : Jumlah item pengungkapan CSR oleh GRI, n = 6

Pengungkapan sosial menunjukkan seberapa luas butir-butir pengungkapan yang disyaratkan telah diungkapkan.

3.4.2 Variabel Bebas (Independen) 3.4.2.1 Peraturan Pemerintah

Peraturan pemerintah diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu dengan menggunakan skala 1 untuk perusahaan yang telah melaksanakan peraturan


(49)

30

pemerintah tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam annual report, dan skala 0 untuk perusahaan yang belum melaksanakan peraturan pemerintah tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam annual report yang dapat dilihat pada bagian tentang Laporan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Laporan Tahunan Perusahaan.

Diasumsikan bahwa annual report perusahaan pada tahun 2007-2011

melaksanakan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan annual report perusahaan pada tahun 2012-2013 melaksanakan PP No.47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perseroan Terbatas. Metode pengukuran yang digunakan berdasarkan pengukuran yang telah digunakan oleh Pian (2010).

3.4.2.2 Tipe Perusahaan (Corporate Type)

Tipe industri diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu pemberian skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile, dan skor 0 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri low-profile. Kriteria untuk menentukan perusahaan termasuk high-profile dan low-profile digunakan pengelompokan menurut Anggraini (2011). Alasan pemilihan industri tersebut adalah perusahaan-perusahaan tersebut merupakan regulated company.

Adapun regulasi yang berkaitan dengan bidang-bidang tersebut antara lain Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001, Undang-Undang Pertambangan Umum No. 11 Tahun 1967, Undang-Undang No.23 Tahun 1997 mengenai Kinerja Pengelolaan Lingkungan Perusahaan, Undang-Undang Telekomunikasi No.36 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa dalam


(50)

31

penyelenggaraan telekomunikasi salah satunya mengikutsertakan peran

masyarakat. Serta Peraturan yang berhubungan dengan Hak Pengelolaan Hutan.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri di bidang migas,

pertambangan, kertas, agrobisnis, dan telekomunikasi dikelompokkan sebagai industri yang high-profile.

3.4.2.3 Ukuran Perusahaan (Corporate Size)

Ukuran perusahaan diukur dari total aset yang dimiliki perusahaan yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2007-2013. Size perusahaan yang diukur dengan total aset akan ditransformasikan dalam logaritma untuk

menyamakan dengan variabel lain karena total aset perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam penelitian ini. Metode

pengukuran ini berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Machmud dan Djakman (2008).

SIZE = log (nilai buku total aset) 3.4.2.4 Profitabilitas (Profitability)

Profitabilitas perusahaan diukur dengan Return on Asset (ROA) sebagaimana telah dilakukan dalam penelitian Amran dan Devi (2008).

Return On Asset = 3.4.2.5 Kepemilikan Saham Pemerintah

Kepemilikan pemerintah dalam penelitian ini menggunakan persentase pemilikan saham Pemerintah Indonesia. Kepemilikan tersebut dilihat dalam laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2007-2013. Metode pengukuran yang digunakan


(51)

32

berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Amran dan Devi (2008). Besarnya saham pemerintah diukur dari:

Kepemilikan Saham Pemerintah = 3.4.2.6 Kepemilikan Saham Asing

Kepemilikan asing dalam penelitian ini menggunakan persentase pemilikan saham pihak atau entitas asing (luar negeri). Kepemilikan tersebut dilihat dalam laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2007-2013. Metode pengukuran yang digunakan berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Amran dan Devi (2008). Besarnya saham asing diukur dari:

Kepemilikan Saham Asing = 3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Uji Asumsi Klasik 3.5.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini ada 2 cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2011). Alat uji yang digunakan dengan analisis grafik normal probability plot dan uji statistik dengan


(52)

33

Dasar pengambilan keputusan dengan analisis grafik normal probability plot adalah (Ghozali, 2011):

1. Jika titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika titik menyebar jauh dari garis diagonal dan/tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) dilakukan dengan membuat hipotesis (Ghozali, 2011):

H0 : Data residual berdistribusi normal HA : Data residual tidak berdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) adalah:

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan HA diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal.

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima dan HA ditolak. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal.

3.5.1.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi penelitian ini menggunakan metode uji Durbin-Watson (DW test). Metode


(53)

34

Durbin-Watson menggunakan titik kritis yaitu batas bawah (dl) dan batas atas (du). H0 diterima jika nilai Durbin-Watson lebih besar dari batas atas nilai Durbin-Watson pada tabel.

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan tabel Durbin-Watson (Ghozali, 2011):

1. Jika 0 < d < dl, maka tidak ada autokorelasi positif. 2. Jika dl ≤ d ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif. 3. Jika 4 – dl < d < 4, maka tidak ada korelasi negatif. 4. Jika 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl, maka tidak ada korelasi negatif.

5. Jika du < d < 4 – du, maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

Run test merupakan bagian dari statistik non-parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).

Run test dilakukan dengan membuat hipotesis dasar, yaitu: H0 : residual (res_1) random (acak)

HA : residual (res_1) tidak random

Dengan hipotesis dasar di atas, maka dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan Run test adalah (Ghozali, 2011):

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan HA diterima. Hal ini berarti data residual terjadi secara tidak random (sistematis).


(54)

35

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima dan HA ditolak. Hal ini berarti data residual terjadi secara random (acak).

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

Heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat melalui hasil grafik plot dan uji statistik.

Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan uji statistik yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011). Jika variabel

independen signifikan (< 0,05) secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Jika signifikansi terjadi sebaliknya (> 0,05), maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas (Ghazali, 2011).

3.5.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah


(55)

36

antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 3.5.3 Uji t

Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Uji t dilakukan dengan membuat hipotesis dasar, yaitu:

H0 : Suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

HA : Suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Dengan tingkat signifikansi 5%, maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1. Bila signifikansi t < 0,05, maka HO ditolak dan HA diterima, artinya terdapat

pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima dan HA ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.

3.5.4 Uji Hipotesis

Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan serangkaian tahap untuk menghitung dan mengolah data tersebut, agar dapat mendukung hipotesis yang telah diajukan.


(56)

37

1. Menghitung Indeks CSR.

2. Menghitung peraturan pemerintah, karakteristik perusahaan yang diproksikan dalam tipe perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, serta variabel struktur kepemilikan yang diproksikan dalam kepemilikan saham pemerintah, dan kepemilikan saham asing.

3. Regresi model.

Metode regresi linier berganda (multiple regression) dilakukan terhadap model yang diajukan peneliti dengan menggunakan Software SPSS untuk memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Model regresi berganda diukur dengan rumus sebagai berikut:

CSRI = β0 + β1GR + β2TYPE + β3SIZE + β4ROA + β5GS + β6FS + ԑ it

Keterangan:

CSRI : indeks pengungkapan CSR GR : peraturan pemerintah

TYPE : tipe perusahaan, high-profile = 1, low-profile = 0 SIZE : ukuran perusahaan, log total aset

ROA : profitabilitas, proksi ROA

GS : persentase kepemilikan pemerintah sebesar minimal 5% FS : persentase kepemilikan asing sebesar minimal 5%


(57)

63

BAB 5 PENUTUP

5.1Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dengan pengujian statistik analisis regresi berganda, menunjukkan bahwa variabel peraturan pemerintah, tipe perusahaan, dan kepemilikan saham pemerintah berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan CSR. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kepemilikan saham asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah tidak mempengaruhi perusahaan asing terutama perusahaan asing yang bergerak dibidang lingkungan dimana seharusnya Peraturan Pemerintah dapat mengikat seluruh perusahaan yang ada di Indonesia, karena peraturan bersifat wajib untuk ditaati dan dilaksanakan oleh perusahaan. Ada atau tidaknya suatu peraturan yang dibuat oleh pemerintah akan mempengaruhi besar kecilnya pengungkapan CSR perusahaan, sehingga dengan dilaksanakannya peraturan tersebut oleh perusahaan akan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mantaati peraturan pemerintah yang mengatur kegiatan mereka.


(58)

64

1.2 Keterbatasan Penelitian

Penulis hanya menggunakan variabel peraturan pemerintah, karakteristik perusahaan (tipe perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas), dan struktur kepemilikan (kepemilikan saham pemerintah, dan kepemilikan saham asing) terhadap pengungkapan corporate social responsibility (csr). Sampel dalam penelitian ini hanya mencakup 20 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2013 sehingga menjadi 140 laporan tahunan perusahaan. 5.3 Saran

Dari kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran yang diberikan kepada penelitian selanjutnya adalah:

1. Diharapkan dapat menambah jumlah sampel untuk penelitian selanjutnya, sehingga akan lebih valid dalam hasil yang diperoleh.

2. Periode pengamatan sebaiknya diperluas, sehingga hasil penelitian dapat memprediksi jangka panjang.

3. Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan faktor-faktor pengaruh lain yang dapat mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Amran, Azlan dan S. Susela Devi. 2008. “The Impact Of Government And Foreign Affiliate Influence On Corporate Social Reporting (The Case Of Malaysia)”. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 23, No. 4, hal. 386-404

Anggraini, Dwi Ririn. 2011. “Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan

Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report”. Universitas Diponegoro

Anggraini, Fr. RR. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Infromasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Belkaoui, A. dan PG. Karpik. 1989. “Determinants of the Corporate Decision to

Disclose Social Information”. Acoounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 2, No. 1, hal. 36-51

Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Undip: Semarang. Ghozali, Imam. 2011. SPSS. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM

SPSS 19. Badan Penerbit Undip: Semarang.

Hackston, D., dan M.J. Milne. 1996. “Some determinants of social and environmental disclosures in New Zealand companies”. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 9, No. 1, hal 77-108

Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial (Social Disclosures) Dalam Laporan Tahunan Emiten Di Bursa Efek Jakarta Dan Bursa Efek Surabaya”. Universitas Diponegoro Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Jakarta:

Salemba Empat.

Jensen, Michael C. Dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of

Financial Economics, V. 3, No. 4, pp. 305-360

Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. “Pengaruh Struktur

Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006”. Simposium Nasional Akuntansi 11


(60)

Maulida, Dinda. 2013. “Pengaruh Kepemilikan Asing, Afiliasi Asing, Dan Proyek Pemerintah Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011)”. Universitas Diponegoro

Moir, L. 2001. “What Do We Mean By CSR?”, Corporate Governance. Vol. 1, No. 2, Hal. 16-22

Nistantya, Dewa Sancahya. 2010. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan

Perbankan Yang Listing Di Bei Tahun 2007 Sampai Dengan Tahun 2009)”. Universitas Sebelas Maret

Nuryana, Mu’man. 2005. “Corporate Social Responsibility Dan Kontribusi Bagi Pembangunan Berkelanjutan”. Makalah yang disampaikan pada diklat pekerja sosial industri. Balai Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung. Lembang, 5 Desember 2005

Pian, Mahatma Angling. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Laporan Tahunan Di Indonesia”. Universitas Diponegoro

Putri, Cynthia Dwi. 2013. “Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Sustaianbility Report (Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)”. Universitas Negeri Padang

Roberts, Robin W. 1992. “Determinants Of Corporate Social Responsibility Disclosure An Application Of Stakeholder Theory”. Accounting Organizations and Society, Vol. 17, No. 6, pp 595-612

Robins, F. 2005. “The Future Of Corporate Social Responsibility”. Asian Business and Management, No. 4, 95-115

Rosmasita, H. 2007. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”. Universitas Islam Indonesia Sari, Mega Putri Yustia dan Marsono. 2013. “Pengaruh Kinerja Keuangan,

Ukuran Perusahaan, Dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report”. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 2, No. 3, Hal. 1-10

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo


(61)

Ullman. 1985. “Data In Search Of a Theory: A Critical Examination Of The Realtionships Among Social Performance, Social Disclosure, And

Economic Performance Of U.S. Firms”. Academy Of Management Review, Vol. 10, No. 3, pp. 540-557

www.bapepam.go.id www.globalreporting.org www.idx.co.id


(1)

37

1. Menghitung Indeks CSR.

2. Menghitung peraturan pemerintah, karakteristik perusahaan yang diproksikan dalam tipe perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, serta variabel struktur kepemilikan yang diproksikan dalam kepemilikan saham pemerintah, dan kepemilikan saham asing.

3. Regresi model.

Metode regresi linier berganda (multiple regression) dilakukan terhadap model yang diajukan peneliti dengan menggunakan Software SPSS untuk memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Model regresi berganda diukur dengan rumus sebagai berikut:

CSRI = β0 + β1GR + β2TYPE + β3SIZE + β4ROA + β5GS + β6FS + ԑ it

Keterangan:

CSRI : indeks pengungkapan CSR GR : peraturan pemerintah

TYPE : tipe perusahaan, high-profile = 1, low-profile = 0 SIZE : ukuran perusahaan, log total aset

ROA : profitabilitas, proksi ROA

GS : persentase kepemilikan pemerintah sebesar minimal 5% FS : persentase kepemilikan asing sebesar minimal 5%


(2)

63

BAB 5 PENUTUP

5.1Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dengan pengujian statistik analisis regresi berganda, menunjukkan bahwa variabel peraturan pemerintah, tipe perusahaan, dan kepemilikan saham pemerintah berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan CSR. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kepemilikan saham asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah tidak mempengaruhi perusahaan asing terutama perusahaan asing yang bergerak dibidang lingkungan dimana seharusnya Peraturan Pemerintah dapat mengikat seluruh perusahaan yang ada di Indonesia, karena peraturan bersifat wajib untuk ditaati dan dilaksanakan oleh perusahaan. Ada atau tidaknya suatu peraturan yang dibuat oleh pemerintah akan mempengaruhi besar kecilnya pengungkapan CSR perusahaan, sehingga dengan dilaksanakannya peraturan tersebut oleh perusahaan akan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mantaati peraturan pemerintah yang mengatur kegiatan mereka.


(3)

64

1.2 Keterbatasan Penelitian

Penulis hanya menggunakan variabel peraturan pemerintah, karakteristik perusahaan (tipe perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas), dan struktur kepemilikan (kepemilikan saham pemerintah, dan kepemilikan saham asing) terhadap pengungkapan corporate social responsibility (csr). Sampel dalam penelitian ini hanya mencakup 20 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2013 sehingga menjadi 140 laporan tahunan perusahaan. 5.3 Saran

Dari kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran yang diberikan kepada penelitian selanjutnya adalah:

1. Diharapkan dapat menambah jumlah sampel untuk penelitian selanjutnya, sehingga akan lebih valid dalam hasil yang diperoleh.

2. Periode pengamatan sebaiknya diperluas, sehingga hasil penelitian dapat memprediksi jangka panjang.

3. Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan faktor-faktor pengaruh lain yang dapat mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amran, Azlan dan S. Susela Devi. 2008. “The Impact Of Government And Foreign Affiliate Influence On Corporate Social Reporting (The Case Of

Malaysia)”. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 23, No.

4, hal. 386-404

Anggraini, Dwi Ririn. 2011. “Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan

Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report”. Universitas Diponegoro

Anggraini, Fr. RR. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pengungkapan Infromasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang

Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi 9

Belkaoui, A. dan PG. Karpik. 1989. “Determinants of the Corporate Decision to

Disclose Social Information”. Acoounting, Auditing and Accountability

Journal, Vol. 2, No. 1, hal. 36-51

Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Undip: Semarang. Ghozali, Imam. 2011. SPSS. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM

SPSS 19. Badan Penerbit Undip: Semarang.

Hackston, D., dan M.J. Milne. 1996. “Some determinants of social and

environmental disclosures in New Zealand companies”. Accounting,

Auditing and Accountability Journal, Vol. 9, No. 1, hal 77-108

Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial (Social Disclosures) Dalam Laporan Tahunan Emiten Di Bursa Efek Jakarta Dan Bursa Efek Surabaya”. Universitas Diponegoro Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Jakarta:

Salemba Empat.

Jensen, Michael C. Dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm:

Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of

Financial Economics, V. 3, No. 4, pp. 305-360

Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. “Pengaruh Struktur

Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006”. Simposium Nasional Akuntansi 11


(5)

Maulida, Dinda. 2013. “Pengaruh Kepemilikan Asing, Afiliasi Asing, Dan Proyek Pemerintah Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011)”. Universitas Diponegoro

Moir, L. 2001. “What Do We Mean By CSR?”, Corporate Governance. Vol. 1,

No. 2, Hal. 16-22

Nistantya, Dewa Sancahya. 2010. “Pengaruh Corporate Social Responsibility

Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan

Perbankan Yang Listing Di Bei Tahun 2007 Sampai Dengan Tahun 2009)”. Universitas Sebelas Maret

Nuryana, Mu’man. 2005. “Corporate Social Responsibility Dan Kontribusi Bagi Pembangunan Berkelanjutan”. Makalah yang disampaikan pada diklat pekerja sosial industri. Balai Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung. Lembang, 5 Desember 2005

Pian, Mahatma Angling. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Laporan Tahunan Di Indonesia”. Universitas Diponegoro

Putri, Cynthia Dwi. 2013. “Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik

Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Sustaianbility Report (Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)”. Universitas Negeri Padang

Roberts, Robin W. 1992. “Determinants Of Corporate Social Responsibility

Disclosure An Application Of Stakeholder Theory”. Accounting

Organizations and Society, Vol. 17, No. 6, pp 595-612

Robins, F. 2005. “The Future Of Corporate Social Responsibility”. Asian Business and Management, No. 4, 95-115

Rosmasita, H. 2007. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial

(Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”. Universitas Islam Indonesia Sari, Mega Putri Yustia dan Marsono. 2013. “Pengaruh Kinerja Keuangan,

Ukuran Perusahaan, Dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report”. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 2, No. 3, Hal. 1-10

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan

Tanggung jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di


(6)

Ullman. 1985. “Data In Search Of a Theory: A Critical Examination Of The Realtionships Among Social Performance, Social Disclosure, And

Economic Performance Of U.S. Firms”. Academy Of Management Review,

Vol. 10, No. 3, pp. 540-557 www.bapepam.go.id

www.globalreporting.org www.idx.co.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 89 119

Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 73 108

Pengaruh Penyajian Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Earning Response Coefficient (ERC) (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012

1 64 102

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 38 122

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governace dan profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Industri yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 46 93

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 68 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 103

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2014

2 82 70