Demikian jelaslah, bahwa akibat hukum bagi debitur setelah dinyatakan pailit adalah bahwa ia tidak boleh lagi mengurus harta kekayaannya yang dinyatakan pailit, dan
selanjutnya yang akan mengurus harta kekayaan atau perusahaan debitur pailit tersebut adalah Kurator. Untuk menjaga dan mengawasi tugas seorang kurator, pengadilan
menunjuk seorang hakim pengawas, yang mengawasi perjalan proses kepailitan pengurusan dan pemberesan harta pailit.
Pernyataan pailit mengakibatkan debitur yang dinyatakan pailit kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke
dalam harta pailit.
30
Hal ini dapat dilihat dari adanya kewenangan kurator untuk mengurus dan atau melakukan pemberesan harta pailit.
31
Penjelasan paragraf di atas
menunjukkan bahwa debitur tidaklah di bawah pengampuan, dan tidak kehilangan kemampuannya untuk melakukan perbuatan hukum menyangkut dirinya, kecuali apabila
perbuatan hukum itu menyangkut pengurusan dan pengalihan harta bendanya yang telah ada. Apabila menyangkut harta benda yang akan diperolehnya, debitur tetap dapat
melakukan perbuatan hukum menerima harta benda yang akan diperolehnya itu namun
diperolehnya itu kemudian menjadi bagian dari harta pailit.
32
Pailitnya pihak debitur,
banyak menimbulkan akibat yuridis yang diberlakukan kepadanya oleh undang-undang. Akibat-akibat yuridis tersebut berlaku kepada debitor dengan 2 dua model
pemberlakuan, yaitu:
33
30
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Kepailitan Seri Hukum Bisnis, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 30 dan lihat pula ketentuan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
31
Lihat ketentuan Pasal 16 ayat 1 dan Pasal 69 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
32
Imran Nating, Op.Cit, hlm. 44.
33
Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 61-62.
1. Berlaku demi hukum
Universitas Sumatera Utara
Beberapa akibat yuridis yang berlaku demi hukum by the operation of law segera setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit mempunyai
kekuatan hukum tetap ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Dalam hal ini, pengadilan niaga, hakim pengawas, kurator, kreditur, dan pihak lain yang terlibat dalam proses
kepailitan tidak dapat memberikan andil secara langsung untuk terjadinya akibat yuridis tersebut.
34
Selain akibat yuridis hukum kepailitan yang berlaku demi hukum, terdapat akibat hukum tertentu dari kepailitan yang berlaku secara Rule of Reason. Maksud dari
pemberlakuan model ini adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis berlaku, tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu setelah mempunyai alasan
yang wajar untuk diberlakukan. 2. Berlaku secara Rule of Reason
35
Akibat yuridis dari suatu kepailitan terhadap pihak debitur yang dipailitkan antara lain dapat berupa boleh dilakukannya kompensasi,
kontrak timbal balik yang boleh dilanjutkan, berlakunya penangguhan eksekusi, berlakunya actio pauliana, berlakunya sitaan umum atas seluruh harta debitur, gugatan
hukum harus oleh atau terhadap kurator, transaksi forward dihentikan, dapat dilakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan, hak retensi tidak hilang, debitur pailit
dapat disandera gijzeling, harta pailit dapat disegel, keputusan bersifat serta merta, dan masih banyak lagi.
36
34
Contoh dari pemberlakuan model ini dapat dilihat pada Pasal 97 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
35
Contoh pemberlakuan mode secara Rule of Reason adalah tindakan penyegelan harta pailit. Harta debitor pailit dapat disegel atas persetujuan Hakim Pengawas, sehingga hal ini tidak berlaku secara
otomatis. Hal ini dapat pula dilihat dalam ketentuan Pasal 99 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
36
Munir Fuady, op.cit., hlm. 63-64.
Universitas Sumatera Utara
Akibat-akibat yuridis yang ada di dalam kepailitan, sitaan umum merupakan prinsip yang ada di dalam kepailitan.
37
Sitaan umum ini berlaku terhadap seluruh harta debitur yaitu harta yang telah ada pada saat pernyataan pailit ditetapkan, dan harrta yang
diperoleh selama kepailitan. Adanya putusan pernyataan pailit berakibat terhadap semua penyitaan yang telah dilakukan menjadi hapus dan jika diperlukan Hakim Pengawas
harus memerintahkan pencoretannya.
38
pengelolaan harta pailit management of estate. Pengelolaan ini merupakan suatu metode sistematik untuk mengurus harta kekayaan debitur selama menunggu proses kepailitan.
Caranya dilakukan dengan menunjuk beberapa wakil kreditur untuk mengontrol semua harta kekayaan debitur, serta diberikan kekuasaan untuk mencegah, dalam bentuk
peraturan, transaksi, perbuatan curang untuk mentransfer kekayaan, mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikannya kepada para kreditur.
Sitaan terhadap seluruh kekayaan debitur merupakan bagian dari
39
Sita umum seharusnya dilakukan secara langsung terhadap semua harta kekayaan yang dimiliki oleh debitur untuk manfaat semua kreditur. Dengan demikian, undang-
undang kepailitan digunakan untuk memaksa para kreditur menghentikan eksekusi haknya sendiri-sendiri, dan pada sisi yang lain debitur harus melepaskan penguasaan
terhadap aset-asetnya dan menyerahkannya pada pengadilan. Adapun tujuan undang- undang kepailitan dalam hal ini adalah memberikan suatu forum kolektif untuk memilah-
37
Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
38
Siti Anisah, op.cit., hlm. 191.
39
Ibid, hlm. 191-192.
Universitas Sumatera Utara
milah hak-hak dari berbagai macam kreditur terhadap aset seorang debitur yang tidak cukup nilainya debt collection system.
40
a. Kehilangan hak menguasai dan mengurus harta kekayaannya.
Jelas bahwa berlakunya akibat hukum tersebut tidak semuanya sama. Ada yang perlu dimintakan oleh pihak tertentu dan perlu pula persetujuan institusi tertentu, tetapi
ada juga yang berlaku karena hukum by the operation of law begitu putusan pailit dikabulkan oleh Pengadilan Niaga. Dalam Pasal 21 Undang-undang Kepailitan
disebutkan, Kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Dengan demikian,
bahwa Kepailitan berkaitan dengan harta benda debitur. Oleh karena itu dengan dinyatakan pailit, maka:
1. Debitur,
b. Perikatan yang muncul setelah pernyataan pailit tidak dapat dibebankan ke budel
pailit. c.
tujuan terhadap harta pailit diajukan ke dan atau oleh Kurator. d.
Penyitaan menjadi hapus. e.
Bila debitur ditahan harus dilepas. f.
Terhadap Pemegang Hak Tertentu, 2. Pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek atau hak agunan lainnya
dapat mengeksekusi seolah-olah tidak ada kepailitan. 3. Pelaksanaan hak tersebut harus dilaporkan ke Kurator.
4. Hak istimewa.
40
Ibid, hlm. 192-193.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1139 Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan, piutang-piutang yang diistimewakan terhadap benda-benda tertentu. Dalam Pasal 1149 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata disebutkan, piutang-piutang yang diistimewakan atas semua benda bergerak dan tak bergerak pada umumnya ialah disebutkan di bawah ini, piutang-
piutang mana dilunasi dari pendapatan penjualan benda-benda itu menurut urutan.
E. Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit
Pengertian pengurusan dan pemberesan merupakan maksud yang berbeda menurut UU ini, dimana pengurusan merupakan tindakan yang dilakukan oleh Kurator sejak dari
putusan pernyataan pailit, yaitu berupa segala rangkaian yang berkaitan dengan pencocokan piutang, perdamaian, dan bahkan sampai kepada pemberesannya.
41
Pengurusan adalah menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit tidak berkurang dalam jumlah,
nilai dan bahkan bertambah dalam jumlah dan nilai. Jika ternyata kemudian putusan pailit tersebut dibatalkan oleh, baik putusan kasasi atau peninjauan kembali , maka segala
perbuatan yang telah dilakukan oleh Kurator sebelum atau pada tanggal Kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan, tetap sah dan mengikat bagi Debitor pailit.
42
Pemberesan merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh Kurator terhadap pengurusan harta Debitor pailit, dimana pemberesan baru dapat dilakukan setelah Debitor
pailit benar-benar dalam keadaan tidak mampu membayar insolvensi setelah adanya putusan pernyataan pailit. Insolvensi bukanlah merupakan suatu putusan pengadilan, akan
41
Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Bandung, 2009, hlm 49
42
M. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2001, hlm 48
Universitas Sumatera Utara
tetapi merupakan suatu keadaan yang terjadi dengan sendirinya bilamana harta Debitur pailit nilainya berada dibawah nilai piutang, dan insolvensi ini bisa terjadi karena :
1. Apabila setelah adanya putusan kepailitan, si pailit tidak ada menawarkan suatu
perdamaian. 2.
Apabila ada penawaran perdamaian oleh si pailit maupun oleh Kurator, tetapi tidak disetujui oleh para Kreditur dalam rapat verifikasi pencocokan piutang.
3. Apabila terdapat perdamian dan disetujui oleh para Kreditur dalam rapat verifikasi tetapi
tidak mendapat homogolasi pengesahan oleh hakim pemutusan kepailitan. Kurator yang ditetapkan dalam putusan pailit segera bertugas untuk melakukan
pengurusan dan penguasaan boedel pailit, dibawah pengawasan hakim pengawas, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan upaya hukum baik berupa kasasi ataupun peninjauan
kembali. Kurator dalam kepailitan adalah pihak yang telah ditetapkan oleh undang-undang untuk melakukan penguasaan dan pengurusan harta pailit.
43
Kurator diangkat oleh pengadilan bersamaan dengan putusan permohonan pernyataan pailit. Jika Debitur atau Kreditur yang memohonkan kepailitan tidak mengajukan
usul pengangkatan kurator lain kepada pengadilan, maka Balai Harta Peninggalan BHP bertindak selaku Kurator. Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah menunjuk kurator sebagai satu-satunya pihak yang akan menangani
seluruh kegiatan pemberesan termasuk pengurusan harta pailit. Secara umum hal tersebut dinyatakan dalam ketentuan Pasal 24 ayat 1 UUK PKPU yang merumuskan “seluruh
gugatan hukum yang bersumber pada hak dan kewajiban harta kekayaan Debitur pailit, harus diajukan terhadap atau oleh Kurator”.
43
Jono, Op.Cit, hlm 51
Universitas Sumatera Utara
Kepailitan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Kurator atas harta pailit milik Debitur pailit tidak dimonopoli oleh BHP sebagai satu-satunya Kurator, melainkan juga dibuka
kemungkinan bagi pihak lain untuk turut menjadi Kurator bagi harta pailit, dengan ketentuan bahwa pihak tersebut haruslah :
a. Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki
keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta pailit; dan
b. Telah terdaftar pada Departemen Kehakiman
c. Kurator yang diangkat oleh pengadilan harus independen dan tidak mempunyai benturan
kepentingan baik dengan Debitur maupun dengan pihak Kreditur. Surat Tanda Terdaftar sebagai Kurator dan pengurus berlaku sepanjang Kurator dan pengurus masih terdaftar
sebagai anggota aktif sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia.
d. Kode etik profesi Asosiasi Kurator dan pengurus menyebutkan bahwa benturan
kepentingan adalah keterkaitan antara Kurator atau pengurus dengan Debitur, Kreditur atau pihak lain yang dapat menghalangi pelaksanaan tugasnya dengan penuh
tanggungjawab sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. e.
Benturan kepentingan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas Kurator dan pengurus harus dihindarkan. Oleh karena itu, sebelum penunjukan, kurator harus
menolak penunjukan jika ternyata bahwa pada saat penunjukan terdapat benturan kepentingan atau berdasarkan informasi yang diperoleh, Kurator berpendapat bahwa
benturan kepentingan mungkin akan muncul. Demikian halnya setelah penunjukan
Universitas Sumatera Utara
Kurator harus segera mengungkapkan kepada Hakim Pengawas Kreditur dan Debitur jika ternyata setelah penunjukan, muncul benturan kepentingan.
f. Dalam menjalankan tugas dan kewenangan Kurator yang begitu besar, maka seorang
kurator akan mendapatkan imbalan jasa yaitu upah yang harus dibayar dengan nilai yang tidak sedikit. Pasal 76 UUK PKPU menetapkan besarnya imbalan jasa yang harus
dibayarkan kepada kurator sebagaimana dimaksud Pasal 75 UUK PKPU ditetapkan berdasarkan pedoman yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan perundang-undangan. g.
Meskipun tugas dan kewenangan Kurator tersebut merupakan hak yang dapat dilaksanakan oleh Kurator itu sendiri, namun bukan berarti Kurator tidak memiliki
kewajiban untuk mengurus harta Debitur pailit, kewajiban tersebut dapat dilihat dari Pasal 74 ayat 1 UUK PKPU yang menyebutkan bahwa Kurator berkewajiban
menyampaikan laporan setiap tiga 3 bulanan kepada hakim pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugas-tugasnya, kemudian Kurator juga harus
bertanggungjawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengurusan dan atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit Pasal
75 Jo Pasal 76 UUK PKPU. Menurut Pasal 15 UU Nomor. 37 Tahun 2004, dalam putusan pernyataan pailit
harus diangkat seorang Kurator dan Hakim Pengawas yang ditunjuk dari hakim Pengadilan Niaga. Apabila debitur, kreditur, atau pihak yang berwenang mengajukan
permohonan pernyatan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan kurator kepada pengadilan maka Balai Harta Peninggalan dingkat selaku kurator.
Universitas Sumatera Utara
Pemberesan mengenai harta pailit, merupakan tugas utama kurator sebagai pihak yang berwenang melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit, sebagaimana telah
diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Kurator memulai pemberesan harta pailit
setelah harta pailit dalam keadaan tidak mampu membayar dan usaha debitur dihentikan. Kurator memutuskan cara pemberesan harta pailit dengan memperhatikan nilai terbaik
pada waktu pemberesan. Pemberesan dapat dilakukan sebagai satu atau lebih kesatuan usaha going concern atau atas masing-masing harta pailit, dan kurator melakukan
pemberesan dengan penjualan di muka umum atau apabila dibawah tangan maka harus
mendapat persetujuan dari Hakim Pengawas.
44
a. Ketidaksanggupan untuk memenuhi kewajiban finansial ketika jatuh waktu seperti
layaknya dalam perusahaan bisnis, atau Istilah pemberesan harta pailit insolvency dalam Pasal 178 ayat 1 Undang-
undang Kepailitan disebutkan, sebagai keadaan tidak mampu membayar, artinya insolvency itu terjadi demi hukum, yaitu jika tidak terjadi perdamaian dan
harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar seluruh utang yang wajib dibayar. Dalam salah satu kamus, insolvency berarti :
b. Kelebihan kewajiban dibandingkan dengan asetnya dalam waktu tertentu.
Bahwa insolvency itu terjadi dengan istilah demi hukum jika tidak terjadi perdamaian dan harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar seluruh utang
yang wajib dibayar. Secara prosedural hukum positif, maka dalam suatu proses kepailitan, harta pailit dianggap berada dalam keadaan tidak mampu membayar jika :
1. Dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan perdamaian, atau
44
Imran Nating, op.cit., hlm. 71
Universitas Sumatera Utara
2. Rencana perdamaian yang ditawarkan telah ditolak, atau 3. pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. Perhatikan ketentuan Pasal 16 ayat 1 Undang-undang Kepailitan disebutkan,
Kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit, tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan, debitur :
1. Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka waktu
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini, atau usul tersebut telah diajukan tetapi ditolak.
2. Pengurusan terhadap perusahaan dihentikan dalam Pasal 184 ayat 1 Undang-
undang Kepailitan. Akibat hukum dari insolvency debitur pailit, yaitu konsekuensi hokum tertentu,
adalah sebagai berikut : a.
Harta pailit segera dieksekusi dan dibagi kecuali ada pertimbangan tertentu misal, pertimbangan bisnis yang menyebabkan penundaan eksekusi dan penundaan
pembagian akan lebih menguntungkan. b.
Pada prinsipnya tidak ada rehabilitasi. Hal ini dikarenakan dalam hal insolvency telah tidak terjadi perdamaian, dan aset debitur pailit lebih kecil dari kewajibannya. Dapat
diketahui bahwa rehabilitasi dilakukanantara lain, apabila ada perdamaian atau utangnya dapat dibayar penuh dalam Pasal 215 Undang-undang Kepailitan. Kecuali
jika setelah insolvency, kemudian terdapat harta debitur pailit, misalnya karena warisan atau menang undian, sehingga utang dapat dibayar lunas.
Universitas Sumatera Utara
Demikian, rehabilitasi dapat diajukan berdasarkan Pasal 215 Undang-undang Kepailitan. Ada dua cara untuk berakhirnya proses kepailitan, yaitu :1 Dengan
pembayaran kembali semua piutang-piutang para kreditur ata dengan tercapainya perdamaian akkoor dalam rapat pencocokan piutang verification, maka proses
kepailitan berakhir. 2 dalam pelaksanaan, harta kekayaan debitur tidak mencukupi untuk pembayaran kembali semua piutang kreditur. Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak
tercapai perdamaian, debitur dalam keadaan insolvency tidak mampu membayar. Sebagai lanjutan dari insolvency, maka proses sitaan umum berjalan. Penjualan aset
debitur dimungkinkan, karena dalam tahapan insolvency, sitaan konservatoir atas harta kekayaan debitur berubah sifatnya menjadi sitaan eksekutorial. Dalam keadaan demikian
kepailitan berakhir berakhir dengan disusun dan dilaksanakan daftar pembagian mengikat dari hasil sitaan atau hasil penjualan harta kekayaan debitur.
45
45
Martiman Prodjohamidjojo, Proses Kepailitan Menurut Peraturan Pememrintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Tentang Kepailitan,
Bandung : Mandar Maju, 1999, hlm 83
Universitas Sumatera Utara
BAB III AKIBAT HUKUM KEPAILITAN TERHADAP KEWENANGAN DEBITOR