Actio Pauliana AKIBAT HUKUM KEPAILITAN TERHADAP KEWENANGAN DEBITOR

perbuatan hukum tersebut itu dilakukan, debitur dan pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur ayat 2. Oleh debitur berdasarkan UU, misalnya kewajiban membayar pajak, tidak dapat dimintakan pembatalan ayat 3. Apabila perbuatan hukum yang merugikan kreditur dilakukan dalam jangka 1 satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapakan, sedangkan perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan debitur, kecuali dapat dibuktikan sebalikanya, debitur dan pihak dengan siapa perbuatan tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur.

C. Actio Pauliana

Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengatur beberapa pasal mengenai actio pauliana, antara lain dalam Pasal 30 Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ditentukan bahwa: “Dalam hal suatu perkara dilanjutkan oleh Kurator terhadap pihak lawan maka Kurator dapat mengajukan pembatalan atas segala perbuatan yang dilakukan oleh Debitur sebelum yang bersangkutan dinyatakan pailit, apabila dapat dibuktikan bahwa perbuatan Debitur tersebut dilakukan dengan maksud untuk merugikan kreditur dan hal ini diketahui oleh pihak lawannya”. Pasal 41 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diatur sebagai berikut. 1 Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum Debitur yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan Kreditur, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan 2 Pembatalan sebagaimana Universitas Sumatera Utara dimaksud pada ayat 1 hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan, Debitur dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi Kreditur. 3 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah perbuatan hukum Debitur yang wajib dilakukannya berdasarkan perjanjian danatau karena undang-undang. Kata-kata actio pauliana ini berasal dari orang romawi, yang menunjukan kepada semua upaya hukum yang digunakan untuk menyatakan batal tindakan debitur yang meniadakan arti pasal 1131 KUHPerdata yang berbunyi ”Segala kebendaan si berutang,baik yang bergerak maupun tidak bergerak,baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari,menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan”. Jadi debitur berusaha meniadakan atau menghilangkan arti penting dari pasal ini dengan cara memindahkan sebagian aset-aset harta kepailitanya agar tidak menjadi aset yang digunakan untuk pembayaran kreditur saat debitur tersebut dipailitkan. Karena semakin besar aset yang dimiliki oleh seorang debitur maka akan menyebabkan semakin besar pula kewajiban pengeluaran asetnya untuk memenuhi kewajiban pembayaran hutang kepada kreditur. Oleh karena itu ketika debitur akan dinyatakan pailit, diperlukan suatu kewenangan hukum yang dapat membatalkan perbuatan-perbuatan hukum dari seorang debitur, kewenangan hukum ini sering disebut dengan actio pauliana. Pengaturan tentang actio pauliana diperkuat di dalam pasal 1341 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi ”Meskipun demikian,tiap orang berpiutang boleh mengajukan batalnya segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh si berutang dengan nama apapun juga,yang merugikan orang-orang yang berpiutang,asal dibuktikan,bahwa ketika perbuatan Universitas Sumatera Utara dilakukan, baik si berutang maupun orang dengan atau untuk siapa si berutang itu berbuat,mengetahui bahwa perbuatan itu membawa akibat yang merugikan orang-orang yang berpiutang.” Dalam pasal 1341 ayat 1 tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hak dari seorang kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap tindakan-tindakan hukum yang tidak diwajibkan, yang telah dilakukan oleh debitur. Yang dimana perbuatan tersebut dapat merugikan pihak kreditur. Selain itu,paal tersebut juga membuktikan tentang sifat dasar perjanjian yang mengikat kedua belah pihak. Actio Pauliana merupakan sarana yang diberikan oleh undang-undang untuk membatalkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitur. Di dalam pasal 1341 ayat 2 yang berbunyi “Hal-hal yang diperolehnya dengan itikad baik oleh orang-orang pihak ketiga atas barang-barang yang menjadi pokok perbuatan yang batal itu, dilindungi.” juga ditambahkan tentang asas itikad baik good faith. Jadi walaupun barang-barang atau aset-aset yang dimiliki oleh debitur sudah dikuasai oleh pihak ketiga, maka aset-aset tersebut dapat diminta kembali dengan actio paulinia dan untuk pihak ketiga yang terlanjur melakukan transaksi dengan debitur yang akan dinyatakan pailit,akan diberikan pengembalian terhadap harga yang telah dibayarnya oleh kurator. Selain diatur di dalam KUH Perdata, Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang juga mengatur tentang actio pauliana secara lebih komprehensif. Pengaturan actio pauliana di dalam Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diatur di dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 49. Hal ini dapat dibuktukan dengan isi dari Pasal 41 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 yang menyebutkan “Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum Debitur Universitas Sumatera Utara yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan Kreditur, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan”. Saat melaksanakan tugasnya, seorang kurator juga harus memastikan terpenuhinya syarat-syarat dari actio pauliana. Syarat-syarat dari actio pauliana menurut Undang-Undang Kepailitan adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan actio pauliana tersebut untuk kepentingan harta pailit. 2. Adanya perbuatan hukum dari debitur. 3. Debitur tersebut telah dinyatakan pailit. 4. Perbuatan hukum tersebut merugikan kepentingan kreditur, contohnya:menjual barang dengan harga dibawah standar, pemberian barang sebagai hibah atau hadiah, memberikan kewajiban terhadap harta pailit,melakukan sesuatu yang merugikan rangking kreditur seperti pembayaran terhadap kreditur tertentu saja. 5. Perbuatan hukum tersebut dilakukan sebelum pernyataan pailit ditetapkan. 6. Kecuali dalam hal-hal berlaku pembuktian terbalik,dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum tersebut dilakukan, debitur tersebut mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur. 7. Kecuali dalam hal-hal berlaku pembuktian terbalik,dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum tersebut dilakukan,pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian pada kreditur. 8. Perbuatan hukum tersebut bukan perbuatan hukum yang diwajibkan,yaitu tidak diwajibkan oleh undang-undang atau perjanjian. Contoh: memberikan jaminan Universitas Sumatera Utara kepada kreditur yang tidak diharuskan,membayar hutang yang belum jatuh tempo, menjual barang-barang dengan kompensasi harga,membayar utang sudah jatuh tempo atau belum tidak secara tunai namun diganti dengan hal yang lain seperti barang. Seperti yang ada di dalam syarat-syarat actio pauliana bahwa perbuatan debitur harus merupakan perbuatan hukum. Jadi dalam perbuatan yang dapat dibatalkan dengan actio pauliana harus merupakan suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum. Jadi apabila debitur memusnahkan asetnya, debitur menolak untuk menerima sumbangan ataupun debitur tidak mengeksekusi suatu kontrak yang sudah terlebih dahulu diperjanjikanya,tidak dapat dilakukan actio pauliana karena tindakan- tindakan tersebut bukanlah suatu perbuatan hukum. Apabila ditelusuri pembayaran utang kepada kreditor, hal itu merupakan kewajiban yang ada di dalam undang- undang maupun perjanjian.Namun pembayaran utang tersebut masih bisa dibatalkan dengan actio pauliana apabila: a. Dapat dibuktikan bahwa si penerima pembayaran mengetahui pada saat dibayarnya hutang tersebut oleh debitur, kepada debitur tersebut telah dimintakan pernyataan pailit atau pelaporan untuk itu sudah dimintakan. b. Adanya persengkongkolan antara kreditur dan debitur, sehingga hal tersebut lebih menguntungkan kreditur tersebut dari pada kreditur-kreditur yang lain. 47 Selain hal tersebut, agar perbuatan yang dilakukan debitur kemudian dinyatakan pailit,menurut doktrin untuk dapat dibatalkan dengan actio pauliana harus dipenuhi dua syarat yaitu perbuatan tersebut diketahui dan patut diduga oleh pihak debitur dan pihak ketiga bahwa perbuatan tersebut merugikan terhadap pihak kreditur. Sementara jika yang dilakukan oleh debitur yang akan dipailitkan tersebut adalah hibah atau hadiah,terhadap pihak ketiga yang menerima hibah atau hadiah tersebut tidak disyaratkan unsur diketahui 47 Fred B.G.Tumbuan, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban Pembayaran PKPU, Alumni, Bandung, 2000, hlm 57 Universitas Sumatera Utara dan patut diduga oleh pihak debitur dan pihak ketiga bahwa perbuatan tersebut merugikan terhadap pihak kreditur. Dalam hal ini tindakan patut diketahui dan menduga menjadi beban dari pemberi hadiah dan hibah saja apabila hibah ini dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sebelum debitur pailit seperti yang diuangkapkan Pasal 44. Actio Pauliana membuktikan perbuatan dari debitur yang mengarah pada tindakan untuk mengalihkan aset-asetnya maka kurator wajib untuk membuktikan adanya kerugian pada pihak kreditur akibat dari pembuatan perjanjian atau dilaksanakanya perbuatan hukum tersebut. Selain itu kurator tersebut harus membuktikan bahwa perbuatan hukum timbal balik yang dilakukan oleh debitur tersebut dalam upaya untuk merugikan kreditor. Di samping itu juga dimungkinkan adanya suatu pembuktian terbalik, apabila saat dilakukanya perbuatan tertentu yang merugikan harta pailit tersebut pihak debitor dan pihak siapaun dengan siapa tindakan itu dilakukan kecuali hibah dianggap telah mengetahui atau patut mengetahui bahwa perbuatan tersebut dapat merugikan kreditur kecuali dibuktikan sebaliknya. Yaitu dapat dibuktikan bahwa pihak debitor dan pihak siapaun dengan siapa tindakan itu dilakukan kecuali hibah tidak dalam keadaan mengetahui atau patut mengetahui jika perbuatan tersebut merugikan kreditur. Jika perbuatan tersebut adalah hibah, maka pembuktiab terbalik ini hanya dibebankan kepada debitur. Karena di dalam hibah tidak disyaratkan adanya pembuktian bagi pihak siapaun dengan siapa tindakan itu dilakukan. Syarat-syarat agar berlakunya pembuktian terbalik: 1. Perbuatan tersebut dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan.Sehingga disini berlaku asas “Hukum Anti Perbuatan Menit Terakhir”Anti Last Minute Grab Rule. Universitas Sumatera Utara 2. Perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan oleh debitur 3. Hanya berlaku untuk perbuatan-perbuatan dalam hal tertentu saja,yaitu sebagai berikut: 1 Perbuatan hukum tersebut adalah hibah 2 Perbuatan tersebut merupakan perikatan dimana perikatan dimana kewajiban debitur melebihi kewajiban pihak dengan siapa perikatan tersebut dilakukan. 3 Dilakukan oleh debitur perorangan,dengan atau terhadap: - Suami atau istrinya,anak angkat atau keluarganya sampai drajat ketiga - Suatu badan hukum dimana debitur atau pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam point 1 adalah anggota direksi atau pengurus atau apabila pihak tersebut, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama,ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan badan hukum tersebut lebih dari 50 lima puluh persen dari modal disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut. 4 Dilakukan oleh debitur yang merupakan badan hukumm dengan atau terhadap: anggota direksi atau pengurus dari Debitur, suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga dari anggota direksi atau pengurus tersebut; 5 Perorangan, baik sendiri atau bersama-sama dengan suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, yang ikut serta secara langsung Universitas Sumatera Utara atau tidak langsung dalam kepemilikan Debitur lebih dari 50 lima puluh persen dari modal. 6 Perorangan yang suami atau istri, anak angkat, atau keluarganya sampai derajat ketiga, ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan pada Debitur lebih dari 50 lima puluh persen dari modal disetor. 7 Dilakukan oleh Debitur yang merupakan badan hukum dengan atau untuk kepentingan badan hukum lainnya, apabila: a Perorangan anggota direksi atau pengurus pada kedua badan usaha tersebut adalah orang yang sama. b Suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga dari perorangan anggota direksi atau pengurus Debitur yang juga merupakan anggota direksi atau pengurus pada badan hukum lainnya, atau sebaliknya c Perorangan anggota direksi atau pengurus, atau anggota badan pengawas pada Debitur, atau suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, baik sendiri atau bersama-sama, ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan badan hukum lainnya lebih dari 50 lima puluh persen dari modal disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut, atau sebaliknya. d Debitur adalah anggota direksi atau pengurus pada badan hukum lainnya, atau sebaliknya e Badan hukum yang sama, atau perorangan yang sama baik bersama, atau tidak dengan suami atau istrinya, dan atau para anak angkatnya dan Universitas Sumatera Utara keluarganya sampai derajat ketiga ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kedua badan hukum tersebut paling kurang sebesar 50 lima puluh persen dari modal yang disetor. Pada Pasal 41 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dinyatakan bahwa tindakan-tindakan yang digolongkan actio pauliana dapat dinmintakan batal tentunya dapat dinyatakan batal oleh pihak kurator dari pihak debitur pailit. Jika debitur telah terlanjur untuk melakukan penjualan terhadap asetnya, maka jual beli tersebut dapat dibatalkan dan aset dari debitur harus kembali kepadanya.Namun jika karena alasan suatu hal aset tersebut tidak dapat dikembalikan,menurut Pasal 49 ayat 2 Undang Undang Kepailitan maka pihak pembeli harus melakukan pengembalian kepada kurator. Selain itu harga barang yang telah diterima debitur juga harus dikembalikan oleh pihak kurator dengan syarat bahwa harta barang bermanfaat untuk harta pailit dan barang tersebut tersedia. Actio Pauliana dalam perkara kepailitan sebenarnya merujuk pada ketentuan dalam Pasal 1341 KUH Perdata yang menyatakan bahwa “meskipun demikian kreditor boleh mengajukan tidak berlakunya segala tindakan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitur, dengan nama apapun juga yang merugikan kreditur asal dibuktikan bahwa ketika tindakan tersebut dilakukan debitur dan orang yang dengannya atau untuknya debitur itu bertindak, mengetahui bahwa tindakan itu mengakibatkan kerugian bagi para kreditur. Hak-hak yang diperoleh dengan itikad baik oleh orang-orang pihak ketiga atas barang-barang yang menjadi pokok perbuatan yang tidak sah itu dihormati”. Universitas Sumatera Utara Untuk mengajukan batalnya tindakan yang dilakukan oleh debitur tersebut, cukuplah kreditur menunjukkan bahwa pada waktu melakukan tindakan itu debitur mengetahui bahwa dengan cara demikian dia merugikan para kreditur, tak peduli apakah orang yang diuntungkan juga mengetahui hal itu atau tidak. Ketentuan actio pauliana dalam Pasal 1131 KUH Perdata ini berkaitan dengan ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang mengatur mengenai prinsip paritas creditorum. Hal ini karena dengan Pasal 1131 KUH Perdata ditentukan bahwa semua harta kekayaan debitur demi hukum menjadi jaminan atas utang-utang debitur. Dengan demikian maka debitur sebenarnya tidak bebas terhadap harta kekayaan ketika ia memiliki utang kepada pihak lain, dalam hal ini kepada kreditur. Actio Paulina dalam UU No.37 Tahun 2004 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diatur dalam Pasal 41-47. Berbeda dengan actio pauliana dalam KUH Perdata yang diajukan oleh kreditur, maka actio paulina dalam kepailitan diajukan oleh kurator vide pasal 47 ayat 1 dan kurator hanya dapat mengajukan gugatan actio pauliana atas persetujuan Hakim Pengawas. Gugatan actio pauliana dalam kepailitan disyaratkan bahwa debitur dengan pihak siapa perbuatan tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur. Gugatan actio pauliana dalam kepailitan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 48 1. Perbuatan hukum yang digugat actio pauliana dalam kepailitan tersebut merupakan perbuatan yang merugikan kreditor yang dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sebelum putusan pailit. 2. Perbuatan hukum yang digugat action pauliana dalam kepailitan tersebut merupakan perbuatan yang merugikan kreditur yang tidak wajib dilakukan oleh debitur pailit. 48 Edward Manik, Cara Mudah Memahami Proses Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2012, hlm 113 Universitas Sumatera Utara 3. Perbuatan hukum yang digugat actio pauliana dalam kepailitan tersebut merupakan perbuatan yang merugikan kreditur yang merupakan perjanjian dimana kewajiban debitur jauh melebihi kewajiban pihak dengan siapa perjanjian tersebut dibuat. 4. Perbuatan hukum yang digugat action paulina dalam kepailitan tersebut merupakan perbuatan yang merugikan kreditur yang merupakan pembayaran atas, atau pemberian jaminan untuk utang yang belum jatuh tempo danatau belum dapat ditagih. 5. Perbuatan hukum yang digugat actio pauliana dalam kepailitan tersebut merupakan perbuatan yang merugikan kreditur yang dilakukan terhadap pihak terafiliasi. Pihak yang terafiliasi ditentukan sebagaimana dalam Pasal 42. Meskipun actio pauliana secara secara teoritis dan normatif tersedia dalam kepailitan, akan tetapi dalam prakteknya tidak mudah untuk mengajukan gugatan actio paulina sampai dikabulkan oleh hakim. Hal ini antara lain disebabkan oleh proses pembuktian actio pauliana tersebut serta perlindungan hokum terhadap pihak ketiga yang bertransaksi dengan debitur tersebut. 49

D. Paksa Badan bagi Debitor Pailit