Tanggungjawab Kurator atas Kelalaiannya dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit

pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Kedua lembaga ini masing-masing berdiri sendiri namun sulit untuk dipisahkan. Hakim Pengawas bukanlah subordinasi dari kurator, dan kurator bukan subordinasi dari Hakim pengawas. Keduanya memiliki tugas wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Pernyataan pailit mengakibatkan debitor yang dinyatakan pailit kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit. Hal ini dapat dilihat dari adanya kewenangan kurator untuk mengurus dan atau melakukan pemberesan harta pailit. Penjelasan paragraf di atas menunjukkan bahwa debitor tidaklah di bawah pengampuan, dan tidak kehilangan kemampuannya untuk melakukan perbuatan hukum menyangkut dirinya, kecuali apabila perbuatan hukum itu menyangkut pengurusan dan pengalihan harta bendanya yang telah ada. Apabila menyangkut harta benda yang akan diperolehnya, debitur tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima harta benda yang akan diperolehnya itu namun diperolehnya itu kemudian menjadi bagian dari harta pailit.

D. Tanggungjawab Kurator atas Kelalaiannya dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit

Berdasarkan Pasal 72 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang disebutkan bahwa Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atas kekeliruannya dalam melaksanakan pengurusan atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit, hal ini sejalan dengan besarnya tanggung jawab dan juga imbalan jasa yang diberikan kepada Kurator. 65 65 Achmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm. 64 Universitas Sumatera Utara Bentuk kesalahan dan kelalaian Kurator yang mengakibatkan kerugian terhadap harta pailit, di dalam praktek proses kepailitan itu selalu mengandung dan menjadi perdebatan, karena tidak tertutup kemungkinan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan atas tindakan kurator hingga mengajukan tuntutan atau gugatan dengan dalil bahwa kurator telah melakukan perbuatan melawan hukum. Sementara itu didalam Undang- Undang Kepailitan baik yang lama maupun yang baru tidak ditemukan secara tegas tentang kemana tuntutan atau gugatan terhadap kurator diajukan untuk diuji secara hukum benar atau tidak serta dapat atau tidak kurator yang bersangkutan dimintakan pertanggung jawabannya. Untuk itu, agar dapat diketahui apakah ada unsur kesalahan atau kelalaian oleh kurator dalam menjalankan tugas dan wewenangnya yang merugika harta pailit, beberapa pakar telah membuat batasan-batasan secara teoritis. Munir Fuady, menyatakan bahwa dalam melakukan tindakannya, kurator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 66 1. Apakah dia berwenang untuk melakukan hal tersebut; 2. Apakah merupakan saat yang tepat terutama secara ekonomi dan bisnis untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu; 3. Apakah terhadap tindakan tersebut diperlukan terlebih dahulu persetujuanizinkeikutsertaan dari pihak-pihak tertentu, seperti dari pihak hakim pengawas, Pengadilan Niaga, panitia kreditur, debitur, dan sebagainya; 4. Apakah terhadap tindakan tersebut memerlukan prosedur tertentu, seperti harus dalam rapat korum tertentu, harus dalam sidang yang dihadiridipimpin oleh Hakim Pengawas, dan sebagainya; 66 Munir Fuady, Op.cit, hlm. 44-45 Universitas Sumatera Utara 5. Harus dilihat bagaimana cara layak dari segi hukum, kebiasaan dan sosial dalam menjalankan tindakan-tindakan tertentu. Misalnya jika menjual aset tertentu, apakah melalui pengadilan lelang, bawah tangan, dan sebagainya. Seorang kurator memenuhi kriteria-kriteria diatas ia dapat dikatakan melakukan kesalahan dan atau kelalaian. Mengenai apakah kesalahan atau kelalaiannya termasuk prbuatan melawan hukum atau tidak, ketika akibat kesalahan atau kelalaian menyebabkan kerugian materil terhadap harta pailit, maka dapat dikatakan kurator melakukan perbuatan melawan hukum .ketika kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan oleh kurator telah memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum antara lain bertentangan dengan hak orang lain, bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri, bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda, maka kurator tersebut dianggap telah melakukan perbuatan melawan hukum. Akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh kurator tersebut, kurator dapat dituntut oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan. Sedangkan tanggung jawab kurator dapat dibagi menjadi : 1. Tanggung jawab kurator dalam menjalankan tugas Tanggung jawab kurator dalam kapasitas sebagai kurator dibebankan pada harta pailit dan bukan pada kurator secara pribadi yang harus membayar kerugian pihak yang menuntut, mempunyai tagihan atas harta kepailitan dan tagihannya adalah utang harta pailit, seperti : a. Kurator lupa untuk memasukkan salah satu kreditur dalam rencana distribusi. b. Kurator menjual aset debitur yang tidak termasuk dalam harta kepailitan. c. Kurator menjual aset pihak ketiga. d. Kurator berupaya menagih tagihan debitur yang pailit dan melakukan sita atas property debitur, kemudian terbukti bahwa tuntutan debitur tersebut palsu. Kerugian yang timbul sebagai akibat dari tindakan kurator tersebut di atas tidaklah menjadi beban harta pribadi kurator melainkan menjadi beban harta pailit. 2. Tanggung jawab pribadi kurator Universitas Sumatera Utara Kerugian yang muncul sebagai akibat dari bertindaknya atau tidak bertindaknya kurator menjadi tanggung jawab kurator.Dalam kasus seperti ini kurator bertanggung jawab secara pribadi.Kurator harus membayar sendiri kerugian yang ditimbulkannya.Tanggung jawab ini dapat terjadi jika kurator menggelapkan harta kepailitan.Putu Supadmi menjelaskan bahwa segala kerugian yang timbul akibat dari kelalaian atau karena ketidakprofesionalan curator menjadi tanggung jawab kurator.Karenanya kerugian tersebut tidak bisa dibebankan pada harta pailit. 67 67 Fred BG Tumbuan, Hukum Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 71 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN