berkenan dengan komunikasi non‐decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.
Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai
isi bahan pelajaran Sudjana, 2009.
c. Faktor‐faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses pembelajaran Eka, 2012. Hasil belajar mempunyai
peran penting dalam pendidikan, bahkan menentukan kualitas yang dicapai oleh siswa pada bidang studi yang dipelajari. Siswa yang cerdas dapat dengan cepat menciptakan
lingkungan belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk macam‐macam kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajar Hasmiah, 2010.
Suryabata dalam Keke 2008 menyatakan bahwa fakto‐faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor dari dalam internal, faktor dari luar
eksternal, dan faktor instrument. Faktor dari dalam internal adalah faktor‐faktor yang dapat mempengaruhi siswa yang sedang belajar. Fakor‐faktor ini diantaranya adalah
minat siswa dan motivasi belajar siswa. Faktor dari luar adalah faktor‐faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar. Hasmiah 2010 mengungkapkan bahwa
salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah metode‐metode yang dilakukan oleh guru selama pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, metode, dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, maupun sosial. Penekanan guru pada proses pembelajaran matematika harus seimbang antara melakukan dan berpikir. Guru harus dapat menumbuhkan
kesadaran siswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran sehingga siswa tidak hanya memiliki keterampilan melakukan sesuatu tetapi harus memahami mengapa aktivitas itu
dilakukan dan apa implikasinya Atma, 2010. Faktor yang ketiga adalah faktor instrumen, yaitu faktor yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran seperti kurikulum,
struktur program, sarana dan prasarana pembelajaran media pembelajaran, serta guru sebagai perancang pembelajaran.
Pendapat yang sedikit berbeda disampaikan oleh Syiah 2010 yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal, faktor
eksternal, dan pendekatan pembelajaran. 1 Faktor internal
Faktor internal adalah faktor‐faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor internal meliputi dua aspek, aspek fisiologi dan aspek
psikologis Syah, 2010. a Aspek Fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tomus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ‐organ tubuh dan sendi‐sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh
Kondisi organ‐organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah misalnya, akan
menyulitkan sensory register dalam menyerap sistem‐sistem informasi yang bersifat echoic dan conic gema dan citra. Akibat negatif berikutnya adalah
terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.
b Aspek Psikologis Aspek psikologis meliputi tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat
siswa, dan motivasi siswa. i Inteligensi Siswa
Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat Rober dalah Syah 2010. Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tidak dapat diragukan lagi,
sangat menentukan hasil belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih
sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
ii Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk bereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun
secara negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda yang baik bagi proses belajar
siswa tersebut. Sebalikmya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan, apalagi jika diiringi dengan kebencian kepada guru
atau kepada mata pelajaran yang diajarkan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut yang akan mempengaruhi hasil belajarnya.
iii Bakat Siswa Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Seorang siswa yang berbakat dalam matematika misalnya, akan lebih mudah
menyerap informasi, pngetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang matematika dibandingkan siswa lainnya.
iv Minat Siswa Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang‐bidang
studi tertentu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap
materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai hasil yang diinginkan.
v Motivasi siswa Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal manusia yang
mendorongnya untuk berbuat seuatu. Reber Syah, 2010 mendefinisikan motivasi sebagai pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1 motivasi intrinsik dan 2 motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiantan belajar, misalnya pujian, tata tertib sekolah, dan hadiah. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam belajar.
2 Faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non social Syah, 2010. a Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan kepala sekolah dan wakil‐wakilnya dan teman‐teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin
khususnya dalam hal belajar dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman‐teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut.
Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak‐anak pengangguran, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling
tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat‐alat belajar tertentu yang kebetulan belum
dimilikinya. Lingkungan sosial yang lebih banyak berpengaruh terhadap kegiatan belajar
siswa adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat‐sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluaga letak rumah,
semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b Lingkungan Nonsosial Faktor‐faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat‐alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor‐faktor ini dipandang
turut menentukan hasil belajar siswa. Sebagai contoh, kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta
3 Pendekaan pembelajaran Faktor pendekatan belajar approach to learning yaitu jenis upaya belajar
yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi‐materi pelajaran Syah, 2010.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor‐faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.
3. Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif a. Pengertian Pembelajaran dengan Pendekatan metakognitif
Suzana dalam Maulana 2008 mendefinisikan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang,
memonitor, serta mengontrol tentang apa yang mereka ketahui, apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya. Pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa, serta membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan saat belajar matematika.
Elemen utama dari pembelajaran dengan pendekatan metakognitif adalah melatih siswa yang bekerja dalam kelompok kecil untuk mampu beralasan secara matematika
seperti merumuskan dan menjawab serangkaian pertanyaan metakognitif yang ditujukan pada diri sendiri Kramarski dalam Risnanosanti 2008. Pertanyaan ini difokuskan pada :
1 comprehending the problem, contoh, membicarakan tentang apa soal yang sedang dihadapi ini sebenarnya?
2 membangun connections hubungan antara pengetahuan lama dan baru Contoh, apa perbedaan atau persamaan antara soal yang sedang ditangani dengan soal yang
pernah kamu selesaikan? Dan mengapa? 3 menggunakan strategi yang tepat untuk menyelesaikan soal strategitaktikprinsip
apa yang tepat digunakan untuk menyelesaikan soal? Dan mengapa? 4 reflecting pada proses dan penyelesaian contoh, kesalahan apa yang telah saya
lakukan disini? Atau apakah penyelesaiannya masuk akal? Hal yang menarik adalah dalam kebanyakan penelitian, pengajaran metakognitif
dikerjakan dalam setting kooperatif dimana sekelompok kecil siswa 4‐6 orang belajar bersama. Pendekatan ini didasarkan pada teori kognitif yang menekankan pentingnya
peran elaborasi dalam membangun pengetahuan baru. Penerapan pengajaran metakognitif dapat menyajikan kondisi yang tepat untuk siswa mengelaborasi penalaran
matematika mereka Kramarski dalam Risnanosanti 2008. Nindiasari dalam Maulana 2008 menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan metakognitif sangat penting untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mempelajari strategi kognitif. Contoh dari strategi kognitif ini antara lain :
bertanya pada diri sendiri, memperluas aplikasi‐aplikasi tersebut, dan mendapatkan pengendalian kesadaran atas diri mereka.
Ada dua konteks yang harus dipahami agar siswa mampu belajar secara baik dalam
keterampilan intelektual secara tepat oleh seseorang dalam mengorganisasi aturan‐ aturan ketika menanggapi dan menyelesaikan soal, sedangkan strategi metakognitif
adalah mengontrol seluruh aktivitas belajarnya, bila perlu memodifikasi strategi yang biasa digunakan untuk mencapai tujuan. Bila diterapkan dalam belajar, anak bertanya
pada dirinya sendiri untuk menguji pemahamannya tentang materi yang dipelajari Hartono dalam Maulana 2008.
Pembelajaran dengan
pendekatan metakognitif
dapat digunakan
dalam memecahkan masalah dalam bentuk soal‐soal matematika, yaitu : memahami masalah,
merencanakan strategi pemecahan, menggunakan atau menerapkan strategi yang telah direncanakan dan menilai hasil pekerjaan. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif akan membuat siswa mampu menyelesaikan masalah‐masalah dalam belajar baik yang berkaitan dengan soal‐soal yang diberikan oleh guru atau masalah‐
masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran Lidinillah, 2007.
b. Tahapan‐tahapan dan Faktor‐faktor Pendukung Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif
Menurut Elawar dalam Maulana 2008 pembelajaran dengan pendekatan metakognitif diupayakan melalui tiga tahap, yaitu:
1 Diskusi awal Pertama guru menjelaskan tentang topik yang akan dipelajari. Siswa diberi
materi, dan penanaman konsep berlangsung dengan menjawab pertanyaan‐ pertanyaan dalam pemberian materi tersebut. Kesalahan siswa diminimalkan
dengan pemantauan. Siswa dibimbing untuk menanamkan kesadaran dengan bertanya kepada diri sendiri saat menjawab pertanyaan‐pertanyaan.
Pada akhir pemahaman konsep, diharapkan siswa memahami semua uraian materi dan sadar apa yang dilakukannya, bagaimana melakukannya, bagian mana
yang belum dipahami, pertanyaan apa yang timbul, dan bagaimana upaya untuk mencari solusinya.
2 Kemandirian Siswa diberikan persoalan dengan topik yang sama dan mengerjakannya
secara individual. Guru berkeliling kelas dan memberikan pemantauan secara individual. Pemantauan akan menuntun siswa untuk memusatkan perhatian pada
kesalahannya dan memberi petunjuk agar siswa dapat mengoreksinya sendiri. Guru membantu siswa mengawasi cara berpikirnya tidak hanya memberikan jawaban
benar ketika siswa melakukan kesalahan. 3 Penyimpulan
Penyimpulan yang dilakukan siswa merupakan rekapitulasi dari apa yang dilakukan di kelas. Pada tahap ini siswa menyimpulkan sendiri, dan guru
membimbing dengan memberikan pertanyaan‐pertanyaan. Maulana 2008 menjelaskan bahwa agar proses pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif dapat berlangsung dengan baik, diperlukan faktor‐faktor yang mendukung dalam pelaksanaannya, yaitu:
2 Keterlibatan siswa secara aktif untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
c. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran dengan Pendekatan metakognitif