Metakognisi dalam Matematika Kajian Teori 1. Metakognisi

c. Metakognisi dalam Matematika

Lucangeli dalam Annemie 2001 menyatakan bahwa metakognisi menjadi salah satu aspek yang penting bagi siswa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dalam belajar matematika. Hal yang senada juga dinyatakan oleh Mustamin 2011 bahwa metakognisi memainkan peran penting dalam mendukung kesuksesan siswa dalam belajar matematika, khususnya dalam pemecahkan masalah matematika. Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik Solso, 2007. Pemecahan masalah merupakan perwujudan dari suatu aktivitas mental yang terdiri dari bermacam‐macam keterampilan dan tindakan kognitif yang dimaksudkan untuk mendapatkan solusi yang benar dari masalah Kirkley dalam Mustamin 2011. Pemecahan masalah matematika pertama kali disampaikan oleh George Polya yang membangun empat tahapan dalam proses pemecahan masalah, yaitu : 1 memahami masalah, 2 memikirkan rencana, 3 melaksanakan rencana, dan 4 melihat kembali. Memahami masalah meliputi memahami berbagai hal yang ada pada masalah seperti apa yang tidak diketahui, apa saja data yang tersedia, dan apa syarat‐syaratnya. Memikirkan rencana, meliputi berbagai usaha untuk menemukan hubungan masalah dengan masalah lainnya atau hubungan antara data dengan hal yang tidak diketahui, yang pada akhirnya seseorang harus memilih suatu rencana pemecahan. Melaksanakan rencana, siswa akan mencoba untuk mengimplementasikan strategi atau rencananya. Jika rencana pertama tidak berhasil, dia akan melanjutkan dengan menerapkan cara yang lain sampai dia dapat memecahkan masalahnya. Melihat kembali, meliputi pengujian terhadap pemecahan yang dihasilkan Carlo, 2009. Bila dicermati langkah‐langkah yang dikembangkan oleh Polya, tampak bahwa pemecahan masalah dilaksanakan berdasarkan pada adanya pengetahuan tentang kognisi knowledge about kognition serta pengaturan kognisi regulation of cognition, yang keduanya merupakan komponen dari metakognisi Mustamin, 2011. Hal ini mengindikasikan bahwa metakognisi berperan dalam pemecahan masalah matematika. Pandangan ini diperkuat oleh Carlo 2009 yang menyatakan bahwa metakognisi memungkinkan siswa untuk menyesuaikan tindakannya dalam tugas pemecahan masalah. Peran metakognisi dalam pemecahan masalah matematika juga disampaikan oleh Goos et al 2000. Goos dan rekannya melakukan penelitian tentang peran metakognisi bagi siswa dalam kegiatan memecahkan masalah matematika. Mereka melakukan investigasi terhadap metakognisi siswa sekolah menengah ketika para siswa memecahkan masalah matematika. Siswa‐siswa diberikan soal matematika kemudian mereka menyelesaikannya secara individu. Setelah siswa menyelesaikan soal tersebut, siswa diberi angket sebagai instrumen untuk mengetahui aktivitas metakognisi siswa. Untuk mengetahui aktivitas metakognisi tersebut digunakan instrumen monitoring diri metakognisi yang memuat pertanyaan‐pertanyaan metakognitif. Misalnya, saya memahami bahwa saya memahami masalah yang ditanyakan kepada saya, saya mencoba saya berpikir tentang pendekatan yang berbeda yang akan saya coba untuk memecahkan masalah ini. Siswa diminta untuk menyatakan “ya”, “tidak” atau “mungkin” Lidinillah, 2007. Dari penelitian tersebut diperoleh informasi bahwa siswa yang menggunakan strategi metakognisinya dengan baik ketika menyelesaikan soal matematika pemecahan masalah memiliki kemampuan lebih dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Lucangeli dalam Annemie at all 2001 mengemukakan keterampilan atau kemampuan metakognisi yang esensial bagi setiap pemecahan masalah yang efisien meliputi kemampuan dalam prediksi prediction, perencanaan planning, monitoring, dan evaluasi evaluation. Pada pembelajaran matematika, prediksi prediction merujuk pada aktifitas membedakan tingkat kesulitan soal, dari yang mudah ketingkat yang lebih tinggi. Perencanaan planning meliputi menganalisa masalahtugas yang dihadapi contoh, bagaimana cara melakukan pembagian dan merangkai strategi pemecahan masalah contoh, pembagian bilangan ratusan, puluhan, dan satuan yang berkaitan dengan matematika. Monitoring berkaitan dengan pertanyaan seperti “apakah saya mengikuti rencana saya?”, “apakah rencana ini bekerja?”, “apakah saya sebaiknya menggunakan kertas dan pensil dalam menyelesaikan pembagian?” , dan lainnya. Evaluasi merujuk pada pertimbangan pribadi dari jawaban dan proses untuk memperoleh jawaban tersebut. Schoenfeld dalam Syaiful 2011 mengemukakan secara lebih spesifik tiga cara untuk menjelaskan tentang metakognisi dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1 keyakinan dan intuisi, 2 pengetahuan, dan 3 kesadaran‐diri regulasi‐diri. Keyakinan dan intuisi menyangkut ide‐ide matematika apa saja yang disiapkan untuk memecahkan masalah matematika dan bagaimana ide‐ide tersebut membentuk jalancara untuk memecahkan masalah matematika. Pengetahuan tentang proses berpikir menyangkut seberapa akuratnya seseorang dalam menggambar proses berpikirnya, sedangkan kesadaran‐diri atau regulasi diri menyangkut seberapa baiknya seseorang dalam menjaga dan mengatur apa yang harus dilakukan ketika memecahkan masalah dan seberapa baiknya seseorang menggunakan input dari pengamatan untuk mengarahkan aktivitas‐aktivitas pemecahan masalah. Lebih lanjut, metakognisi juga berkaitan dengan hasil belajar matematika siswa, hal ini disebabkan karena hasil belajar merupakan suatu hasil dari proses kognitif seorang siswa Eka, 2012. Pendapat yang senada disampaikan oleh Cahyani 2013 yang menyatakan bahwa pencapaian hasil belajar kognitif erat kaitannya dengan keterampilan metakognitif siswa. Keterampilan metakognitif dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang selanjutnya juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keterampilan metakognitif memungkinkan siswa untuk melakukan perencanaan, mengikuti perkembangan, dan memantau proses belajarnya Imel, 2002. Coutinho 2007 menyatakan bahwa ada hubungan positif antara metakognisi dengan hasil belajar. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif yang baik akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan metakognitif rendah. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Rahman dan Philips dalam Eka 2012 bahwa metakognisi memiliki hubungan yang positif terhadap hasil belajar siswa, semakin tinggi kemampuan dan keterampilan metakognitif siswa dalam pembelajaran yang berlangsung.

d. Strategi Menumbuhkan Metakognisi dalam Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Perilaku Belajar Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP N 3 Banyubiru T1 202009069 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Perilaku Belajar Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP N 3 Banyubiru T1 202009069 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Perilaku Belajar Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP N 3 Banyubiru T1 202009069 BAB IV

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Perilaku Belajar Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP N 3 Banyubiru T1 202009069 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan T1 202010002 BAB IV

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan T1 202010002 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan

0 0 83

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi Belajar dengan Teknik Cognitive Restructuring Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan T1 132010053 BAB II

0 0 8