3
should describe two distinct yet compensatory competencies: 1 awareness about what it is that is known knowledge of cognition and 2 how to
regulate the system effectively regulation of cognition. The research literature reflects on overall acceptance of “knowledge of
cognition.” It includes declarative, procedural, and conditional knowledge, and “regulation of cognition” includes planning, prediction, monitoring,
testing, revising, checking, and evaluating activities. Metakognisi
mengacu pada
pemahaman seseorang
tentang pengetahuannya,
sehingga pemahaman
yang mendalam
tentang pengetahuannya akan mencerminkan penggunaannya yang efektif atau uraian
yang jelas tentang pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan‐kognisi adalah kesadaran seseorang tentang apa yang
sesungguhnya diketahuinya dan regulasi‐kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisinya secara efektif. Pengetahuan‐kognisi memuat
pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional, sedang regulasi‐kognisi mencakup kegiatan perencanaan, prediksi, monitoring pemantauan,
pengujian, perbaikan revisi, pengecekan pemeriksaan, dan evaluasi. Berdasarkan pengertian‐pengertian yang dikemukakan beberapa pakar di
atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara sederhana metakognisi adalah pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya sendiri dan
kemampuan seseorang dalam mengontrol aktivitas kognitifnya dalam belajar.
b. Klasifikasi Metakognisi
Flavel dalam Kadir 2009 mengemukakan bahwa metakognisi terdiri dari 1 pengetahuan metakognitif metacognitive knowledge dan 2 pengalaman
atau pengaturan metakognitif metacognitive experience or regulation. Pengetahuan metakognitif merujuk pada pengetahuan umum tentang
bagaimana seseorang belajar dan memproses informasi, seperti pengetahuan seseorang tentang proses belajarnya sendiri Romli, 2010. Pendapat yang
hampir sama disampaikan oleh Anderson dan Krathwohl dalam Romli, 2010 yang mengemukakan bahwa pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan
tentang kognisi secara umum, seperti kesadaran‐diri dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Selanjutnya, Solso 2007 menyatakan bahwa pengetahuan
metakognitif merujuk pada melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran seseorang pada saat sekarang. Ini termasuk pengetahuan faktual,
seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan, atau diri sendiri, dan pengetahuan strategis seperti bagaimana dan kapan akan menggunakan prosedur spesifik
untuk memecahkan problem, sedangkan regulasi metakognitif mengacu pada
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan metakognitif untuk memperoleh tujuan kognitifnya.
Senada dengan pendapat Flavel, Baker Brown, Gagne dalam Romli 2010 dan Schraw Dennison dalam Carlo 2009 membagi metakognisi menjadi dua aspek utama,
yaitu pengetahuan tentang kognisi knowledge of cognition dan regulasi dari kognisi regulation of cognition. Pengetahuan tentang kognisi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
1 pengetahuan tentang variabel orang, 2 pengetahuan tentang variabel tugas, dan 3 pengetahuan tentang variabel strategi. Pengetahuan tentang variabel orang merujuk
pada jenis pengetahuan dan keyakinan yang menyangkut kognitif dan afektif seseorang, sedangkan pengetahuan tentang variabel tugas merujuk pada bagaimana sifat tugas yang
dihadapi mempengaruhi dan membatasi bagaimana seseorang harus menghadapi tugas tersebut. Selanjutnya, pengetahuan tentang variabel strategi merujuk pada kemampuan
dalam menggunakan berbagai strategi untuk dapat memecahkan masalah, yang didalamnya terdapat pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan
kondisional. Regulasi dari kognisi dibagi menjadi lima kategori yaitu : 1 planning perencanaan, penetapan tujuan, dan mengalokasikan sumber daya sebelum belajar, 2
information management strategies informasi yang digunakan untuk memproses informasi secara lebih efektif, 3 monitoring menentukan strategi yang digunakan dalam
belajar, 4 debugging strategies strategi yang digunakan untuk memperbaiki pemahaman dan tindakan terhadap kesalahan, dan 5 evaluation of learning
menganalisis kinerja dan strategi yang digunakan setelah proses pembelajaran. Pendapat yang lebih lengkap mengenai klasifikasi metakognisi dikemukakan oleh
Marsano et al dalam Khadir 2009, bahwa metakognisi adalah keterampilan yang dapat diorganisasikan kedalam beberapa domain, yaitu 1 pengaturan diri sendiri Self
regulating skill, yang meliputi komitmen kepada tugas‐tugas akademik, sikap positif siswa terhadap tugas akademik, dan pengontrolan perhatian kepada kebutuhan tugas
akademik, 2 penggunaan jenis‐jenis pengetahuan Tipes of knowledge meliputi pengetahuan deklaratif, prosedural, dan pengetahuan kondisional, dan 3 mengontrol
pelaksanaan executive control skills, yang meliputi: keterampilan mengevaluasi, merencanakan, dan keterampilan memantau proses.
Pendapat yang sedikit berbeda disampaikan oleh Desoete 2001 yang menyatakan bahwa metakognisi terdiri dari 1 pengetahuan metakognitif, 2 keterampilan
metakognitif, dan 3 kepercayaan metakognitif. Senada dengan Desoete, Biryukov dalam Atma 2010 mengemukakan bahwa konsep metakognisi merupakan dugaan pemikiran
seseorang tentang pemikirannya yang meliputi pengetahuan metakognitif, keterampilan metakognitif, dan pengalaman metakognitif. Pengetahuan metakognitif memuat
pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pebelajar serta
pengetahuan tentang strategi, keterampilan, dan sumber‐sumber belajar yang dibutuhkannya untuk keperluan belajar. Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan
tentang bagaimana menggunakan segala sesuatu yang telah diketahui dalam pengetahuan deklaratif dalam aktivitas belajarnya. Pengetahuan kondisional adalah
prosedur lebih baik daripada prosedur‐prosedur yang lain. Pengalaman metakognitif melibatkan penggunaan strategi metakognitif, proses sekuensi untuk mengontrol
aktivitas kognitif, dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dipenuhi. Peneliti lain, Hunt dan Ellis dalam Fazalur 2011 mendiskripsikan bahwa ‘Meta’
dapat merujuk pada berbagai aspek dari kognisi, seperti meta‐language kognisi tentang bahasa
dan meta‐comprehension
kognisi tentang
pemahaman. Mereka
mendiskripsikan tiga aspek dari metakognisi, yaitu : knowledge pengetahuan, monitoring, dan control.
1 Metacognitive knowledge pengetahuan metakognitif berkaitan dengan pengetahuan deklaratif seseorang tentang ingatan dan termasuk keyakinan implisit.
2 Monitoring melibatkan penilaian terhadap kemajuan dari berbagai aspek kegiatan belajar. Misalnya, ketika sedang belajar untuk ujian, seorang siswa boleh jadi menilai
bagaimana dia belajar pada setiap sesi kegiatan pembelajaran dan ketika dia sedang mengerjakan ujian, dia akan menilai apakah jawaban dari setiap pertanyaan adalah
benar. 3 Control melibatkan regulasipengaturan dari pembelajaran yang sedang
berlangsung. Misalnya, ketika siswa mengatur kegiatan belajar dengan memutuskan untuk berhenti belajar dengan menggunakan catatannya, mereka percaya bahwa
mereka tahu dengan baik, dan mereka memutuskan untuk mencoba menyimpan jawaban dari pertanyaan meskipun ketika mereka tidak dapat mengingat
jawabannya. Pendapat lain tentang klasifikasi metakognisi juga disampaikan oleh Marzano dkk
dalam Romli 2010 yang menjelaskan bahwa metakognisi terdiri dari 1 pengetahuan dan kontrol diri, dan 2 pengetahuan dan kontrol proses. Siswa yang berhasil adalah
siswa yang secara sadar dapat memonitor dan mengontrol belajar mereka. Pusat dari pengetahuan dan kontrol‐diri adalah komitmen, sikap, dan perhatian, sedangkan elemen
dari pengetahuan dan kontrol proses adalah pengetahuan penting dalam metakognisi dan kontrol pelakasana dari perilaku.
Schoenfeld dalam Syaiful 2011 mengemukakan secara lebih spesifik klasifikasi metakognisi dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1 keyakinan dan intuisi, 2
pengetahuan, dan 3 kesadaran‐diri regulasi‐diri. Keyakinan dan intuisi menyangkut ide‐ ide matematika apa saja yang disiapkan untuk memecahkan masalah matematika dan
bagaimana ide‐ide tersebut membentuk jalancara untuk memecahkan masalah matematika. Pengetahuan tentang proses berpikir menyangkut seberapa akuratnya
seseorang dalam menggambar proses berpikirnya, sedangkan kesadaran‐diri atau regulasi diri menyangkut seberapa baiknya seseorang dalam menjaga dan mengatur apa
yang harus dilakukan ketika memecahkan masalah dan seberapa baiknya seseorang menggunakan input dari pengamatan untuk mengarahkan aktivitas‐aktivitas pemecahan
masalah. Pendapat beberapa pakar di atas sangat beragam, namun secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa metakognisi terdiri dari Romli, 2010: 1 pengetahuan seseorang tentang strategi‐strategi kognitif serta bagaimana mengatur dan mengontrol strategi‐
c. Metakognisi dalam Matematika