1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Metakognisi
a. Pengertian Metakognisi
Metakognitif merupakan sifat dari metakognisi. Istilah yang merujuk pada kata metakognitif adalah metamory, metacomponential, skill, and process.
Kluwe dan Weinert dalam Eka 2013 mengemukakan bahwa metakognitif berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “meta” dan “kognisi”. Meta artinya setelah
atau melebihi, sedangkan kognisi artinya keterampilan yang berhubungan dengan proses berpikir. Metakognisi berarti second‐order cognition yang
memiliki arti berpikir tentang berpikir, pengetahuan tentang pengetahuan, atau refleksi tentang tindakan‐tindakan, yang juga dapat diartikan sebagai pemikiran
tingkat lanjut yang melibatkan kendali aktif atas proses‐proses kognitif Solso, 2007.
Istilah metakognisi pertama kali didefinisikan oleh John Flavell, seorang psikolog dari Universitas Stanford pada tahun 1976. Favell dalam Wen 2012
mendefinisikan metakognisi sebagai, One’s knowledge concerning one’s own cognitive processes and products
and anything related to them…Metacognition refers, among other things, to the active monitoring and consequent requlation and orchestration of
these processes in relation to the cognitive objects or data on which they bear.
Metakognisi adalah pengetahuan seseorang berkenan dengan proses dan produk kognitif orang itu sendiri atau segala sesuatu yang berkaitan dengan
proses dan produk tersebut. Metakognitif berhubungan, salah satunya, dengan pemonitoran aktif dan pengendalian yang konsekuen serta pengorganisasian
proses pemonitoran dan pengendalian ini dalam hubungannya dengan tujuan kognitif, sehingga proses‐proses tersebut menunjang, umumnya dalam
mendukung sejumlah tujuan konkret. Istilah metakognisi mengalami banyak perdebatan pada pendefisiannya.
Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama di dalam berbagai macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada satu
bidang psikologi saja. Namun demikian, pengertian metakognisi yang dikemukakan para peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan
penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri Eka, 2012.
Wellman dalam Eka 2012 menyatakan bahwa : Metacognition is a form of cognition, a second or higher order thinking
process which involves active control over cognitive processes. It can be simply defined as thinking about thinking or as a “person’s cognition about
cognition”. Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi yang merupakan proses berpikir
dua tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif, oleh karena itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir
seseorang tentang berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri. Senada dengan Wellman, Kuhn dalam Heru 2011
mendefinisikan metakognisi sebagai kesadaran dan managemen dari proses dan produk kognitif yang dimiliki seseorang, atau secara sederhana disebut sebagai
“berpikir mengenai berpikir”. Dua definisi metakognisi tersebut didukung oleh Huitt dalam Romli 2010 yang menyatakan bahwa metakognisi merupakan
pengetahuan seseorang tentang sistem kognitifnya, berpikir seseorang tentang berpikirnya, dan keterampilan esensial seseorang dalam belajar untuk belajar.
Selanjutnya, Brown dalam Mustamin 2011 mendefinisikan metakognisi sebagai suatu kesadaran terhadap aktivitas kognisi diri sendiri, metode yang
digunakan untuk mengatur proses kognisi diri sendiri dan suatu penguasaan terhadap bagaimana mengarahkan, merencanakan, dan memantau aktivitas
kognitif. Hal yang sama juga disampaikan oleh Scheneider dalam Heru 2011 yang mendefinisikan metakognisi sebagai pengetahuan atau aktivitas yang
meregulasi kognisi. Konsep ini secara luas mencakup pengetahuan individu mengenai keberadaan dasarnya sebagai individu yang memiliki kemampuan
mengenali, kemampuan mengenai dasar dari tugas‐tugas kognitif yang berbeda dan pengetahuan mengenai strategi‐strategi yang memungkinkan untuk
menghadapi tugas‐tugas yang berbeda, sehingga individu tidak hanya berpikir mengenai objek‐objek dan perilaku, namun juga mengenai kognisi itu sendiri.
Disisi lain, Scheck dalam Sternberg 2008 mendefinisikan metakognisi sebagai pemahaman dan pengontrolan terhadap kognisi masing‐masing
individu, sedangkan Ellis 2008 mendefinisikan metakognisi sebagai pengetahuan dan keyakinan mengenai proses‐proses kognitif seseorang, serta
usaha‐usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berperilaku dan berpikir sehingga meningkatkan proses belajar dan memori.
Definisi dari metakognisi juga disampaikan oleh Moore 2004 yang menyatakan bahwa :
Metacognition refers to the understanding of knowledge, an understanding that can be reflected in either effective use or overt description of the
knowledge in question. It is clear in the research data that any definition
3
should describe two distinct yet compensatory competencies: 1 awareness about what it is that is known knowledge of cognition and 2 how to
regulate the system effectively regulation of cognition. The research literature reflects on overall acceptance of “knowledge of
cognition.” It includes declarative, procedural, and conditional knowledge, and “regulation of cognition” includes planning, prediction, monitoring,
testing, revising, checking, and evaluating activities. Metakognisi
mengacu pada
pemahaman seseorang
tentang pengetahuannya,
sehingga pemahaman
yang mendalam
tentang pengetahuannya akan mencerminkan penggunaannya yang efektif atau uraian
yang jelas tentang pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan‐kognisi adalah kesadaran seseorang tentang apa yang
sesungguhnya diketahuinya dan regulasi‐kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisinya secara efektif. Pengetahuan‐kognisi memuat
pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional, sedang regulasi‐kognisi mencakup kegiatan perencanaan, prediksi, monitoring pemantauan,
pengujian, perbaikan revisi, pengecekan pemeriksaan, dan evaluasi. Berdasarkan pengertian‐pengertian yang dikemukakan beberapa pakar di
atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara sederhana metakognisi adalah pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya sendiri dan
kemampuan seseorang dalam mengontrol aktivitas kognitifnya dalam belajar.
b. Klasifikasi Metakognisi