Penagihan Seketika Sekaligus Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa

40 2. Kepala perwakilan, kepala cabang, atau penanggung jawab, untuk Bentuk Usaha Tetap. 3. Direktur, pemilik modal, atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas perusahaan, untuk badan usaha lainnya seperti kontrak investasi kolektif, persekutuan, firma, dan perseroan komanditer. 4. Ketua atau yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan, untuk yayasan; 5. Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3, angka 3, dan angka 4 Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas, atau Balai Harta Peninggalan. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator. Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan, Surat Paksa dapat diberitahukan kepada penerima kuasa.

F. Penagihan Seketika Sekaligus

Yang dimaksud dengan Penagihan Seketika dan Sekaligus berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 24PMK.032008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Universitas Sumatera Utara 41 sekaligus yaitu tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penaggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak. Jurusita pajak melaksanakan penagihan Seketika dan sekaligus tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yan diterbitkan oleh Pejabat apabila : 1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu. 2. Penanggung Pajak memindah tangankan brang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yan dilakukannya di Indonesia. 3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penangung Pajak akan membubarkan badan usaha, atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan perusahaan yang di miliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya. 4. Badan Usaha yang dibubarkan oleh Negara;atau 5. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan. Penagihan seketika dan sekaligus dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penyampaian Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh jurusita pajak kepada kepada Penanggung Pajak. Surat Perintah Penagihan seketika dan sekaligus sekurang-kurangnya memuat : Universitas Sumatera Utara 42 1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak 2. Besarnya Utang Pajak 3. Perintah untuk membayar; dan 4. Saat pelunasan pajak

G. Penyitaan

Menurut Undang-Undang 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, pada pasal 1 anagka 14, penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utan pajak menurut peraturan perundang- undangan. Penyitaan dilaksankan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada penanggung pajak. Tujuan penyitaan itu sendiri adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari Penangun Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksankan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tingal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak, atau ditempat lain sekalipun penguasaannya berada di tangan pihak lain.

1. Objek Sita

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, berdasarkan Pasal 14, penyitaan meliputi : Universitas Sumatera Utara 43 1. Penyitaan dilaksankan terhadap barang milik Peanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa : a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasa, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dengan rincian sebagai berikut : 1 Semua barang bergerak yang ada dirumah Penanggung Pajak seperti : - Perkakas rumah tangga lemari, meja, dan kursi, dan sebagainya - Barang-barang mewah televisi, lemari es, tape recorder, kompor gas dan sebagaimana - Barang-barang perhiasan kalung, gelang, cincin dari emas, berlian dan batu permata lainnya - Uang tunai termasuk surat-surat berharga - Kenderaan mobil, sepeda motor, vespa, sepeda, dan sebagainya - Lain-lainnya lukisan, jam dinding, radio dan sebagainya 2 Semua barang bergerak yang ada ditoko Penanggung Pajak, seperti : - Barang dagangan baik yang berada di toko tersebut maupun yang berda di gudang - Barang-barang investasi toko lemari, meja, kursi, mesin tik, kenderadanan dan sebagainya Universitas Sumatera Utara 44 3 Semua barang bergerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak, seperti : - Persediaan barang jadi maupun bahan baku, barang-barang inventaris perusahaan lainnya, termasuk kenderaan bermotor, mesin tik dan sebagainya 4 Semua barang bergerak yang ada di kantor Penanggung Pajak, seperti: - Investasi kantor mesin tik, meja, kursi, lemari besi, dan alat kantor lainnya - Kenderaan bermotor mobil, sepeda motor, vespa, dan sebagainya b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan,dengan rincian sebagai berikut: 1 rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan sebagainya, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakandikontrakkan kepada orang lain. 2 Kebun, sawah, dan sebagainya baik yang ditempatidikerjakan sendiri maupun yang disewakandikerjakan orang lain. 2. Penyitaan terhadap Penanggung Pajak Badan dapat dilaksanakan terhadap barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun ditempat lain. 3. Penyitaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Universitas Sumatera Utara 45 4. Hak lainnya yang dapat disita selesai sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pengecualian Objek Sita

Berdasarkan ketentuan pada pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Peangihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, barang-barang Penanggung Pajak yang tidak boleh disita yaitu : a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarganya yang menjadi tanggungannya. b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah. c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas. d. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksankan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp.20.000.000 dua puluh juta e. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

3. Surat Perintah Melaksankan Penyitaan

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2 dua kali 24 dua puluh Universitas Sumatera Utara 46 empat jam setelah Surat Paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat. Pejabat yang dimaksud di sini dalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, Penentuan Harga limit, Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyrnderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau utang pajak menurut Undang-Undang Peraturan Daerah.

4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penyitaan

Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang Pajak dan biaya penagihan pajak. Untuk tahap-tahap pelaksanaan penyitaan tersebut terbagi menjadi 6 bagian yaitu : a. Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya, dilaksanakan sebagai berikut : 1 Membuat rincian tentang jenis, jumlah, dan harga perhiasan yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. 2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita b. Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing, dilaksanakan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 47 1 Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. 2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita. 3 Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya pada Peanggung Pajak atau menitipkannya pada bank. c. Penyitaan terhadap kekayaan Peanggung Pajak yang disimpan di bank berupa deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan,dilaksanakan sebagai berikut : 1 Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyampaiannya Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan. 2 Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari Pejabat dan membuat Berita Acara Pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada Pejabat dan Penanggung Pajak. 3 Jurusita Pajak setalah menerima berita acara pemblokiran dari bank memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita Pajak. 4 Dalam hal Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, Pejabat meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk Universitas Sumatera Utara 48 memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank yang dimaksud. 5 Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita Pajak melaksanakan Penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak dan bank yang bersangkutan. 6 Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak. 7 Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap kekayaan Penanggung Pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran d. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksankan sebagai berikut : 1 Melakukan inventaris dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksaan Sita. 2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Cerita 3 Membuat berita Acara pengalihan hak surat berharga atas nama dari Penanggung Pajak Universitas Sumatera Utara 49 e. Penyitaan terhadap piutang, dilaksanakan sebagai berikut : 1 Melakukan inventaris dan membuat tentang jenis dan jumlah piutang 2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita 3 Membuat Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, dan salinannya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan pihak yang berkewajiban membayar utang. f. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat sahamnya, dilaksanakan sebagai berikut : 1 Melakukan investasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. 2 Membuat Berita Acara 3 Membuat Akta Persetujuan Penagihan Hak Penyertaan Modal pada perusahaan lain dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat penyertaan modal.

H. Jurusita Pajak

Jurusita Pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan Penyenderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau Gubernur atau BupatiWalikota untuk penagaihan pajak darah. Universitas Sumatera Utara 50

1. Syarat Jurusita Pajak

Pada Pasal 1 angka 6 Undang-Undang PPSP Pasal 1 ayat 1 KMK.No.562kmk.012000 Jurusita dalam melaksanakan tugasnya merupakan pelaksanaan eksekusi dan putusan yang sama kedudukannya dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, untuk dapat diangkat sebagai Jurusita Pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu; b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur MudaGolongan IIa c. Berbadan sehat; d. Lulus pendidikan dan latihan Jurusit Pajak e. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian

1. Pemberhentian Surat Pajak

Jurusita Pajak diberhentikan apabila : a. Meninggal dunia b. Pensiun c. Karena alih tugas atau kepentingan lainnya d. Ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas e. Melakukan perbuatan tercela f. Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus Universitas Sumatera Utara 51

2. Tugas Jurusita Pajak

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang menjadi tugas dari Jurusita Pajak adalah : a. Melaksanakan Surat Perintah Penagiha Seketika dan Sekaligus b. Memberitahukan Surat Paksa, maksudnya menyampaikan Surat Paksa secara resmi kepada Penanggung Pajak dengan penyertaan dan penyerahan salinan Surat Paksa. c. Melaksanakan Penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. d. Melaksanakan Penyenderaan berdasarkan Surat Perintah Penyenderaan, yaitu sesuai dengan izin yang diberikan oleh Menteri atau Gubernur. Universitas Sumatera Utara 52 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI Pada pembahasan mengenai Analisa dan Evaluasi ini, penulis akan menganalisa suatu data mengenai tunggakan pajak yang dilakukan tindakan Penagihan Pajak serta pencairannya dengan menggunakan Surat Paksa guna meningkatkan penerimaan pajak yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

A. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa

Dengan menganut Self Assesment System, yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, pihak Direktorat Jenderal Pajak mengharapkan agar penerimaan negara dari sektor pajak tersebut dapat meningkat. Sehingga dalam hal ini peranan Wajib Pajak sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan sistem perpajakan. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang pajaknya. Untuk Wajib Pajak dalam cakupan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini sendiri, masih banyak Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya surat ketetapan pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Teguran dan kemudian diikuti dengan Surat Paksa apabila Wajib Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya. Universitas Sumatera Utara 53 Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur Tahun 2009, 2010 dan 2011 Tahun Wajib Pajak Orang Pribadi OP Wajib Pajak Badan Wajib Pajak Bendaharawan Jumlah Wajib Pajak Keseluruhan 2009 70.329 556 3 70.888 2010 82.221 708 14 82.943 2011 90.673 749 11 91.433 Sumber :KPP Pratama Medan Timur Dari tabel 4.1 diatas, dapat kita lihat jumlah wajib pajak keseluruhan bahwa kesadaran wajib pajak akan kewajibannya dibidang perpajakan setiap tahun meningkat. Hal ini dapat kita lihat secara tidak langsung dari peningkatan jumlah wajib pajak antara tahun 2009 sampai tahun 2011 yang peningkatannya cukup signifikan, tetapi kesadaran wajib pajak akan kewajibannya diharapkan akan terus meningkat. Jumlah wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Medaan Timur ini meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2011 namun, jumlah utang pajaknya bertambah juga. Hal ini terlihat dari masih banyaknya jumlah surat teguran dan surat paksa yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Universitas Sumatera Utara 54 Tabel 4.2 Jumlah Penerbitan Surat Teguran untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur Tahun 2009, 2010 dan 2011 Tahun Jumlah SKP Rupiah Jumlah Surat Teguran Rupiah 2009 977 6.546.025.690 650 4.378.134.292 2010 1.166 3.391.750.996 1.535 3.995.823.432 2011 509 745.342.417 1.125 767.604.802 Sumber :KPP Pratama Medan Timur Rasio Surat Teguran dengan Penerbitan SKP : Rasio surat teguran dengan penerbitan SKP : Jumlah Surat Teguran Jumlah Penerbitan skp x 100 Tahun 2009 : 650 977 x 100 = 66,7 Tahun 2010 : 1.535 1.166 x 100 = 132 Tahun 2011 : 1.125 509 x 100 = 221 Dari data diatas diketahui tidak semua skp yng diterbitkan ditindaklanjuti dengan proses penerbitan surat teguran. Pada tahun 2009 sebesar 66,7, tahun 2010 sebesar 132 dan tahun 2011 sebesar 221, dari 3tiga tahum tersebut setiap tahun Universitas Sumatera Utara 55 mengalami kenaikan. Kondisi ini disebabkan peran aktif dari jurusita pajak KPP Pratama Medan Timu dalam memberitahukan tunggakan pajak lewat surat teguran, dan kesadaran penanggung pajak dalam pembayaran tunggakan pajak lewat surat teguran. Berikut ini adalah tabel penyampaian Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2009, 2010 dan 2011 : Tabel 4.3 Jumlah Penerbitan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur Tahun 2009, 2010 dan 2011 Tahun Jumlah SKP Rupiah Jumlah Surat Paksa Rupiah 2009 977 6.546.025.690 594 3.342.641.342 2010 1.166 3.391.750.996 483 5.757.643.498 2011 509 745.342.417 800 2.846.379.607 Sumber: KPP Pratama Medan Timur 1. Rasio Surat Paksa dengan Penerbitan SKP Rasio surat paksa dengan penerbitan skp : jumlah surat paksa JumlahPenerbitan skp x 100 Tahun 2009: 594 977 x 100 = 61,7 Universitas Sumatera Utara 56 Tahun 2010 : 483 1.166 x 100 = 41,4 Tahun 2011 : 800 509 x 100 =167 Dari data penerbitan skp yang ditindaklanjuti dengan surat paksa masih terdapat jumlah surat paksa yang belum dilunasi wajib pajak. Hal ini diliat dari tingginya jumlah skp setelah diterbitkannya surat paksa sebesar 61,7 ,tahun 2010 sebesar 41,4 dan tahun 2011 sebesar 167. Dari 3tiga tahun tersebut tahun 2010 mengalami penurunan hal ini disebabkan karena ada transisi dimana pada saat itu jurusita hanya ada 1satu maka pelaksanaan surat paksa menurun, sedangkan tahun 2009 dan 2011 terdapat 2dua jurusita maka penerbitan skp yang ditindaklanjuti dengan surat paksa lebih tinggi. 2. Rasio Surat Teguran dan Surat Paksa Rasio ini menunjukksn seberapa besar surat teguran yang ditidaklanjuti dengan penerbitan surat paksa pada tahun 2009 jumlah surat teguran 650 lembar sementara surat paksa yang diterbitkan hanya 594 lembar, maka rasio penerbitan surat teguran terhadap surat paksa dapat dihitung sebagai berikut : Rasio surat paksa terhadap surat teguran : Jumlah surat paksa yang terbit Jumlah surat teguran yang terbit x 100 Pada tahun 2009 : 594 650 x 100 = 91,38 Pada tahun 2010 : 483 1.535 x 100 = 31,46 Tahun 2011 : 800 1.125 x 100 =71,11 Universitas Sumatera Utara 57 Dari data di atas diketahui bahwa tidak semua surat teguran yang diterbitkan ditindaklanjuti dengan proses penerbitan surat paksa. Pada tahun 2009 surat teguran yang berlanjut ke surat paksa sebesar sebesar 91,38 dan untuk tahun 2010 surat paksa terbit hanya sebesar 31,46 dari surat teguran dan tahun 2011 naik sebesar 71,11. Dibandingkan dengan tahun 2009 surat paksa yang terbit mencapai 91,38 dari surat teguran berbeda dengan tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya SDM sumber daya manusia penagihan pajak apabila semua proses penagihan ditindaklanjuti dengan surat paksa, selain itu juga karena wajib pajak membayar tunggakan pajak setelah diberi surat teguran. 3. Analisis efektivitas penagihan pajak derngan surat paksa Dalam hal efektivitas penerbitan surat paksa, maka rumusnya adalah perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan dengan surat paksa dengan asumsi bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah semua tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih. Efektivitas penyampaian surat paksa dihitung dengan rumus : Efektivitas : jumlah surat paksa yang dibayarkan Jumalah surat paksa yang diterbitakan x 100 Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan surat paksa, pembayaran surat paksa, dan tingakat efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa. Data tersebut diolah berdasarkan data pada KPP Pratama Medan Timur untuk tahun 2009, 2010 dan 2011 : Universitas Sumatera Utara 58 Tabel 4.4 Pembayaran Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur tahun 2009, 2010 dan 2011 Tahun SP terbit SP bayar Tingakat Efektivitas 2009 3.342.641.342 1.600.650.429 47,89 2010 5.757.643.498 3.265.417.897 56,71 2011 2.846.379.607 886.779.267 31,15 Dari tabel diatas surat paksa yang diterbitkan pada tahun 2009 penerbitan surat paksa di KPP Pratama Medan Timur tercatat sebesar 47,89 berdasarkan pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif, dan pada tahun 2010 sebesar 56,71 kurang efektif, dan tahun 2011 tercatat sebesar 31,15, pada tahun 2011 terjadi penurunan tingkat efektivitas disebabkan karena dalam setahun terjadi 2dua kali penggantian jurusita sehingga berdasarkan pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif. Berikut ini tabel klasifikasi pengukuran efektivitas: Universitas Sumatera Utara 59 Presentase Kriteria 100 Sangat Efektif 90 – 100 Efektif 80 -90 Cukup Efektif 60 -80 Kurang Efektif 60 Tidak Efektif Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruh surat paksa yang diterbitkan dilunasi oleh penanggung pajak, sehingga hasil analisis tidak efektif antara lain : a. Penanggung pajak tidak mengakui adanya utang pajak b. Penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya c. Penanggung pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan jika dibayarkan sekaligus d. Penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya e. Penanggung pajak lalai Setelah dikeluarkan surat paksa KPP Pratama Medan Timur mengeluarkan SPMP Surat Perintah Melakukan Penyitaan. Berikut ini tabel jumlah pelaksanaan melakukan penyitaan untuk wajib pajak pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur : Universitas Sumatera Utara 60 Tabel 4.5 Jumlah Pelaksanaan Melakukan Penyitaan untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur Tahun 2009-2010 dan 2011 Tahun Pelaksanaan Sita 2009 - 2010 - 2011 - Sumber :KPP Pratama Medan Timur Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tidak pernah sekalipun melakukan penyitaan. Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa aspek yaitu : 1 Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan 2 Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan Pbk 3 Tunggakan Pajak telah dilunasi sebelum dilakukan melalui penyitaan melalui keputusan pengurangan 4 Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan melalui keputusan keberatan 5 Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan melalui keputusan banding Universitas Sumatera Utara 61 6 Kesulitan menemukan wajib pajak atau penanggung pajak 7 Kesulitan menemukan objek sita Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas,dapat kita lihat kinerja penagihan pajak pada KPP Pratama Medan Timur dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2009-2011. Ternyata Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan masih tetap ada Wajib Pajak yang tidak menghiraukan, karena banyaknya jumlah penerbitan surat paksa dan surat teguran setiap tahunnya. Cara penagihan yang terakhir yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini adalah penagihan aktif, dimana fiskus melalui Jurusita Pajak Negara menyampaikanmemberitahukan surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak. Cara penagihan ini dikenal sebagai penagihan yang keras dibidang perpajakan, namun langkah inilah yang diambil dalam upaya terakhir agar Wajib Pajak segara memenuhi kewajibannya. Dari uaraian diatas diambil kesimpulan penagihan pajak dengan surat paksa dapat mengoptimalkan penagihan pajak, hal ini terlihat dari jumlah tagihan yang dilakukan dari hasil realisasi pencairan piutang dari surat paksa yang dikeluarkan mampu meningkatkan penerimaan pajak lebih besar pada KPP Pratama Medan Timur, dibandingkan dengan diterbitkan surat teguran maupun SPMP Surat Perintah Melakukan Penyitaan. Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya adalah : Universitas Sumatera Utara 62 1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah 7 tujuh hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, dan mengirimkan Kantor Pos. 2. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya, yang seharusnya dilunasi setelah lewat waktu 21 dua puluh satu hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, Pejabat segera menerbitkaan Surat Paksa, dan dalam hal ini : a. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal tempat kedudukan Wajib Pajak penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita kemudian menjelaskan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut. b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak Penanggung Pajak dan meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada untuk diteliti, diantaranya : 1 Apakah tunggakan pajak menurut STPSKP cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dengan Surat Paksa? 2 Apakah ada Surat Keputusan Pembetulan dan Keberatan penghapusan yang berkaitan dengan ketetapan yang ditagih? 3 Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun jenis pajak lainnya yang diperhitungkan? 4 Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam Surat Paksa, diajukan Keberatan? Universitas Sumatera Utara 63 c. Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada : 1 Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak Penanggung Pajak yang dewasa dan sehat mental. 2 Pejabat Pemerintahan setempat Bupati Walikota Camat Lurah dalam hal mereka tersebut pada butir 1 dan 2 di atas juga tidak dijumpai. Pejabat ini harus memberi tanda tangan pada surat paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak Penanggung Pajak bersangkutan. 3 Jurusita yang melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa. d. Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha tempat tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan Surat Paksa kepada : 1 Seseorang yang ada di kantornya salah seorang pegawai 2 Seseorang yang ada di tempat tinggalnya misalnya : istri, anak, atau pembantu rumah tangga e. Biaya Penyampaian Surat Paksa 1 Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi Biaya Harian dan Biaya Perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak. 2 Apabila seorang Jurusita Pajak telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak Universitas Sumatera Utara 64 sepenuhnya menerima biaya penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak Penanggung Pajak. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya terhadap pencairan piutang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakin bahwa Wajib Pajak Penanggung Pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah- langkah untuk melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut. f. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut. Hal- hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu : 1 Pengakuan penyelesaian surat keberatan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi. 2 Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan. 3 Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar, itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan penagihan pajak dan sebagainya, sehingga Jurusita dapat mengajukan usul untuk tindakan penagihan selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 65 g. Apabila Jurusita Pajak Jurusita tidak dapat dilaksanakan surat paksa secara langsung, maka Jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lain menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, polisi dan sebagainya. Disamping Pejabat Jurusita dapat memperlihatkan melihat aset-aset atau barang-barang yang dimilki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan suatu saat nanti jika Wajib Pajak masih tetap untuk tidak membayar utangnya. 3. Apabila utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan sekurang-kurangnya 2 dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu. Di dalam pelaksanaan, Jurusita dapat menempelkan kertas penyitaan kepada barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan : Universitas Sumatera Utara 66 a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sita. b. Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan. Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung Penanggung Pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan penyitaan lagi. 4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yaang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 empat belas hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segara melaksanakan pengumuman lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah kepada Dinas Pertahanan setempat. Hasil lelang digunakan terlebih dahulu untuk membayar pajak. Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan lelang.

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa