24
c. Mengurangi hambatan yang menjadi masalah dalam aktualisasi perilaku asertif.
d. Setelah klien memahami mengenai pemahaman asertif itu sendiri, maka dilanjutkan dengan mengembangkan ketrampilan perilaku asertif secara
langsung melalui praktek di dalam pelatihan.
3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelatihan Asertif
Pelatihan asertif digunakan untuk membantu mengurangi rasa takut yang berhubungan dengan situasi sosial dan hubungan interpersonal klien.
Menurut Hetti 2008: 70, penggunaan pelatihan asertif perlu dilandasi beberapa hal, yaitu:
a. Saat ini klien memang benar-benar dalam keadaan dimana dia harus mendapat pelatihan asertif.
b. Klien mengalami kesulitan untuk merespon kejadian-kejadian yang berpengaruh langsung terhadap kehidupannya.
c. Klien kesulitan untuk mengekpresikan perasaannya terhadap orang- orang terdekat dalam hidupnya.
Keputusan dalam memberikan pelatihan asertif harus berdasarkan pada proses observasi awal yang dilakukan Hetti Rahmawati, 2008: 70.
Hetti 2008: 71 juga menjelaskan bahwa pelatihan asertif terdiri dari 3 komponen:
a. Role Playing b. Modeling
c. Social Reward
25
Role playing dalam pelatihan asertif digunakan klien sebagai latihan untuk dapat berbuat atau mengekspresikan diri pada situasi
tertentu, misalnya bagaimana klien harus mengekspresikan apa yang sedang klien rasakan atau bagaimana klien harus mengatakan sesuatu yang
seharusnya dikatakan. Penggunaan role playing dalam pelatihan asertif dalam kelas biasanya dengan membagi beberapa kelompok kecil dan
pembimbing bertugas untuk menilai reaksi yang muncul pada setiap anak. Modeling digunakan sebagai contoh kepada klien bagaimana
tindakan yang tepat ketika menghadapi situasi tertentu. Penggunaan modeling ini perlu didasari dengan keadaan klien, seperti contoh situasi
seperti apa yang perlu ditunjukan kepada klien. Social reward perlu diberikan kepada klien sebagai dorongan dan
motivasi agar memperoleh keadaan yang diharapkan. Pembimbing dalam memberi social reward perlu hati-hati karena biasanya klien perlu adanya
feedback bukan hanya sekedar komentar. Selain tiga komponen yang dijelaskan diatas, Hetti 2008: 71 juga
menjelaskan perlu memperhatikan dalam langkah-langkah penggunaan latihan asertif. Dengan mengetahui langkah-langkah dalam pelatihan
asertif, diharapkan dalam proses pelatihan dapat berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
26
Hetti 2008: 71 menjelaskan bahwa dalam pelatihan asertif terdapat beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Terapis dan klien menentukan beberapa situasi yang memang menjadi masalah klien. Masalah yang dipilih harus jelas dan detil, sehingga
klien dapat memerankan seperti apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata.
b. Klien memerankan masing-masing adegan melalui metode bermain peran dan terapis disini memberi komentar terhadap tingkah laku klien
saat bermain peran. Terapis juga member masukan untuk kemajuan klien, khususnya dalam sikap tubuh, kontak mata, nada suara, dsb.
c. Terapis mencoba memberi arahan kepada klien untuk menerapkan apa yang sudah dilatih dalam kehidupan nyata dengan memberi target
perilaku sebagai tolak ukur keberhasilan. d. Dalam pertemuan berikutnya, diadakan diskusi mengenai hasil
penerapan ketrampilan yang dilatih dalam kehidupan nyata.
C. Peningkatan Kepercayaan Diri melalui Pelatihan Asertif