Alat Pengumpulan Data Analisis Data

30 hukum serta bentuk-bentuk tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan studi dokumenkepustakaan dan wawancara. a. Studi dokumenkepustakaan yaitu dengan menelaah bahan hukum kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang diajukan untuk meneliti lebih jauh, guna memperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder; b. Wawancara yaitu menghimpun data dengan melakukan tanya jawab antara peneliti dengan nara sumber untuk mendapatkan informasi. Guna menambah dan melengkapi data sekunder yang diperoleh akan dilakukan wawancara dengan NotarisPejabat Pembuat Akta Tanah di Kota Pematangsiantar sebanyak 5 orang;

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dinyatakan sebelumnya. Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca atau diinterpretasikan. Universitas Sumatera Utara 31 Analisia data merupakan proses menatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Yang dilakukan dalam analisis data adalah menginventarisasi semua ketentuan hukum positif yang menyangkut tentang Notaris, hak dan kewajiban Notaris dan rahasia jabatan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif yakni berpikir dari yang umum menuju hal yang khusus dengan menggunakan perangkat normatif. Kesimpulan merupakan jawaban atas permasalahan yang telah diteliti sehingga diharapkan akan memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara 32

BAB II RAHASIA JABATAN NOTARIS ATAS AKTA YANG DIPERBUAT OLEH

ATAU DIHADAPAN NOTARIS YANG BERINDIKASI TINDAK PIDANA

A. Tinjauan Umum Tentang Notaris 1.

Notaris Sebagai Pejabat Umum Kedudukan Notaris sebagai Pejabat Umum, dalam arti kewenangan yang ada pada Notaris tidak pernah diberikan kepada pejabat-pejabat lainnya, sepanjang kewenangan tersebut tidak menjadi kewenangan pejabat-pejabat lainnya maka kewenangan tersebut menjadi kewenangan Notaris. 29 Istilah Notaris berasal dari bahasa Latin, yaitu Notarius, yang artinya adalah orang yang membuat catatan. 30 Namun ada juga yang mengatakan bahwa istilah Notarius itu berasal dari kata Nota Literaria, yang artinya tanda letter mark atau karakter yang menyatakan sesuatu perkataan. 31 Lembaga Notaris masuk ke Indonesia pada permulaan abad ke- 17 dengan beradanya Vereenigde Oost Ind. Compagnie VOC di Indonesia. 32 Pada tanggal 27 Agustus 1620, yaitu beberapa bulan setelah dijadikannya Jacatra sebagai ibu kota 33 , mengangkat Melchior Kerchem, sebagai Notaris Pertama di Indonesia. Produk penting dari peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan dalam era reformasi adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 29 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 40. 30 R. Soesanto, Tugas, Kewajiban dan Hak-Hak Notaris, Wakil Notaris sementara, Pradyna Parmita, Jakarta, 1982, hal 34. 31 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu penjelasan, CV. Rajawali, Jakarta, 1982, hal 13. 32 G. H. S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1983, hal. 15. 33 Tanggal 4 Maret 1621 dinamakan “Batavia” . 32 Universitas Sumatera Utara 33 UUJN yang telah berlaku sejak tanggal diundangkannya yakni tanggal 6 Oktober 2004. Pembentukan UUJN ini disebabkan karena Peraturan Jabatan Notaris 1860 Nomor 3 tentang Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesia yang mengatur mengenai jabatan Notaris tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sekarang ini. Adapun beberapa ketentuan dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu dilakukan perubahan melalui pembentukan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sehingga dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Notaris. 34 Pasal 1 angka 1 UUJN menyebutkan bahwa Notaris adalah “Pejabat Umum yang berwenang membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”. Pejabat Umum yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 UUJN harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau Notaris sebagai Pejabat Publik yang berwenang untuk membuat akt otentik Pasal 15 ayat 1 UUJN dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 dan 3 UUJN dan untuk melayani kepentingan masyarakat. Produk yang dihasilkan Notaris sebagai pejabat publik ialah akta yang memiliki kekuatan hukum dan nilai pembuktian yang sempurna para pihak dan siapapun, sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya, bahwa akta tersebut tidak sah dengan menggunakan asas praduga sah secara terbatas. Namun Notaris sebagai 34 Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara 34 pejabat publik mempunyai batasan pertanggungjawaban, yaitu sampai yang bersangkutan masih mempunyai kewenangan sebagai Notaris, maka ketika seorang Notaris pensiun atau berhenti dengan alasan apapun sudah tidak mempunyai pertanggungjawaban lagi. 35 Pemberian kualifikasi Notaris sebagai Pejabat Umum berkaitan dengan wewenang Notaris. Menurut Wawan Setiawan, PejabatUmum ialah organ negara yang diperlengkapi dengan kekuasaan umum, berwenang menjalankan sebahagian dari kekuasaan negara untuk membuat alat bukti tertulis dan otentik dalam bidang hukum perdata. 36 Soegondo Notodisoejo mengatakan bahwa : Pejabat umum adalah seorang yang diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik dalam hal-hal tertentu karena ia ikut serta melaksanakan suatu kekuasaan yang bersumber pada kewibawaan gezag dari pemerintah. Dalam jabatannya tersimpul suatu sifat dan ciri khas yang membedakannya dari jabatan-jabatan lainnya dalam masyarakat. 37 Pejabat yang menjalankan sebagian kekuasaan negara yang bersifat mengikat publiekrechtelijk disebut pejabat umum dan dalam menjalankan jabatannya pejabat umum tersebut mempunyai ciri khusus yaitu : a. Suatu kedudukan yang mandiri onafhankelijkheid-independency; b. Tidak memihak onpartijdigheid-impartially guna menjamin keabsahan dari akta otentik tersebut baik di dalam hal kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian formal dan kekuatan pembuatan material; 35 Habib Adjie, Op. Cit., hal. 51. 36 Wawan Setiawan, Kedudukan dan Keberadaan Pejabat Umum serta PPAT dibandingkan dengan kedudukan Pejabat Tata Usaha Negara menurut sistem hukum nasional, Pengurus Pusat Pejabat Pembuat Akta Tanah, Jakarta, 2 Juli 2001, hal. 8. 37 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 44. Universitas Sumatera Utara 35 Dalam menjalankan jabatannya Notaris berada dalam kedudukan yang netral dan tidak memihak artinya Notaris berada di luar para pihak yang melakukan hubungan hukum tersebut dan bukan sebagai salah satu pihak dalam hubungan hukum itu. Notaris menjalankan jabatannya dalam posisi netral di antara para penghadap yang meminta jasanya, untuk menjamin kenetralan tersebut, maka Notaris harus bersikap mandiri dan tidak memihak serta tidak terpengaruh terhadap keinginan pihak-pihak tertentu, terutama jika keinginan tersebut melanggar ketentuan hukum yang berlaku atau merugikan pihak lain. Dalam hal menjaga kemandirian Notaris dalam menjalankan jabatan maka pengangkatan Notaris dilakukan oleh pemerintah berdasarkan kewenangan atributif atas ketentuan undang-undang untuk melaksanakan sebagian dari kekuasaan yang dimiliki negara, terutama dalam bidang hukum keperdataan. Notaris dalam menjalankan tugas kewenangannya selaku Pejabat Umum hanyalah merekam, mengkonstantir atau merelateer secara tertulis dan otentik dari perbuatan hukum pihak-pihak yang berkepentingan, Notaris tidak berada di dalamnya, artinya yang melakukan perbuatan hukum itu adalah pihak-pihak yang membuat serta yang terkait dalam dan oleh isi perjanjian, adalah mereka pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal terjadinya pembuatan akta Notaris atau akta otentik itu berada pada pihak-pihak. Menurut Subekti, persetujuan juga disebut perjanjian, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu, selain itu juga dapat dikatakan, bahwa dua perikatan perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya. Perjanjian Universitas Sumatera Utara 36 merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. 38 Karenanya akta Notaris atau akta otentik tidak menjamin bahwa pihak-pihak “berkata benar”tetapi yang dijamin oleh akta otentik adalah pihak-pihak “benar berkata” seperti termuat dalam akta perjanjian mereka.

2. TugasKewenangan Notaris