Kerangka Teori Perlindungan Hukum Bagi Notaris Untuk Menjaga Kerahasiaan Isi Akta Yang Diperbuatnya Dalam Perkara Pidana (Studi Di Pematangsiantar)

16 terhadap Notaris; Memberikan nasehat dan teguran lisan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan Notaris; Secara moral turut bertanggung jawab terhadap perilaku Notaris dalam pelaksanaan jabatan Notaris, Pengawasan khususnya pemeriksaan kepada Notaris harus mengedepankan rasa menghargai dan menghormati sesama perangkat negara, dengan mengedepankan asas praduga tak bersalah; Menjadi saluran satu-satunya bagi masyarakat yang ingin mengadukan perbuatan tidak etis atau pelanggaran jabatan yang dilakukan Notaris. Apabila dibandingkan dengan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini, baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Oleh karena itu penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan keasliannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian. 9 Di dalam suatu teori sedikitnya terdapat tiga unsur, yakni: Pertama, penjelasan mengenai hubungan antara berbagai unsur dalam suatu teori;Kedua, Teori menganut sistem deduktif, yaitu bertolak dari suatu yang umum dan abstrak menuju suatu yang khusus dan nyata;Ketiga, Teori memberikan penjelasan atau gejala yang dikemukakannya. Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah untuk memberikan pengarahan kepada penelitian yang akan dilakukan. Hukum merupakan sarana untuk mengatur kehidupan sosial. Tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan 9 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80. Universitas Sumatera Utara 17 rechtsgerechtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit dan kepastian hukum rechtszekerheid. 10 Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori keseimbangan kepentingan dan teori perlindungan hukum, terkhusus keseimbangan kepentingan dan perlindungan hukum terhadap Notaris dalam menjaga rahasia isi akta yang diperbuatnya dalam pemeriksaan perkara pidana. Sebagai pisau analis, Roscoe Pound mengungkapkan bahwa hukum itu sebagai Keseimbangan Kepentingan. Artinya kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat harus di tata sedemikian rupa agar tercapai keseimbangan yang proporsional. Pound menyatakan tiga kategori kelompok kepentingan, yaitu kepentingan umum, kepentingan sosial dan kepentingan pribadi. Kepentingan- kepentingan yang tergolong kepentingan umum terdiri atas dua yakni kepentingan Negara sebagai badan hukum dalam mempertahankan kepribadian dan hakikatnya, kepentingan-kepentingan Negara sebagai penjaga kepentingan-kepentingan sosial. 11 Yang tergolong kepentingan pribadiperorangan adalah : 1. Pribadi integritas fisik, kebebasan kehendak, kehormatannama baik, Privacy, kebebasan kepercayaan, dan kebebasan berpendapat. Kepentingan- kepentingan ini biasanya menjadi bagian dari hukum pidana yang mengatur tentang penganiayaan, fitnah, dan lain sebagainya; 2. Kepentingan-kepentingan dalam hubungan rumah tanggadomestik orang tua, anak, suami, isteri. Kepentingan-kepentingan ini meliputi soal-soal seperti perlindungan hukum atas perkawinan, hubungan suami isteri, hak orang tua untuk mendidik anak; 10 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum;Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, Hal. 85 11 Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, Teori hukum, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hal 157-156. Universitas Sumatera Utara 18 3. Kepentingan substansi meliputi perlindungan hak milik, kebebasan menyelesaikan warisan, kebebasan berusaha dan mengadakan kontrak, hak untuk mendapatkan keuntungan yang sah, pekerjaan, dan hak untuk berhubungan dengan orang lain. 12 Roscoe Pound, melihat hukum berfungsi sebagai menata perubahan. Dalam hal ini Pound memunculkan teori tentang Law as a tool of social engineering. Menurut Pound, hukum adalah untuk “menata kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat”. Kepentingan-kepentingan tersebut harus ditata sedemikian rupa agar tercapai keseimbangan yang proporsional. Manfaatnya adalah terbangunnya suatu struktur masyarakat sedemikian rupa hingga secara maksimum mencapai kepuasan akan kebutuhan dengan seminimum mungkin menghindari benturan. 13 Teori Perlindungan hukum menjelaskan bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. 14 Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh 12 Ibid, hal 150. 13 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya, Bandung, 2000, hal. 85 14 Ibid, Hal. 54 Universitas Sumatera Utara 19 masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan mayarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseroan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat. Dalam hal ini Notaris dalam proses membuat akta harus menjaga dan melindungi kepentingan-kepentingan para pihak sebagai pribadi perseorangan, dalam menjaga dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut Notaris tidaklah melanggar ketentuan dalam hukum perdata maupun pidana. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini dan berdasarkan undang-undang lainnya Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2014 tentang perubahan undang-undang jabatan Notaris. Pasal 1868 KUH Perdata menyatakan bahwa “suatu akta autentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta tersebut dibuat”. Notaris sebagai pejabat umum, yang berarti kepadanya diberikan dan dilengkapi dengan kewenangan atau kekuasaan umum yang menyangkut publik openbaar gezag. 15 Pasal tersebut mengartikan agar suatu akta memiliki kekuatan bukti otentik, maka haruslah ada kewenangan dari Pejabat Umum yang dalam hal ini Notaris, untuk membuat akta otentik yang bersumber dari undang- undang. 16 15 R. Sugondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1983, hal 44. 16 Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2005, hal. 30. Universitas Sumatera Utara 20 Notaris diangkat oleh pemerintah selaku representasi kekuasaan umum openbaar gezag, demi kepentingan publik. Dimana otoritas Notaris diberikan langsung oleh undang-undang, demi pelayanan kepentingan publik dan bukan demi kepentingan pribadi Notaris sendiri. Hal ini dikarenakan, kewajiban-kewajiban yang diemban Notaris merupakan kewajiban jabatan ambtsplicht sehingga Notaris wajib melakukan perintah jabatannya, sesuai dengan isi sumpah pada saat hendak memangku jabatan Notaris. Dengan batasan dimana seorang Notaris dapat dikatakan mengabaikan tugaskewajiban jabatan apabila Notaris tidak melakukan perintah undang-undang yang dibebankan kepadanya. Notaris berwenang membuat akta autentik, karena di beri kewenangan oleh Undang-Undang, dan sebagai alat bukti yang sempurna bagi para pihak, ahli waris, maupun sekalian orang yang mendapatkan hak dari akta tersebut. Oleh karenanya, siapa saja yang hendak menyangkal atas kebenaran akta tersebut maka pihak yang menyangkal tersebutlah yang membuktikannya. Menurut Subekti, akta berbeda dengan surat, selanjutnya dikatakan bahwa, “kata akta bukan berarti surat melainkan harus diartikan dengan perbuatan hukum, berasal dari kata acte yang dalam bahasa Perancis berarti perbuatan”. 17 Jabatan yang dimiliki Notaris merupakan jabatan kepercayaan dimana seseorang bersedia mempercayakan sesuatu kepadanya, sebagai kepercayaan maka Notaris memiliki hak untuk merahasiakan semua yang diberitahukan kepadanya selaku Notaris. Notaris dalam menjalankan jabatannya selaku pejabat umum, selain 17 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1980, hal 29. Universitas Sumatera Utara 21 terikat pada suatu aturan jabatan, juga terkait pada sumpah jabatan yang diucapkannya pada saat diangkat sebagai Notaris dimana Notaris wajib untuk merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperolehnya sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Jabatan Notaris, yang menyatakan “….. bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya, ….”. Artinya Notaris dalam menjalankan jabatannya haruslah selalu menjaga rahasia akta yang dibuatnya, termasuk keterangan-keterangan yang diminta oleh pihak lainpihak ketiga kecuali undang-undang menentukan lain. Apabila Notaris melakukan pelanggaran dimana undang-undang tidak memerintahkannya, maka atas pengaduan pihak yang dirugikan, pihak yang berwajib dapat mengambil tindakan terhadap Notaris tersebut mengenai ketentuan membongkar rahasia seperti yang tercantum dalam Pasal 322 ayat 1 dan 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dalam pembuatan aktanya, Notaris haruslah di lihat dan di nilai apa adanya, dan setiap orang harus dinilai benar berkata seperti yang dituangkan dalam akta tersebut. Karena Notaris dalam jabatannya hanya bersifat formal, artinya Notaris hanya berfungsi mancatatmenuliskan apa-apa saja yang dikehendaki dan dikemukakan oleh para pihak yang menghadap Notaris tersebut. Karenanya, Notaris harus menyelidiki secara materil hal-hal yang dikemukakan para penghadap Notaris. Sehingga jika ada yang mendalilkan akta tersebut tidak benar, maka yang mendalilkan tersebut harus dapat membuktikan dalil yang menyatakan tidak benar tersebut. Universitas Sumatera Utara 22 Sebagai salah satu perangkat hukum, Notaris memiliki hak ingkar 18 sebagai pejabat umum yang professional dengan harus memegang sumpah jabatannya untuk tidak memberitahukan isi aktanya. Namum di sisi lain Notaris harus berdiri pada kepentingan Negara yang mana hal ini mengacu pada kepentingan publik guna terselesaikannya proses hukum dalam peradilan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang adil, bermanfaat dan menjamin kepastian. Dalam hal tersebut berarti bahwa Notaris bisa memberitahukan isi akta pada pihak yang tidak berkepentingan terhadapnya seperti pihak kepolisian asalkan didukung peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang hal tersebut. Hal ini mengacu pada Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Ikatan Notaris Indonesia dan Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah No.Pol.1056V2006 dan Nomor:01MOUPP-INI2006, tanggal 9 Mei 2006, yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 9 Mei 2006 oleh Kepala Kepolisisn Negara Republik Indonesia dan Ketua Umum Ikatan Notaris Indonesia. Dalam hal terdapat kesalahan yang bersifat 18 Dasar hukum daripada Hak Ingkar tercantum pada Pasal 1909 ayat 2 KUH Pdta yang selengkapnya berbunyi “Namun dapatlah meminta dibebaskan dari kewajibannya memberikan kesaksian : a Siapa yang bertalian kekeluargaan darah dalam garis samping dalam derajat kedua atau semenda dengan salah satu pihak. b Siapa yang ada pertalian darah dalam garis lurus tak terbatas dan dalam garis samping dalam derajat kedua dengan suami atau isteri salah satu pihak. c Segala pekerjaannya atau jabatannya menurut undangundang diwajibkan merahasiakan sesuatu namun hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya dipercayakan kepadanya sebagai demikian”. Pasal 170 ayat 1 KUHP yang mengatakan : a Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka. b Hakim menentukan sah atau tidaknya alasan untuk permintaan tersebut Universitas Sumatera Utara 23 pribadi, maka haruslah Notaris diperlakukan seperti warga masyarakat biasa yang dapat diminta dan dituntut pertanggungjawabannya, namun terhadap kesalahan yang terkait dengan tugas pekerjaanjabatannya maka kedudukan akta-aktanya tetaplah dijamin dan terhadap Notaris perlu diberi perlindungan hukum sesuai prosedur peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan jabatannya. Adapun dalam lampiran Nota Kesepahaman diatur bahwa pemanggilan Notaris harus dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh penyidik dan pemanggilan Notaris tersebut harus sudah memperoleh persetujuan dari Majelis Pengawas. Dalam surat pemanggilan tersebut juga harus jelas mencantumkan alasan pemanggilan, status pemanggilan sebagai saksi atau tersangka, waktu dan tempat serta pelaksanaannya. Profesi hukum khususnya Notaris merupakan profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dan pengembangannya. Nilai moral merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur, oleh karena itu Notaris dituntut supaya memiliki moral yang kuat. Franz Magnis Suseno mengemukakan 5 lima kriteria nilai moral yang kuat mendasari kepribadian professional hukum. Kelima kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 19 a Kejujuran, kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka professional hukum mengingkari misi profesinya, sehingga dia menjadi munafik, licik, penuh tipu diri. Dua sikap yang terdapat dalam kejujuran yaitu 1 sikap terbuka, ini berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan melayani secara bayaran atau secara cuma-cuma. 2 sikap wajar, ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak otoriter, tidak sok kuasa, tidak kasar, tidak menindas dan tidak memeras; 19 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hal. 29. Universitas Sumatera Utara 24 b Autentik. Autentik artinya mengahayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian yang sebenarnya. Autentik pribadi professional hukum antara lain : 1 tidak menyalahgunakan wewenang; 2 tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabatperbuatan tercela; 3 mendahulukan kepentingan klien; 4 berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan kebijakan, tidak semata-mata menunggu perintah atasan; 5 tidak mengisolasi diri dari pergaulan; c Bertanggung Jawab. Dalam menjalankan tugasnya, professional hukum wajib bertanggung jawab, artinya 1 kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin apa saja yang termasuk lingkup profesinya; 2 bertindak secara proporsional tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma prodeo; d Kemandirian moral. Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan membentuk penilaian sendiri. Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruh oleh pertimbangan untung rugi pamrih, menyesuaikan diri dengan nilai kesusilaan agama; e Keberanian moral. Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suatu hati nurani yang menyatakan kesediaan untuk menanggung resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain : 1 menolak segala bentuk korupsi, kolusi, suap dan pungli; 2 menolak tawaran damai di tempat atas tilang karena pelanggaran jalan raya; 3 menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah. Melalui sudut pandang teori kepentingan, penerima hak refleks sepertinya tidak dimungkinkan jika tindakan yang wajib dilaksanakan oleh seseorang terhadap orang lain adalah berupa pengenaan tindakan kejahatan terhadap dirinya. Jika suatu kepentingan dilindungi oleh kewajiban tersebut, itu bukanlah kepentingan individu yang menjadi sasaran sanksi. 20 Misalkan bukanlah kepentingan dan bukan pula hak Notaris yang tidak memenuhi kewajiban, melainkan kepentingan dan hak para pihak dilindungi dengan kewajiban hukum Notaris untuk menjaga kerahasiaan aktanya. Hak dan kewajiban bukanlah merupakan kumpulan peraturan atau kaedah, melainkan 20 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2013, hal. 152 Universitas Sumatera Utara 25 merupakan perimbangan kekuasaan dalam bentuk hak individual di satu pihak yang tercermin pada kewajiban pada pihak lawan. 21 Jika diasumsikan bahwa suatu kewajiban hukum untuk berperilaku dengan cara tertentu hanya ada jika tatanan hukum melekatkan sanksi kepada perilaku yang sebaliknya; maka yang secara hukum diwajiban untuk berperilaku tertentu adalah individu yang perilakunya tidak hanya dapat memenuhi kewajiban namun juga melanggarnya; maka subjek dari kewajiban yang dipertautkan kepada Negara adalah individu yang harus memenuhi kewajiban ini dengan perilaku dan perbuatannya. 22

2. Kerangka konsep