Kependudukan Agama Etnis Suku

28

2. Kependudukan

Data penduduk merupakan salah satu data pokok dalam perencanaan pembangunan karena penduduk merupakan objek dan subjek dalam pembangunan. Berikut adalah data jumlah penduduk di Kecamatan Medan Baru didasarkan pada jenis kelamin. Tabel 2. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kecamatan Medan Baru No Kelurahan Jumlah Penduduk TOTAL Lk Pr 1. Titi Rantai 4521 4691 9212 2. Padang Bulan 2935 2922 5857 3. Merdeka 4592 4667 9259 4. Babura 4958 5235 10193 5. Petisah Hulu 3605 3680 7285 6. Darat 2012 2352 4364 Jumlah 22522 23547 46069 Sumber Data : Profil Kecamatan Medan Baru

3. Agama

Mayoritas jumlah penduduk Kecamatan Medan Baru adalah beragama Kristen berjumlah 22.080 orang 47,6, Protestan 11.609 orang 25, Khatolik 10.471 orang 22,6, Islam 20.114 orang 43, Hindu 1.667 orang 3,6, dan Budha sebanyak 2.486 5,3. Berikut Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru didasarkan Agama pada tahu 2010: Universitas Sumatera Utara 29 Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Golongan Agama di Kecamatan Medan Baru No Kelurahan Jumlah Penduduk A g a m a Islam Kristen Hindu Budha Protestan Khatolik 1. Titi Rantai 9561 2556 2689 2057 - - 2. Padang Bulan 5839 2187 2708 2042 - 59 3. Merdeka 9376 3476 3875 2109 - 68 4. Babura 10703 4325 2067 2240 20 661 5. Petisah Hulu 7338 2587 2536 2025 857 1098 6. Darat 3252 1983 870 794 790 650 JUMLAH 46069 20114 11609 10471 1667 2486 Sumber Data : Profil Kecamatan Medan Baru Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk di kecamatan Medan Baru mayoritas adalah Kristen, yaitu Kristen Protestan dan Khatolik yang berjumlah 22.080 penduduk lebih banyak dibandingkan penduduk yang memeluk agama lainnya.

4. Etnis Suku

Penduduk Kecamatan Medan Baru cukup heterogen, terbukti dengan banyaknya sukuetnis yang hidup dan tinggal di wilayah ini. Adapun suku yang terbesar adalah suku Batak Toba dengan jumlah 10.703 jiwa dan suku Karo 9.815 jiwa dengan jumlah terkecil adalah suku Minang dengan jumlah 1.355 jiwa. Berikut ini dapat dilihat tabel Jumlah Penduduk berdasarkan suku yang tinggal dan berkembang di wilayah Medan Baru pada tahun 2010, yaitu : Universitas Sumatera Utara 30 Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan EtnisSuku di Kecamatan Medan Baru N o Kelurahan ETNISSUKU Batak Toba Melayu Karo Simalungun Jawa Dairi Nias Mng Aceh dll 1. Titi Rantai 1035 120 1815 507 1895 1287 187 170 210 35 2. Pd. Bulan 2018 125 1887 303 1290 634 360 93 180 53 3. Merdeka 2512 281 1502 223 2175 1185 765 363 1137 28 4. Babura 2006 975 2745 135 1650 720 125 457 664 681 5. Petisah Hulu 2012 340 1105 242 1100 15 10 210 112 2955 6. Darat 1120 48 763 212 310 85 25 62 21 667 JUMLAH 10703 1889 9815 1722 8420 3936 1472 1355 2334 4423 Sumber Data : Profil Kecamatan Medan Baru Bahwa jumlah penduduk Batak Toba di atas tidak seluruhnya dijadikan sampel sasaran, namun hanya orang-orang yang tergabung dalam lintas jemaat Gereja HKBP yang dijadikan sampel. Tabel 5. Identitas Responden No. Nama Umur th Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Lama Menetap Jumlah Anak Laki- Laki Perempuan 1. S br Sinaga 51 P Sarjana PNS 30 2 2 2. KM Pandiangan 67 L SMA Wiraswasta 22 5 1 3. IP br Nainggolan 48 P SMEA Ibu RT 13 3 2 4. D br Simatupang 70 P Sarjana Muda Pensiunan PNS 34 1 3 5. BP Aritonang 49 L SMP Supir 20 5 2 6. S Siregar 49 L SGA Guru 16 3 3 7. R br Manurung 47 P SMA Ibu RT 11 1 1 8. M br Sitorus 50 P Sarjana Guru 18 3 3 9. YA Sirait 62 L SMEA Wiraswasta 43 3 10. N br Siahaan 49 P Sarjana S2 Notaris 23 2 5 11. IS Simanjuntak 65 L SMA Tidak bekerja 27 1 3 12. C br Sihite 50 P SMA Wiraswasta 12 1 2 13. JH Bakkara 52 L SMEA Wiraswasta 20 1 1 14. KR br Sihombing 55 L SMP Ibu RT 24 2 2 15. S br Manullang 53 P SMP Pedagang 12 3 2 16. KL Sihotang 72 L D3 Pensiunan PNS 32 2 3 17. L br Tampubolon 55 P SMA Ibu RT 18 4 1 18. T br Sihaloho 58 P SMA Ibu RT 21 2 2 19. RS Silalahi 60 L D3 Wiraswasta 19 2 1 20. BS br Sidabuutar 50 P Sekolah Bidan 17 1 1 Universitas Sumatera Utara 31 Bidan 21. RL br Ritonga 46 P Sarjana Dokter 26 2 1 22. HB Sitanggang 64 L Sarjana Hakim 15 2 2 23. C br Limbong 56 P D1 Karyawan 23 3 2 24. BL Sijabat 58 L SMEA Dagang 38 2 3 Tabel 5 Lanjutan 25. M br Pasaribu 42 P SMA Ibu RT 20 1 26. SC br Hutauruk 59 P SMA Ibu RT 12 2 2 27. MN Turnip 70 L Sarjana Muda Pensiunan BUMN 37 1 2 28. LS br Sidabalok 50 P Sarjana Ibu RT 27 1 4 29. B Sidabutar 67 L SPG Pensiunan Guru 31 2 2 30. IV br Siallagan 55 P SMA Ibu RT 19 2 3 Keterangan : 1. Responden no. 1-no. 5 merupakan anggota Jemaat Gereja HKBP, Jl. Damai No. 6, Kel. Titi Rantai. 2. Responden no. 6- no. 10 merupakan anggota Jemaat Gereja HKBP, Jl. Jamin Ginting No. 24, Kel. Padang Bulan 3. Responden no. 11- no. 15 merupakan anggota Jemaat Gereja HKBP, Jl. Sei Asahan, No. 63, Kel. Merdeka. 4. Responden no. 16- no. 20 merupakan anggota Jemaat Gereja HKBP, Jl. Sei Mencirim No. 174, Kel. Babura. 5. Responden no. 21- no. 25 merupakan anggota Jemaat Gereja HKBP, Jl. Pabrik Tenun No. 27, Kel. Petisah Hulu. 6. Responden no. 26- no. 30 merupakan anggota Jemaat Gereja HKBP, Jl. Syailendra, Kel. Darat. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden terdiri dari laki-laki berjumlah 13 orang, perempuan berjumlah 17 orang, dimana 6 orang dengan latar belakang pendidikan sarjana, 6 orang sarjana mudasederajat, 15 orang dengan pendidikan SMAsederajat, dan 3 orang dengan latar belakang pendidikan SMP.

B. Sistem Kekerabatan Masyarakat Suku Batak Toba

Masyarakat Batak Toba menganut sistem garis kekerabatan patrilineal garis keturunan laki-laki. Sistem kekerabatan patrilineal inilah yang menjadi tulang punggung masyarakat Batak Toba, yang terdiri dari turunan-turunan, marga, dan kelompok suku, semuanya saling dihubungkan menurut garis laki-laki. Laki-laki membentuk kelompok kekerabatan, perempuan menciptakan hubungan besan karena ia harus kawin dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain. Dari garis Universitas Sumatera Utara 32 keturunan bapak tersebut dikenal kelompok-kelompok kekerabatan yang disebut marga. Marga 51 merupakan suatu bentuk kelompok yang turun temurun mulai dari satu kakek yang terikat dengan pertalian darah. Menurut Vergouwen bahwa, “marga adalah kelompok orang-orang yang merupakan keturunan dari seseorang kakek bersama, dan garis keturunan itu diperhitungkan melalui bapak atau bersifat patrilineal. 52 Semua anggota dari satu marga memakai nama identitas yang dibubuhkan sesudah nama kecil. Marga pada mayarakat Batak Toba sangat penting karena nama panggilan seseorang adalah marganya, bukan namanya. 53 Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa yang meneruskan garis keturunan dalam masyarakat Batak Toba adalah anak laki-laki saja, sebab anak perempuan akan beralih kepada keluarga suaminya bila ia kawin. Garis keturunan dalam masyarakat Batak Toba ditarik berdasarkan dan atau marga yang mengakibatkan timbulnya hubungan kekeluargaan yang hidup dalam masyarakat. Oleh sebab itu yang dimaksud dengan sistem kekeluargaan adalah rangkaian kesatuan dari hubungan kekerabatan yang saling terkait satu dengan yang lain serta tersusun secara fungsional. Seluruh hubungan kekerabatan pada masyarakat Batak Toba baik berdasarkan pertalian darah maupun karena hubungan perkawinan terkait dengan 51 Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2005, hal 715, menyebutkan marga adalah kelompok kekerabatan yang unilinear mengikuti satu garis arah 52 Vergouwen, Op.cit, hal 9 53 Djaren Saragih, Perkawinan Adat Batak, Bandung:Tarsito, 1980, hal 9 Universitas Sumatera Utara 33 filsafah“Dalihan Na Tolu” tiga tungku sejarangan yang mengandung makna yaitu “somba mar hula-hula”, “elek marboru”, ”manat mar dongan tubu”, artinya ketiga pola inilah yang menjadi dasar atau pedoman dalam kehidupan sosial maupun kegiatan lainnya di masyarakat Batak. 54 Dilihat dari posisi dalihan na tolu terdapat perbedaan struktural dan perbedaan prinsip, akan tetapi melalui peran dalihan na tolu seluruh aspek kegiatan tetap mengacu kepada hasil yang terbaik. Dalihan na tolu mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai suatu sistem kekerabatan, pergaulan, dan kesopanan, sosial hukum adat dan akhirnya diakui menjadi falsafah hidup masyarakat Batak. Dalam berhubungan dengan orang lain, orang Batak Toba menempatkan dirinya dalam susunan dalihan na tolu tersebut, sehingga selalu dapat mencari kemungkinan adanya hubungan kekerabatan di antara sesamanya martuturmartarombo. Somba mar hula-hula berarti bersikap hormat kepada hulahula yaitu marga dari pihak istri maupun marga ibu. Hulahula harus dihormati karena dianggap mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. 55 Elek marboru berarti bersikap mengasihi atau menyayangi boruputri dari semarga yang termasuk kelompok boru adalah pihak keluarga hela, termasuk orang tuanya dan keturunannya, setelah anak perempuan kawin maka ia akan ikut dengan marga suaminya. 56 Mangat mar dongan 54 JP. Sitanggang, Batak Namarserak, Maradat Adat Naniadathon, Jakarta: Jala Permata Aksara, 2009, hal 118 55 Ibid, hal 121 56 Ibid, hal 123 Universitas Sumatera Utara 34 tubu berarti bersikap hati-hati terhadap kerabat semarga, teman semarga adalah teman untuk menjalankan maupun menerima adat. 57 Dalihan na tolu merupakan suatu kerangka yang sangat baik, bagaimana orang Batak Toba berinteraksi dengan lingkungannya, kaya dengan sistem nilai yang baik dan dapat bertahan sepanjang zaman, karena nilai yang terkandung didalamnya bersifat universal dengan nilai-nilai religius yang sangat mendalam. 58 Dalihan na tolu yang terdiri dari tiga unsur kelompok yang satu dengan yang lainnya memegang peranan sangat penting dalam setiap kegiatan pada masyarakat Batak Toba seperti dalam pelaksanaan pesta perkawinan, perceraian, pembagian harta warisan, dan lain-lain, 59 karena kelompok dalihan na tolu yang akan selalu dilibatkan dan dimintai pendapat dalam peristiwa-peristiwa tersebut di atas.

C. Sistem Pewarisan Masyarakat Batak Toba

Sistem pewarisan sangat dipengaruhi oleh struktur kemasyarakatan setempat, di tanah Batak terdapat struktur kemasyarakatan yang berdasarkan hubungan darah yang ditarik melalui garis keturunan laki-laki, sehingga yang berhak meneruskan garis keturunan hanyalah anakketurunan lelaki. Sehingga kedudukan anak laki-laki lebih menonjol pengaruhnya dibanding dengan kedudukan anak perempuan di dalam pewarisan. 60 57 Ibid, hal 122 58 Wawancara dengan B. Hutagaol, Ketua Adat Kecamatan Medan Baru, hari Jumat, 9 Mei 2014, pukul 11.30 WIB 59 Ibid 60 Hilman Hadikusuma, Op.cit, hal 24 Universitas Sumatera Utara 35 Adapun sistem pewarisan dalam hukum adat Batak Toba yaitu : 61 1. Sistem pewarisan individual Di tanah Batak pada umumnya berlaku sistem pewarisan individual ini, yaitu harta warisan terbagi-bagi kepemilikannya kepada masing-masing ahli waris. Salah satu kelebihan sistem pewarisan ini adalah dengan adanya pembagian terhadap harta warisan kepada masing-masing ahli waris maka mereka bebas untuk menentukan kehendaknya terhadap bagian warisan itu. 2. Sistem pewarisan mayorat laki-laki Selain pewarisan individual ada juga sebagian masyarakat yang meng- gunakan sistem pewarisan mayorat laki-laki, yaitu sistem pewarisan yang menentukan bahwa harta warisan seluruhnya dikuasai dan dipelihara oleh anak laki-laki sulung. 3. Sistem pewarisan minorat laki-laki Selain anak sulung, anak bungsu laki-laki juga dapat diberi kepercayaan untuk menguasai dan memelihara harta warisan peninggalan orang tuanya, misalnya ia yang paling lama tinggal di rumah warisan orang tuanya, dengan demikian ia merupakan orang yang menjaga dan dan memelihara rumah warisan tersebut. Sistem pewarisan pada masyarakat Batak berdasarkan pada masyarakat yang unilateral-patrilineal 62 sehingga pada masyarakat Batak Toba laki-laki mempunyai kedudukan paling penting dalam meneruskan silsilah dan keturunan keluarga, karena laki-lakilah yang dapat menurunkan marga bagi keturunannya. 63

1. Harta dalam Perkawinan Adat Batak Toba

Dokumen yang terkait

Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan

1 62 105

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Pelacuran Anak Di Bawah Umur Dalam Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Republik Indonesia (Studi Kasus Di Polsek Medan Baru)

1 49 134

Hak Mewaris Anak Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba (Studi Di Kecamatan Pangururan - Kabupaten Samosir)

3 77 127

Perkembangan Hak Waris Anak Perempuan Dan Janda Pada Masyarakat Batak Toba Di Perkotaan (Suatu Penelitian di Kelurahan Sudi Rejo II, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan)

0 28 127

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Hak Mewarisi Anak Perempuan Pada Masyarakat Angkola Di Sipirok

1 117 107

Penerapan Unsur Persamaan Pada Pokoknya Dalam Penentuan Sengketa Merek (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 194K/PDT.SUS/2011)

3 78 98

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan

0 0 26

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

0 0 14