Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan
EKSPRESI PERAN PEREMPUAN PEKERJA PENGASUH ANAK DI DALAM MASYARAKAT
(Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan)
S K R I P S I
Diajukan Oleh: MARLINA SIANTURI
100901033
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Medan 2014
(2)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “ Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak Di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Batak Toba di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan) berawal dari ketertarikan penulis terhadap kehidupan pekerjaan yang dijalani oleh perempuan pengasuh anak etnis batak toba di Kelurahan Sei Agul khususnya mengenai hal apa yang mendorong mereka bekerja sebagai pengasuh anak serta bagaimana mereka mengekspresikan peran mereka di dalam masyarakat. Perempuan batak toba yang dikenal sebagai “boru ni raja” yang merupakan bentuk kehormatan bagi mereka. Perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” tersebut seolah meninggalkan kehormatan mereka dan mau bekerja sebagai pengasuh anak.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Untuk informan dalam penelitian ini yaitu perempuan batak toba pekerja pengasuh anak, majikan dari perempuan batak toba pekerja pengasuh anak, serta masyarakat batak toba yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Interpretasi data dilakukan dengan menganalisis data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas pengasuhan yang dilakukan oleh perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu membimbing tahapan pertumbuhan anak, merawat dan melindungi anak, serta memberikan perhatian, waktu, dan dukungan kepada anak yang diasuhnya. Perempuan pengasuh anak etnis batak toba disamping mengasuh anak juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika, mencuci piring, serta membantu memasak.
Ekspresi Peran yang dilakukan perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu dimana mereka berusaha menutupi pekerjaannya sebagai pengasuh anak. Perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba tersebut juga saling bekerjasama dengan keluarganya dalam menutupi pekerjaan perempuan batak toba pengasuh anak tersebut, dengan tidak menjadikan pekerjaan sebagai fokus pembicaraan dalam keluarga besar dan lingkungan pergaulannya. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak juga menggunakan identitas pekerjaan palsu apabila ada yang bertanya tentang pekerjaannya. Untuk menjaga agar keseluruhan hal tersebut dapat berjalan dengan baik, perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba berusaha untuk merubah penampilan mereka serta berusaha membangun image sukses di perantauan
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih, Yesus Kristus, atas segala limpahan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan ” disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini mendeskripsikan hal-hal yang mendorong perempuan batak toba bekerja sebagai pengasuh anak serta mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Bapak saya J. Sianturi dan Ibu saya R. br Hutasoit yang telah melahirkan dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah persembahan yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti saya.
(4)
Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara serta selaku dosen wali saya sejak tahun 2014.
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi dan Drs. Muba Simanihuruk, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi terutama dalam perbaikan judul skripsi ini.
3. Bapak Drs. T. Ilham Saladin selaku dosen wali penulis sejak tahun 2010 hingga 2013 saya ucapkan terima kasih yang tulus telah bersedia membimbing penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
4. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Linda Elida, Msi selaku dosen penguji skripsi saya ucapkan terima kasih yang tulus telah bersedia menjadi penguji skripsi ini dan telah memberi masukan-masukan dalam perbaikan skripsi ini.
(5)
6. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.
7. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada Bapak J. Sianturi dan Ibu R. br Hutasoit yang saya sayangi, yang telah mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya selama perkuliahan.
8. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada saudara-saudara saya, Melvin Sianturi, Jefri Sianturi, Daniel Sianturi, dan Steven Sianturi yang saya sayangi, yang telah mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa dan nasehat.
9. Ucapan terimaksih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapakan kepada pengerja/pelayan di GBT (Gereja Bait El Tabernakel) yang selalu mendoakan penulis dan memberikan motivasi selama pengerjaan skripsi ini.
10.Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga Oppung Veronika atas dukungan yang diberikan kepada penulis.
11.Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang senantiasa bekerja sama selama perkuliahan, Evi (Sos 10), Melisa (Sos 10), dan Julia (Sos 10) terima kasih buat dukungan dan doanya dan sudah menjadi sahabat saya dan tetaplah menjadi sahabat. Terima kasih juga kepada semua
(6)
teman-teman “Begumit” (Rohana (Sos 10), Desmira (Sos 10), Septiana (Sos 10), Adian (Sos 10), Seha Digit (Sos 10), Yoga (Sos 10), Nurma (Sos 10), Debora (Sos 10), Agusta (Sos 10), Angel (Sos 10), Heppy (Sos 10), dan Yohana (Sos 10)) yang telah memberi warna baru kepada saya selama perkuliahan dengan semua canda dan tawa yang ada. Saya juga berterimakasih kepada sosiologi 2010 seperti Irma Sinurat (Sos 10), Hening Kinasih (Sos 10), Elisabeth Turnip (Sos 10) Santiur Manurung (Sos 10), Terangta Tarigan (Sos 10), Syurman Zega (Sos 10), Ribel Hutapea (Sos 10) dan yang lainnya yang telah berjuang bersama dalam menuntut ilmu.
12.Secara khusus terima kasih saya ucapkan kepada Kak Evalina Simanjuntak (sos 08). Terima kasih buat motivasinya. Juga terima kasih kepada Kak Gorenty (05) yang telah banyak membantu penulis dalam berdiskusi.
13.Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Bapak Erfin Muhammad selaku lurah, Bapak H.L, Bapak D.S, Ibu M.S, Ibu A.S, Ibu A.T, Kak D.P, Kak N.S, S.S, dan R.A. Terima kasih banyak atas waktu dan kesediaan para informan.
Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis
(7)
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Medan,
(Penulis)
MARLINA SIANTURI NIM : 100901033
(8)
Daftar Isi
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Pembatasan Masalah ... 11
1.4 Tujuan Penelitian ... 12
1.5 Manfaat Penelitian ... 12
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 12
1.5.2 Manfaat Praktis ... 12
1.6 Defenisi Konsep ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat... 16
2.2 Hubungan Pekerjaan dan Status Sosial ... 17
2.3 Peran Perempuan Dalam Kekerabatan Masyarakat Etnis Batak Toba ... 20
2.4 Pandangan Teori Dramaturgi Pada Ekspresi Peran Individu Dalam Interaksi Sosialnya ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30
(9)
3.3 Unit Analisis dan Informan ... 31
3.3.1 Unit Analisis ... 31
3.3.2 Informan ... 31
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.5 Interpretasi Data ... 34
3.6 Jadwal Pelaksanaan ... 35
3.7 Keterbatasan Penelitian ... 35
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37
4.1.1 Keadaan Geografis Desa/Kelurahan ... 37
4.1.2 Sarana dan Prasarana Desa/Kelurahan ... 38
4.1.3 Penduduk ... 41
4.1.4 Mata Pencaharian ... 41
4.1.5 Kondisi Sosial Budaya ... 42
4.1.6 Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 43
4.1.7 Pendidikan ... 44
4.1.8 Gambaran Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba ... 45
4.1.8.1 Sebutan Masyarakat Untuk Perempuan Batak Toba .... 45
4.1.8.2 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Pada Aktivitas Masyarakat... 46
4.1.8.1 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Adat ... 46
4.1.8.2 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Pembagian Warisan ... 47
4.1.8.2 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Dalam Kegiatan Ekonomi ... 48
(10)
4.1.8.3 Peran Perempuan Dalam Kekerabatan Batak Toba
Menurut Informan ... 49
4.1.9 Gambaran Aktivitas Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba ... 50
4.1.9.1 Aktivitas Sebagai Pengasuh Anak ... 50
4.1.9.2 Aktivitas Tambahan ... 53
4.2 Profil Informan ... 54
4.2.1 Profil Informan Perempuan Batak Toba Pekerja Pengasuh Anak ... 55
4.2.2 Profil Informan Majikan Pengasuh Anak ... 57
4.2.3 Profil Informan Masyarakat Sekitar (Tokoh Adat) ... 58
4.3 Pandangan Informan Yang Bukan Pengasuh Anak Terhadap Status Sosial Perempuan Pekerja Pengasuh Anak Etnis Batak Toba ... 59
4.4 Pandangan Informan Yang Bekerja Sebagai Pengasuh Anak Terhadap Pekerjaan dan Status Sosialnya ... 61
4.5 Pandangan Informan Yang Bekerja Sebagai Pengasuh Anak Terhadap Perannya Sebagai “Boru Ni Raja” ... 66
4.6 Pandangan Masyarakat Batak Toba Terhadap Pekerjaan Sebagai Pengasuh Anak ... 67
4.7 Faktor Pendorong Perempuan Batak Toba Memilih Bekerja Sebagai Pengasuh Anak ... 70
4.8 Ekspresi Peran Yang Dilakukan Informan Pekerja Pengasuh Anak Etnis Batak Toba Dalam Interaksinya Di Lingkungan Kerabatnya ... 73
4.8.1 Bentuk Ekspresi Peran Yang Dilakukan Informan Pekerja Pengasuh Anak Etnis Batak Toba ... 73
(11)
4.8.2 Cara Informan Pekerja Pengasuh Anak Etnis Batak Toba Membangun Sosok Diri Dalam Masyarakat ... 78 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 83 5.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN ...
(12)
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 35
Tabel 4.1 Sarana Kesehatan Kelurahan Sei Agul ... 39
Tabel 4.2 Sarana Pendidikan Formal Kelurahan Sei Agul ... 39
Tabel 4.3 Sarana Peribadatan Kelurahan Sei Agul ... 40
Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sei Agul ... 41
Tabel 4.5 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sei Agul ... 42
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis dan Suku Bangsa ... 42
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 43
(13)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “ Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak Di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Batak Toba di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan) berawal dari ketertarikan penulis terhadap kehidupan pekerjaan yang dijalani oleh perempuan pengasuh anak etnis batak toba di Kelurahan Sei Agul khususnya mengenai hal apa yang mendorong mereka bekerja sebagai pengasuh anak serta bagaimana mereka mengekspresikan peran mereka di dalam masyarakat. Perempuan batak toba yang dikenal sebagai “boru ni raja” yang merupakan bentuk kehormatan bagi mereka. Perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” tersebut seolah meninggalkan kehormatan mereka dan mau bekerja sebagai pengasuh anak.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Untuk informan dalam penelitian ini yaitu perempuan batak toba pekerja pengasuh anak, majikan dari perempuan batak toba pekerja pengasuh anak, serta masyarakat batak toba yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Interpretasi data dilakukan dengan menganalisis data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas pengasuhan yang dilakukan oleh perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu membimbing tahapan pertumbuhan anak, merawat dan melindungi anak, serta memberikan perhatian, waktu, dan dukungan kepada anak yang diasuhnya. Perempuan pengasuh anak etnis batak toba disamping mengasuh anak juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika, mencuci piring, serta membantu memasak.
Ekspresi Peran yang dilakukan perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu dimana mereka berusaha menutupi pekerjaannya sebagai pengasuh anak. Perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba tersebut juga saling bekerjasama dengan keluarganya dalam menutupi pekerjaan perempuan batak toba pengasuh anak tersebut, dengan tidak menjadikan pekerjaan sebagai fokus pembicaraan dalam keluarga besar dan lingkungan pergaulannya. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak juga menggunakan identitas pekerjaan palsu apabila ada yang bertanya tentang pekerjaannya. Untuk menjaga agar keseluruhan hal tersebut dapat berjalan dengan baik, perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba berusaha untuk merubah penampilan mereka serta berusaha membangun image sukses di perantauan
(14)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Keluarga dikenal sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang beranggotakan ayah, ibu, dan anak. Keluarga didefenisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, hubungan darah atau adopsi yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi para anggotanya. Mengutip dari Nunuk, Murniati (2004 : 197) dijelaskan bahwa keluarga merupakan sebuah organisasi, dimana masing-masing anggotanya menempati posisi masing-masing, bersinergi, sehingga roda organisasi itu bisa bergerak. Adapun hubungan yang terjalin antara sesama anggota keluarga dilandasi oleh perasaan kasih sayang, sehingga masing-masing anggota keluarga memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lainnya.
Horton dan Hunt menerangkan bahwa fungsi keluarga yaitu fungsi pengaturan seks, reproduksi, sosialisasi, afeksi, defenisi status, perlindungan dan ekonomi (Sunarto 2000 : 66). Keluarga berfungsi untuk mengatur penyalur dorongan seks, karena tidak ada masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks yang sebebasnya. Keluarga juga berfungsi untuk mensosialisasikaan hal apa yang diharapkan masyarakat. Keluarga juga merupakan tempat untuk memperoleh perlindungan dan kasih sayang, serta tempat untuk memperoleh status, dan yang terakhir keluarga memiliki fungsi untuk menjalankan fungsi ekonomi yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi.
(15)
Pada umumnya, masyarakat mengenal pembagian peran di ruang publik dan di dalam rumah tangga (domestik) yang jelas sebagai anggota keluarga. Dimana ayah berperan sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga di ruang publik dan peran utama ibu adalah mengurus rumah tangga dan anggota keluarga lainnya dalam ruang domestik. Seiring dengan perkembangan masyarakat, fakta yang tidak dapat dipungkiri yaitu bahwa peran ayah dan ibu telah mengalami pergeseran. Ibu tidak lagi hanya menjalankan peran di domestik tetapi juga menjalankan peran di sektor publik, serta ayah juga tidak hanya bekerja di ruang publik tetapi turut membantu dalam ruang domestik.
Penelitian yang dilakukan Rezeki (2006) mengungkapkan bahwa dalam keluarga dan rumah tangga, wanita sering sekali berperan ganda. Hal ini dicerminkan pertama-tama melalui perannya sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, mengasuh anak, dan sebagainya), suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, karena itu memungkinkan anggota keluarga lainnya untuk memperoleh penghasilan langsung. Kedua adalah sebagai pencari nafkah. Meskipun ada ibu yang berperan sebagai pekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan, seorang ibu tetap dituntut menjadi ibu rumah tangga yang baik di tengah keluarganya.
(dikutip dari : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456 789/51403/BAB%20IITinjauan%20Pustaka_%20I11epl.pdf?sequenc e=4, diakses 22 Oktober 2013 pukul 11.45 Wib).
Motivasi yang mendasari ibu rumah tangga untuk bekerja yaitu meliputi untuk menambah penghasilan keluarga, menghindari rasa kebosanan atau untuk mengisi waktu luang, mempunyai minat atau keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan, untuk memperoleh status, dan untuk pengembangan diri. Faktor tersebut diatas mendorong para perempuan khususnya ibu rumah tangga untuk berpartispasi dalam ruang publik semakin tinggi. Gambaran ini dapat dilihat sebagaimana yang disampaikan dalam detik.com bahwa “dari Agustus 2006 sampai Agustus 2007 partisipasi perempuan dalam bekerja bertambah sekitar 3,3
(16)
juta orang. Angka yang cukup fantastis jika dibandingkan penambahan pada pekerja laki-laki yang hanya berkisar 1,1 juta orang. Peningkatan jumlah pekerja wanita sebagian besar berasal dari wanita yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga. Banyaknya jumlah perempuan yang bekerja secara signifikan meningkatkan jumlah pekerja di Indonesia” (http://finance.detik.com/index.php
/detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/ 02 /time/1603/idnews, diakses 24 September
2013 pukul 07.52 Wib).
Peran ibu rumah tangga pada umumnya di ruang domestik meliputi mengurus rumah tangga, memberi perhatian pada suami, serta mengasuh anak. Ibu yang bekerja di luar rumah tentunya memiliki waktu yang kurang untuk mengurus rumah, anak-anak, bahkan suaminya, terutama bagi mereka yang bekerja dalam sektor formal yang memiliki batasan jam kerja. Sehingga pada saat ini, ibu rumah tangga sudah tidak lagi menjalankan perannya di wilayah domestik dengan sepenuhnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja. Salah satu konsekuensi yang timbul sebagai akibat ibu bekerja di ruang publik yaitu masalah pengasuhan anak. Ibu yang bekerja di ruang publik harus menyerahkan sebagian perannya dalam mengasuh anak kepada orang lain. Fenomena ibu bekerja di ruang publik kemudian memunculkan fenomena baru yaitu munculnya para perempuan yang berprofesi sebagai pengasuh anak atau yang lebih dikenal dengan istilah baby sitter. Bahkan saat ini pengasuh anak atau
(17)
Pengasuhan diartikan sebagai sebuah proses interaksi yang berlangsung terus menerus antara orangtua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial, sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi yang tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan (http://repository.usu.ac.id
/bitstream/123456789/34210/3/Chapter%20II.pdf, diakses 8 September 2013
pukul 13.39). Pengasuhan anak pada umumnya berada pada seorang ibu, dimana ibu dalam pengasuhannya selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya dan memperhatikan setiap tumbuh kembang anaknya. Ibu merupakan salah satu orang yang pertama kali memperkenalkan, dan menanamkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, serta nilai-nilai lainnya kepada seorang anak.
Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam aktivitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan menurut Hoghughi tidak menekankan pada siapa pelakunya namun lebih menekankan pada aktivitas dari perkembangan dan pendidikan anak (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/34210/3/Chapter%20II.pdf, diakses 22 Oktober 2013 pukul 11.21
Wib). Oleh karenanya pengasuhan seorang anak umumnya meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan sosial. Beranjak dari hal tersebut maka pengasuh anak merupakan salah satu orang yang akan berperan untuk mengasuh anak dari sebuah keluarga ketika orang tua dari anak tersebut berhalangan untuk menjalankan perannya dan harus mengalihkan peran pengasuhan anak kepada orang lain untuk sementara waktu dengan alasannya masing-masing. Pengasuh anaklah yang berperan untuk mengasuh anak baik dari segi fisik, emosi, dan sosial
(18)
saat orang tua dari anak yang diasuhnya tersebut tidak ada. Peran ibu yang digantikan oleh pengasuh anak adalah :
1. Membimbing tahapan pertumbuhan anak 2. Merawat dan melindungi anak
3. Memberikan perhatian, waktu, dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial.
(dikutip dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/342
10/3/Chapter%20II.pdf, diakses 8 September 2013 pukul 13.39 Wib)
Dahulu, masyarakat belum mengenal pekerjaan sebagai pengasuh anak. Namun, akibat lapangan perkerjaan yang tersedia terbatas dan tidak adanya skill yang dimiliki, serta adanya permintaan yang tinggi dari masyarakat terhadap jasa pengasuh anak membuat anggota masyarakat melakoni pekerjaan tersebut. Pengasuh anak umumnya adalah seorang perempuan, walaupun tidak dipungkiri pada masa sekarang ini sudah ada laki-laki yang juga bekerja sebagai pengasuh anak. Namun, masyarakat pada umumnya lebih sering menggunakan jasa perempuan pengasuh anak dibandingkan dengan laki-laki. Para perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak tersebut biasanya berasal dari yayasan penyalur
baby sitter maupun yang berasal dari desa. Pengasuh anak adalah masyarakat
pendatang yang berusaha dan berjuang di kota untuk mencari nafkah untuk keluarga mereka.
Posisi pengasuh anak selalu rendah di dalam masyarakat kota metropolitan. Masyarakat memandang bahkan memperlakukan pengasuh anak sebagai kaum marginal, hal ini karena adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat, yaitu penggolongan individu berdasarkan status sosial mereka. Dalam persepsi masyarakat pada umumnya, pekerjaan sebagai pengasuh anak pekerjaan masyarakat kelas bawah. Masyarakat sering sekali stereotipe terhadap pengasuh anak, dimana masyarakat beranggapan bahwa pengasuh anak adalah anggota
(19)
masyarakat dengan status sosial yang rendah sehingga gilirannya seorang pengasuh anak acap kali mendapat upah yang sangat rendah.
Pada perkembangannya, pekerjaan sebagai pengasuh anak telah banyak dilakoni oleh masyarakat. Dari pengasuh anak yang tidak memiliki skill ataupun keahlian hingga yang memiliki skill dan terlatih. Saat ini telah terdapat yayasan yang melatih para pengasuh anak tersebut agar memiliki skill yang baik dalam mengasuh anak. Para yayasan ini memberikan pelatihan-pelatihan yang membantu dan membimbing para pengasuh anak agar dapat mengasuh anak dengan lebih baik lagi. Walaupun, tidak dapat dipungkiri bahwa pengasuh anak yang tidak memiliki skill lebih dominan pada saat ini dalam masyarakat.
Fenomena yang menarik saat ini yaitu pelaku jasa pengasuh anak tidak hanya pada satu suku tertentu, tetapi dari berbagai suku yang didalamnya termasuk suku batak toba. Saat ini banyak perempuan dari suku batak toba yang memilih bekerja sebagai pengasuh anak. Perempuan batak toba yang meninggalkan kampung halaman mereka dan berjuang untuk hidup dengan bekerja di kota yang tidak memiliki keahlian ataupun skill membuat pilihan pekerjaan perempuan batak toba dalam masyarakat perkotaan adalah pekerjaan yang tidak membutuhkan skill. Perempuan batak toba sebagai pendukung ekonomi dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya menjadikan pekerjaan pengasuh anak sebagai pilihan untuk pekerjaannya. Hal inilah yang dilakukan oleh perempuan batak toba pekerja pengasuh anak.
(20)
Unsur sistem pelapisan dalam masyarakat yaitu status dan peran. Status sosial merupakan posisi seseorang dalam masyarakat secara umum sehubungan dengan orang lain. Serta peran merupakan aspek dinamis dari status, dimana seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya. Status merupakan hal yang menandakan perbedaan kelompok berdasarkan kehormatan dan kedudukan dalam masyarakat (Soekanto, 2006 : 210). Dimana pekerjaan pada umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan juga untuk menaikkan status sosial individu dalam masyarakat. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pekerjaan yang tadinya dilakoni untuk menaikkan status sosial dalam masyarakat seperti guru, dokter, polisi, dan lain sebagainya, telah mengalami pergeseran. Pekerjaan yang terdapat dalam masyarakat semakin hari semakin beragam. Dimana pengasuh anak merupakan salah satu jenis pekerjaan yang saat ini tengah dilakoni oleh anggota masyarakat. Bekerja sebagai pengasuh anak tidaklah menaikan status sosial seseorang menjadi naik tetapi menurunkan status sosialnnya dalam masyarakat menjadi lebih rendah.
Dalam masyarakat batak toba, anggota masyarakatnya mengenal istilah “anak ni raja” dan “boru ni raja”.
Dalam filosofi batak “anak ni raja” dan “boru ni raja” merupakan sebuah penghormatan. Konsep sebutan boru ni raja dan anak ni raja adalah sebuah kehormatan yang meliputi banyak aspek seperti kepatutan, moral, etika, sensitifitas, tradisi dan adat istidat yang saling tolong menolong tanpa pamrih dan tanpa imbalan atau suka membantu. Konsep raja dalam filosofi orang batak memiliki makna yang luas, mencakup teritori adat, darah dan keseharian keluarga batak. Konsep “boru raja” dalam filosofi batak mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai kehormatan baik dari cara bepakaian, cara berbicara, cara duduk, dan cara bergaul harus berperilaku seperti boru ni raja atau putri raja.
(dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/Chap
(21)
Dalam pandangan masyarakat batak, status sosial “boru ni raja” lebih tinggi daripada status sosial pengasuh anak. Para perempuan batak toba yang selama ini lekat dengan kehormatan seolah-olah meninggalkan hal tersebut, dan menjalankan kehidupannya dengan bekerja sebagai pengasuh anak. Status sosial pengasuh anak yang rendah dalam pandangan masyarakat turut mempengaruhi gaya hidup mereka, baik dari penampilan maupun perilaku mereka. Status sosial pengasuh anak yang dipandang rendah oleh masyarakat, memunculkan streotipe terhadap pengasuh anak. Pengasuh anak dianggap tidak akan dapat berpenampilan layaknya seorang putri raja karena tuntutan pekerjaanya, bahkan ada keluarga yang memperkerjakan seorang pengasuh anak yang mengharuskan untuk menggunakan seragam khusus pengasuh, ditambah lagi seorang pengasuh anak dianggap tidak dapat menjaga setiap tutur kata dan tingkah lakunya karena pengasuh anak selalu dituntut untuk sigap dan cekatan dalam melayani majikannya. Selain itu, pengasuh anak tentu saja tidak akan diperlakukan secara terhormat oleh lingkungan sekitarnya, baik itu oleh keluarga besarnya, teman-temannya, bahkan oleh keluarga yang menjadi majikannya.
Stereotipe dari masyarakat mengenai pengasuh anak yang menganggap bahwa pengasuh anak adalah pekerjaan kelas bawah juga turut mempengaruhi perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak karena konsep “boru ni raja” merupakan konsep yang melekat dalam diri mereka sebagai bentuk penghormatan. Sehingga acap kali, perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak tak jarang menutupi pekerjaan mereka dari keluarga, teman, dan lingkungannya baik secara sengaja ataupun tidak. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak juga malu terhadap pekerjaan mereka sebagai pengasuh anak.
(22)
Kota Medan merupakan kota metropolitan, dimana Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Pada awalnya Kota Medan hanya memiliki 11 kecamatan dan 144 kelurahan. Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara, maka kecamatan yang ada di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kemudian dua wilayah di Kota Medan dimekarkan menjadi wilayah kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang pembentukan kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, kecamatan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21 Kecamatan (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22098/4/Chapter%2 0II.pdf, diakses 7 November 2013 pukul 16.59 Wib).
Kecamatan Medan Barat adalah salah satu kecamatan yang terdapat di kota Medan. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang mengalami pemekaran di kota Medan beradasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991. Kecamatan Medan Barat yang semula terdiri dari 13 kelurahan, setelah mengalami pemekaran menjadi 6 kelurahan dan 7 kelurahan lainnya bergabung membentu satu kecamatan baru yaitu kecamatan Medan Petisah. Luas wilayah Kecamatan Medan Barat adalah 5,33 Km². Salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Barat yaitu Kelurahan Sei Agul. Kelurahan Sei Agul merupakan masyarakat yang majemuk, dimana dalam kelurahan ini terdiri dari masyarakat yang beragam suku dan etnis, agama, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil pra observasi, Kelurahan Sei Agul merupakan
(23)
salah satu kelurahan yang terdapat di kota Medan yang sebagian besar penduduknya memiliki aktivitas yang padat. Kesibukan tersebut membuat masyarakat yang terdapat di Kelurahan Sei Agul yang menggunakan jasa pengasuh anak.
Berdasarkan latar belakang diatas sejumlah pertanyaan muncul yaitu mengenai Apakah yang mendorong perempuan batak toba bekerja sebagai pengasuh anak? Bagaimanakah ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba dalam masyarakat? Pernyataan permasalahan tersebut menarik untuk diteliti, sebab perempuan batak toba dengan adanya konsep “boru ni raja” mau bekerja sebagai pengasuh anak karena mereka yang selama ini lekat dengan kehormatan mau melakukan pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai pekerjaan masyarakat kelas bawah. Selain itu dengan konsep “boru ni raja” yang melekat dalam dirinya tentu akan memberikan pengaruh terhadap dirinya dalam menjalankan pekerjaannya dan mengekspresikan perannya dalam masyarakat. Selain menarik permasalahan tersebut juga penting untuk diteliti, karena dengan penelitian ini diharapkan penelitian ini memberikan suatu konstribusi teoritik baru dalam displin ilmu sosiologi. Selain itu dalam penelitian sebelumnya, peneliti belum menemukan penelitian mengenai pengasuh anak khususnya pada perempuan batak toba, serta peneliti juga belum menemukan penelitian yang mengangkat tentang eksperesi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba dalam masyarakat.
(24)
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari fenomena sosial yaitu penggunaan jasa pengasuh anak dalam keluarga, bahkan kemudian membuat perempuan batak toba turut berprofesi sebagai pengasuh anak dan seolah-olah meninggalkan konsep yang ada pada masyarakat batak yaitu “boru ni raja”. Konsep “boru ni raja” yaitu bentuk penghormatan dan konsep yang mengajarkan perempuan batak untuk berperilaku layaknya putri raja. Dengan latar belakang sebagai perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang tentu saja memberikan pengaruh dalam dirinya dalam mengekspresikan peran melalui pekerjaannya sebagai pengasuh anak dalam masyarakat. Rencana penelitian ini menjadi menarik dan tergolong baru serta secara logika dapat dirumuskan pernyataan permasalahannya. Rumusan masalah yaitu pertanyaaan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini agar lebih mengarah pada fokus penelitian yaitu :
1. Apakah yang mendorong perempuan dari suku batak toba bekerja sebagai pengasuh anak?
2. Bagaimanakah ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba dalam masyarakat?
1.3 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan diatas dan supaya tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, dimana dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu membuat pembatasa masalah agar menjadi jelas
(25)
Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini fokus untuk meneliti mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui hal yang mendorong perempuan dari suku batak toba bekerja sebagai pengasuh anak.
2. Untuk mengetahui ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba dalam masyarakat.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini yaitu : 1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat yang dikaitkan dengan kerangka pemikiran sosiologi khususnya sosiologi ekonomi.
2. Menambah referensi hasil penelitian yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian mahasiswa sosiologi berikutnya, serta dapat menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa ilmu sosial dan bagi masyarakat.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk memahami seluk beluk mengenai perempuan pengasuh anak etnis batak toba yang dapat dijadikan proses pembelajaran dalam menyikapi
(26)
fenomena sosial dan menjadi bahan rujukan bagi penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial.
2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi instansi pemerintah, mengenai informasi perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak, yang dapat membantu membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan di dalamya.
1.6 Defenisi Konsep
Penelitian ini adalah mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat yang berlokasi di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Agar penelitian ini tetap pada fokus penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran ganda pada kemudian hari maka penelitian ini perlu dibuat defenisi konsep. Adapun yang menjadi defenisi konsep pada penelitian ini yaitu :
1. Pengasuh Anak
Pengasuh anak adalah seseorang yang bekerja pada orang lain yang disebut sebagai majikan, yang tugas utamanya adalah mengasuh anak baik dari segi fisik, emosi, dan sosial. Pengasuh anak yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak yang berasal dari suku batak toba. Dimana perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tersebut merupakan pengasuh anak yang berasal dari desa dan bukan berasal dari yayasan penyalur baby sitter
2. Boru ni Raja.
Dalam masyarakat batak toba terdapat sebuah filosofi yang telah diturunkan secara turun temurun. Filosofi tersebut adalah “boru ni raja”,
(27)
dimana istilah “boru ni raja” merupakan sebuah penghormatan yang meliputi banyak aspek seperti kepatutan, moral, etika, sensitifitas, tradisi dan adat istidat yang saling tolong menolong tanpa pamrih dan tanpa imbalan atau suka membantu.
Konsep “boru raja” tersebut mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai kehormatan baik dari cara bepakaian, cara berbicara, cara duduk, dan cara bergaul harus berperilaku seperti boru ni raja atau putri raja (dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234
56789/Chapter %20I, diakses 23 September 2013 pukul 17.30).
3. Pekerjaan.
Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja guna mendapatkan hal berupa gaji maupun upah. Pekerjaan tidaklah sama dengan bekerja. Mengutip dari Honour dan Mainwaring (1982 : 187) menjelaskan bahwa pekerjaan ditandai dengan adanya suatu tugas yang memiliki aktivitas atau sifat usaha di dalamnya. Pekerjaan merupakan salah satu identitas seseorang. Dimana sebutan untuk individu yang melakukan pekerjaan adalah pekerja. Pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja (Toha dan Pramono, 1987: 7). Dimana pekerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pekerjaan sebagai pengasuh anak, dan yang menjadi pekerja pengasuh anak dalam penelitian ini adalah perempuan batak toba.
(28)
4. Ekspresi Peran
Ekspresi diartikan sebagai bentuk pengungkapan atau suatu proses dalam menyatakan maupun memperlihatkan maksud, gagasan, dan perasaan. Peran merupakan aspek dinamis dari status. Dimana antara peran dan status akan selalu berkaitan satu dengan yang lainnya. Peran adalah petunjuk bagi individu dalam berperilaku dalam masyarakat. Dalam penelitian ini peran yang dimaksud adalah peran dari perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba. Dimana selain memiliki peran sebagai pengasuh anak, juga terdapat peran sebagai perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang melekat dalam dirinya.
Dalam interaksi sosialnnya masing-masing individu memiliki ekspresi perannya tersendiri. Dimana dalam penelitian ini ekspresi peran yang dimaksud adalah ekspresi perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak dalam masyarakat. Ekspresi peran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dimana individu menyadari bahwa individu tersebut memiliki dan mengetahui suatu peran dalam dirinya akan tetapi individu tersebut berusaha untuk memainkan peran yang lain yang bukan peran dirinya. Ekspresi peran tersebut juga dimaksud untuk melihat bagaimana perempuan pekerja pengasuh anak tersebut membangun sosok dirinya dalam masyarakat, dengan adanya peran yang saling bertolak belakang yang dilakoninya. Dimana disamping berperan sebagai “boru ni raja” yang memiliki status sosial yang tinggi, perempuan batak toba tersebut juga berperan sebagai pengasuh anak yang memiliki status sosial yang rendah .
(29)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan satu atau lebih pekerjaan dalam aktivitasnya sehari-hari sehingga kelangsungan hidupnya akan terus berjalan. Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja guna mendapatkan hal berupa gaji maupun upah. Pekerjaan tidaklah sama dengan bekerja. Honour dan Mainwaring (1982 : 187) dijelaskan bahwa pekerjaan ditandai dengan adanya suatu tugas yang memiliki aktivitas atau sifat usaha di dalamnya. Setiap pekerjaan dilakukan oleh pekerja. Pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja (Toha dan Pramono, 1987: 7).
Pekerjaan merupakan salah satu identitas seseorang. Penekanan pada peranan pekerjaan sebagai identitas seseorang berarti bahwa mereka yang tidak memiliki pekerjaan (penganggur, pensiunan) akan sulit untuk menempatkannya, sebab mereka tidak memiliki identitas (Honour dan Mainwaring, 1982 : 188). Fenomena pekerjaan terdapat dalam semua lapisan masyarakat. Namun, arti, sifat serta seberapa pentingnya pekerjaan tersebut berbeda antara anggota masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Bagi sebagian orang, pekerjaan adalah sumber tantangan, prestasi, dan tanggung jawab. Namun, bagi yang lainnya pekerjaan merupakan aktivitas untuk mengisi waktu sehari-hari. Honour dan Mainwaring (1982 : 193) menyebutkan bahwa para pekerja dalam kelompok
(30)
sosio-ekonomis yang lebih rendah cenderung mementingkan makna ekstrinsik seperti upah dan kontak sosial, sedangkan mereka dalam kelompok yang lebih tinggi mencari makna intrinsik misalnya prestasi ataupun pencapaian.
Dalam semua masyarakat ada beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka. Namun berbagai masyarakat, memiliki cara yang berbeda dalam mengalokasikan pekerjaan kepada orang-orang, serta berbeda pula tingkat nilai dan kepercayaannya yang diberikan untuk setiap pekerjaan yang ada. Masing-masing individu memiliki kepercayaan dan harapan tertentu mengenai pekerjaan, terutama yang berhubungan dengan peranan pekerjaan mereka.
2.2 Hubungan Pekerjaan dan Status Sosial
Mengutip dari Narwoko dan Suyanto (2004 : 169), dijelasakan bahwa stratifikasi sosial adalah pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan atau strata yang berjenjang secara vertikal atau hierarkis. Stratifikasi berbicara mengenai posisi yang tidak sederajat antar individu ataupun antar kelompok. Salah satu unsur penting dalam stratifikasi yaitu status atau kedudukan. Status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial. Mengutip Soekanto (2006 : 210) dijelaskan bahwa status sosial yaitu sebagai “tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya”. Status sosial tidak hanya mengenai kedudukan seseorang dalam kelompok yang berbeda, akan tetapi status sosial turut mempengaruhi status individu dalam kelompok sosial yang berbeda. Status sosial
(31)
menandakan perbedaan kelompok berdasarkan kehormatan dan kedudukan mereka di tengah- tengah masyarakat.
Untuk mengukur status seseorang menurut Pitirim Sorokin (dalam Narwoko dan Bagong, 2011 :156) disebutkan yaitu
1. Jabatan atau pekerjaan
2. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan
3. Kekayaan
4. Politis 5. Keturunan 6. Agama
Status pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu status sosial yang bersifat objektif dan subjektif. Status yang bersifat objektif yaitu status yang diperoleh atas usaha sendiri dangan hak dan kewajiban yang terlepas dari individu dan status yang bersifat subjektif adalah status yang menunjukkan hasil dari penilaian orang lain dan tidak bersifat konsisten. Mengutip dari Soekanto (2006) dijelaskan bahwa masyarakat pada umumnya mengembangkan tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.
Adapun pengertian dari masing-masing jenis status sebagaimana yang disebutkan dalam Soekanto (2006 : 211) yaitu ascribed status yaitu status seseorang dalam masyarakat yang diperoleh atas dasar kelahiran, achieved status adalah status yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung kemampuan masing-masing dalam mengejar tujuannya. Assigned
Status adalah status yang diberikan oleh seseorang yang berkedudukan tinggi
kepada seseorang yang telah berjasa dalam masyarakat.
Salah satu bentuk stratifikasi yang sering dijumpai dalam masyarakat yaitu stratifikasi dalam bidang pekerjaan. Dalam bidang pekerjaan terdapat berbagai klasifikasi yang mencerminkan stratifikasi pekerjaan, seperti misalnya pembedaan
(32)
antara manager dan tenaga administratif, antara rektor dan dosen, antara kepala sekolah dan guru, serta berbagai klasifikasi lainnya. Pekerjaan merupakan salah satu ukuran yang menentukan status sosial seseorang. Selain itu jabatan dalam pekerjaan juga menentukan status sosial masyarakat tersebut.
Parker, dkk (1992) mengatakan bahwa suatu jabatan menunjukan suatu perluasan kewajiban yang dijalankan dalam suatu organisasi kerja, sehingga seseorang akan menjalankan dari suatu peran di dalam peran-peran lainnya. Semakin tinggi status pekerjaan, maka akan semakin banyak dan spesifik elemen-elemen pekerjaan yang ada di dalamnya. Sebagai perbandingannya, hanya ada sedikit persyaratan untuk menduduki jabatan sebagai pesuruh, karena peranan yang dijalankannya sangat terbatas. Namun, untuk menjadi seorang manager diperlukan persyaratan yang lebih banyak karena peran yang dijalankannya lebih banyak (Parker, dkk, 1992 :216).
Salah satu pekerjaan yang saat ini dilakoni oleh masyarakat yaitu pekerjaan sebagai pengasuh anak. Pekerjaan sebagai pengasuh anak merupakan pekerjaan dengan status sosial objektif. Dimana status yang diperoleh melalui pekerjaan tersebut diperoleh atas dasar upaya sendiri. Pekerjaan sebagai pengasuh anak juga merupakan bentuk dari achieved status dalam masyarakat karena pekerjaan tersebut diperoleh atas dasar usaha dari individu yang bekerja sebagai pengasuh anak tersebut.
Pekerjaan sebagai pengasuh anak juga memiliki tingkat stratifikasinya tersendiri. Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa salah satu bentuk stratifikasi yang paling sering ditemui dalam masyarakat adalah stratifikasi dalam bidang pekerjaan. Melalui stratifikasi yang ada dalam masyarakat, pekerjaan
(33)
sebagai pengasuh anak termasuk dalam stratifikasi tingkat bawah. Sehingga measyarakat streotipe terhadap pekerjaan sebagai pengasuh anak tersebut. Dimana masyarakat mengkategorikan pekerjaan sebagai pengasuh anak sebagai pekerjaan masyarakat kelas bawah dengan status sosial yang rendah.
Dalam masyarakat, semakin tinggi jabatan seseorang dalam pekerjaannya, semakin tinggi pula status sosialnya dalam masyarakat. Serta semakin rendah jabatan seseorang dalam masyarakat semakin rendah pula status sosialnya dalam masyarakat. Antara status sosial dan pekerjaan memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Semakin tinggi pekerjaan dan jabatan seseorang maka akan semakin tinggi pula status sosial orang tersebut dalam masyarakat. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah pekerjaan dan jabatan seseorang, semakin rendah pula status sosialnya.
2.3 Peran Perempuan Dalam Kekerabatan Masyarakat Etnis Batak Toba Batak Toba adalah sebuah suku di Pulau Sumatera yang terdapat di Negara Indonesia. Suku ini bermukim di Tapanuli, di sekitar Danau Toba. Seiring dengan perkembangan zaman, suku batak toba sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Suku batak toba merupakan salah satu sub suku dari suku batak yang berada di Sumatera Utara yang terdiri dari batak toba, batak karo, batak mandailing, batak pakpak, dan batak simalungun. Masyarakat batak toba memiliki sebuah sistem kekerabatan yang disebut dengan istilah dalihan na tolu, yang memiliki arti tungku yang tiga. Dimana hal tersebut melambangkan aturan dan sikap masyarakat batak toba dalam kehidupan sehari-hari.
(34)
Adapun isi dari falsafah tersebut yaitu somba marhula-hula, manat
mardongan tubu, eIek marboru. Adapun penjelasannya masing-masing yaitu
sebagai berikut :
1. Somba Marhula-hula (hormat kepada Hula-hula). Hula-hula adalah kelompok keluarga pihak marga istri, pihak pemberi istri. Hula-hula ditengarai sebagai sumber berkat. Hula-hula sebagai sumber hagabeon/keturunan.
2. Elek Marboru/lemah lembut tehadap boru/perempuan. Boru adalah keluarga marga laki-laki, pihak penerima wanita. Sikap lemah lembut terhadap boru perlu, dimana tanpa boru mengadakan pesta adalah suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.
3. Manat mardongan tubu/sabutuha, teman semarga, kaum kelompok yang satu marga (dongan=teman, sabutuha=satu
perut). Suatu sikap berhati-hati terhadap sesama marga untuk
mencegah salah paham dalam pelaksanaan acara adat.
(dikutip dari : http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED
Underg -raduate-24317-308322052%20Bab%20I.pdf, diakses 11
Februari 2014 pukul 11.16 Wib)
Falsafah inilah yang menjadi landasan bagi masyarakat batak toba dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara, dengan hula-hula dan boru. Dimana untuk menjaga keseimbangan tersebut harus disadari bahwa semua orang akan pernah menjadi hula-hula, pernah menjadi boru, dan pernah menjadi dongan tubu. Mengutip dari Irianto (2005) dijelaskan bahwa orang batak toba menempatkan dirinya dalam susunan dalihan na tolu tersebut, sehingga mereka dapat mencari kemungkinan adanya hubungan kekerabatan di antara sesamanya.
Kebudayaan suku batak toba menganut sistem kekerabatan secara patrilinear dan mengikat para anggotanya. Dimana penerus garis keturunan adalah mengikuti pihak laki-laki. Keturunan laki-laki tersebutlah yang menjadi penerus marga. Marga merupakan kelompok kekerabatan menurut garis keturunan, dimana hal tersebut akan menentukan posisi seseorang dalam lingkungan masyarakat batak toba.
(35)
Mengutip dari Irianto (2005) dijelaskan bahwa dalam sejarah orang batak toba dapat ditelusuri melalui garis laki-laki, akan tetapi anak perempuan dan istri tidak tercatat di dalamnya. Dalam sistem patrilineal, laki-laki dan perempuan menyandang hak dan kewajiban yang berbeda terhadap marga mereka. Sepanjang hidupnya laki-laki hanya bertanggung jawab atas marga ayahnya. Untuk perempuan sendiri, mereka bertanggung jawab atas dua marga yaitu marga ayahnya dan suaminya. Walaupun demikian, posisi perempuan dalam kekerabatan tersebut tidak jelas, karena meskipun berhubungan dengan keduanya tetapi tidak pernah menjadi anggota penuh dari keduanya.
Perempuan menunjuk kepada salah satu dari dua jenis kelamin. Perempuan batak toba diartikan sebagai perempuan yang merupakan keturunan dari keluarga batak toba, dimana hal ini perempuan tersebut memiliki marga dari suku batak toba. Dalam suku batak toba, dikenal istilah “boru ni raja” yang merupakan konsep priyayi masyarakat batak toba. Istilah ini diberikan kepada perempuan-perempuan keturunan batak toba untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kepada perempuan batak toba agar berperilaku layaknya seorang putri raja, baik dalam hal tutur kata, berpakaian, dan lain sebagainya.
Orang batak mendidik anak perempuan mereka supaya menjadi istri-istri yang pantas dengan tujuan untuk dapat menjalin hubungan kekerabatan di antara orang-orang dengan pangkat tinggi (Irianto, 2005 : 95). Walaupun perempuan batak toba memiliki pendidikan yang tinggi, mereka akan tetap pada konsep dan nilai mengenai perempuan, yang terikat pada ruang domestik dan lingkungan adat. Sekalipun perempuan batak toba menjalani posisi terhormat, mereka tidak akan bisa melepaskan kewajibannya menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya.
(36)
Perempuan batak toba adalah perempuan yang dikenal pekerja keras dan tangguh. Peran perempuan batak toba dalam hal ekonomi keluarga yaitu dimana perempuan batak toba terjun ke dalam ruang publik untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Mulai dari pekerjaan masyarakat kelas atas seperti dokter, pengacara, dosen, dan sebagainya hingga pekerjaan masyarakat kelas bawah yaitu pembantu rumah tangga, buruh pabrik, hingga pengasuh anak. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, perempuan batak toba banyak yang berperan ganda dengan bekerja di ruang publik dan ruang domestik.
Perempuan batak toba juga berperan sebagai perempuan yang menjadi penjaga dan penjamin terwujudnya nilai-nilai hamoraon, hagabeon, dan
hasangapon melalui cara apapun (Irianto, 2005 : 96). Dimana hamoraon
merupakan nilai untuk memiliki kekayaan, hagabeon merupakan nilai untuk diberkati karena keturunan, serta hasangapon merupakan nilai untuk prestise ataupun penghargaan.
2.4 Pandangan Teori Dramaturgi Pada Ekspresi Peran Individu Dalam Interaksi Sosialnya
H.Bonner mengatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau lebih manusia ketika kelakuan individu yang saru mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakukan individu lain, atau sebaliknya (Santosa, 2009 :11). Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia yang terjadi dalam suatu kesatuan.
Masing-masing individu memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pergaulan hidupnya dan interaksinya. Peranan atau role merupakan aspek
(37)
dinamis dari status. Tidak ada peranan tanpa status atau status tanpa peranan. Mengutip dari Soekanto (2006 : 213) dijelaskan bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat padanya. Peranan adalah hal yang sangat penting karena perananlah yang mengatur perilaku seseorang. Peranan membuat seseorang akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan kelompoknya.
Peranan mencakup tiga hal (dalam Soekanto, 2006), yaitu sebagai berikut : 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.
Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran yaitu untuk memberi arah dalam sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pengetahuan, dapat mempersatukan kelompok dalam masyarakat, serta menghidupkan sistem pengendali dan sosial kontrol. Peranan sosial yang ada dalam masyarakat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang. Mengutip dari Narwoko dan Suyanto (2011) dijelaskan bahwa pembagian jenis peranan dibedakan atas klasifikasi peranan sosial berdasarkan pelaksanaanya dan cara memperolehnya.
Klasifikasi peranan sosial dalam Narwoko dan Suyanto (2011 : 160) berdasarkan pelaksanaanya dibedakan atas :
1. Peranan yang diharapkan (expected roles) yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peran dalam masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan dan peranan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang sudah ditentukan.
(38)
2. Peranan yang disesuaikan (actual roles) yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaanya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.
Perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak memiliki peranan sosial. Dimana berdasarkan pelaksanaanya pekerjaan perempuan batak toba sebagai pengasuh anak merupakan expected roles atau peranan yang diharapkan. Dimana sebagai pengasuh anak, masyarakat menghendaki agar profesi tersebut dijalankan sesuai dengan yang telah ditentukan. Perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak haruslah mengikuti aturan yang ada dalam perannya sebagai pengasuh anak serta berprilaku layaknya seorang pengasuh anak.
Selain memiliki peranan sebagai pengasuh anak, perempuan batak toba memiliki peranan lain yaitu sebagai perempuan dari keturunan masyarakat batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang melekat dalam dirinya. Peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut merupakan kategori actual roles atau peranan yang disesuaikan. Dimana perempuan batak toba dapat melaksanakan perananya sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” secara lebih luwes dan dapat disesuaikan. Dimana sebagai “boru batak”, peran yang akan dijalaninya selalui disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dimana “boru batak” tersebut bias berperan sebagai hula-hula, sebagai boru, sebagai parsonduk bolon (istri), dan yang lainnya. Selain itu status sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut dapat disesuaikan dengan peranan-peranan lainnya yang ada dalam diri perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tersebut.
(39)
Klasifikasi peranan berdasarkan cara memperolehnya dalam Narwoko dan Suyanto (2011:160) yaitu :
1. Peranan bawaan yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis dan bukan karena adanya usaha.
2. Peranan pilihan yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri.
Peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” merupakan peranan bawaan. Dimana perempuan keturunan masyarakat batak toba akan mendapatkan peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” secara otomatis ketika perempuan tersebut lahir tanpa adanya usaha darinya. Perempuan batak toba tersebut akan menjalankan segala peranan yang dimiliki “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut. Namun, peran sebagai pengasuh anak yang dimiliki perempuan batak toba pekerja pengasuh anak merupakan peranan pilihan. Dimana peran sebagai pengasuh anak tersebut merupakan peran yang diperoleh atas dasar keinginan dan keputusannya sendiri. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tidak menjalankan peran sebagai pengasuh anak atas dasar paksaan dari orang lain.
Orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan sebagai pelaku, yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu peran tertentu dan target atau orang lain (other), yaitu orang yang mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya. Istilah peran diambil dari dunia teater. Dalam teater, seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu. Ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Peran aktor tersebut dalam teater kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Posisi individu dalam masyarakat sama dengan posisi aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak
(40)
berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.
Goffman mengatakan bahwa selama kegiatan rutin, seseorang akan mengetengahkan sosok dirinya sebagaimana yang dituntut oleh status sosialnya. Seorang pelaku cenderung menyembunyikan dan mengeyampingkan kegiatan, fakta-fakta, motif-motif yang tidak sesuai dengan dirinya ( Poloma, 2000 : 233). Masing-masing individu dalam hubungan sosial akan berusaha mengontrol penampilan dirinya dan memainkan perannya disertai dengan adanya perilaku serta adanya gerak-gerik. Dalam teorinya, Erving Goffman menggambarkan bahwa individu merupakan pelaku yang melalui interaksi secara aktif mempengaruhi individu lain (Samanto, 2000: 235).
Mengutip dari Johnson (1990) disebutkan bahwa menurut analisa ini masalah utama yang dihadapi individu dalam berbagai hubungan sosial adalah mengontrol penampilannya, keadaan fisiknya di mana mereka memainkan peran-perannya serta perilaku peran-perannya yang aktual dan gerak-gerik isyarat yang menyertainya. Perhatian individu terhadap pengaturan kesan (impression
management) tidak terbatas pada perilakunya yang nyata saja. Penampilan
individu dan perilakunya yang umum juga sangat relevan untuk identitasnya. Oleh karena itu mereka mau mempersiapkan penampilannya sebelum memainkan peran tertentu, dan akan berusaha mengontrol berbagai gerak yang tidak cocok yang mungkin mengurangi penampilannya itu (Johnson, 1990 : 43).
(41)
Salah satu analisa Goffman dalam konsep dramaturginya yaitu dimana banyak orang yang bekerja sama dalam melindungi berbagai tuntutan satu sama lain yang berhubungan dengan kenyataan sosial yang sedang mereka lakukan untuk dipentaskan atau identitas yang sedang ditampilkan.
Goffman mengatakan bahwa suatu tim dramaturgi adalah suatu kelompok orang yang saling bekerjasama untuk mementaskan suatu penampilan tertentu. Dinamika dalam interaksi dalam suatu tim dramturgi berbeda dengan interaksi antara tim dramturgi dan audiensnya. Audiens diharapakan untuk menerima hal yang diperankan oleh tim. Sementara hubungan sosial yang terjalin antar tim, ditandai dengan hubungan yang sangat intim yang muncul karena mereka menjaga kerahasian teknik yang digunakan untuk pementasan (Johnson, 1990 : 44).
Mengutip dari Johnson (1990 : 45) dijelasakan bahwa pembedaan antara anggota tim dan audiens, dibedakan atas pentas depan (frontstage) serta pentas belakang (backstage). Pentas depan merupakan bagian atau tempat di mana saja audiens tersebut diharapakan ada. Sementara itu pentas belakang merupakan tempat yang terlarang bagi audiens atau orang lain. Walaupun demikian, pembedaan tersebut bersifat relatif. Dimana pentas belakang mungkin menjadi pentas depan bila ada yang menggangu atau untuk suatu bentuk penampilan yang berbeda.
Gaya analisa Goffman menunjukkan lemahnya pembedaan antara penampilan (appereance) dan kenyataan (reality), dengan menerima secara eksplisit akan pandangan bahwa kenyataan tersebut adalah konstruksi sosial. Sehingga lemah, ambiguitas, kontradiksi, dan ancaman akan runtuhnya kenyataan sosial itu sangat banyak dalam dunia sosial. Goffman mendiskusikan beberapa tipe komunikasi yang “tidak sebagaimana mestinya”. Komunikasi yang tidak sebagaimana mestinya tidak perlu menggangu atau merusakkan penampilan. Para
(42)
anggota suatu tim sering mampu mempertahankan defenisi situasi yang dapat diterima oleh audiens dan melankonkan pentasnya dengan baik, meskipun mereka berinteraksi untuk sesuatu yang berlainan (Johnson, 1990 : 46)
Banyak orang memiliki pemahaman yang umum mengenai peran-peran, seperti peran-peran dalam pekerjaan, dalam keluarga, dan peran antara individu dengan individu. Dimana keseluruhan peran-peran tersebut memiliki sikap dan perilaku yang harus dijalankan. Mengutip dari Johnson (1990 : 51) dijelaskan bahwa berbagai peran sosial tersebut diterima dan diinternalisasi oleh individu sebagai bagian penting dalam konsep diri yang mereka usahakan untuk memproyeksikannya pada orang lain.
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian ini adalah mengenai hal-hal yang mendorong perempuan batak toba bekerja sebagai pengasuh anak, serta mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case studies) dengan pendekatan kualitatif. Arikunto (2005 : 238) menjelaskan bahwa penelitian studi kasus (case studies) adalah penelitian dimana peneliti mencoba untuk mengamati individu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua variabel penting yang melatarbelakangi timbulnya serta perkembangan variabel tersebut. Penelitian ini menekankan pada mengapa individu bertindak demikian, apa wujud tindakannya, serta bagaimana individu bertindak bereaksi terhadap lingkungannya.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2008 : 166). Jadi penelitian studi kasus (case studies) dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang mencoba menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku, dan hal lain yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut serta bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena sosial yang disampaikan secara lisan maupun tertulis mengenai obyek yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai hal yang ingin diteliti tersebut.
(44)
3.2 Lokasi Penelitian
Pada dasarnya hampir diseluruh wilayah yang terdapat pada suatu kota ataupun kabupaten terdapat keluarga yang menggunakan jasa perempuan batak toba pekerja pengasuh anak. Namun agar penelitian ini memiliki fokus wilayah penelitian, maka peneliti menetapkan Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan sebagai lokasi penelitian mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena di daerah tersebut terdapat sejumlah keluarga yang menggunakan jasa perempuan pekerja pengasuh anak untuk mengasuh anak mereka, sehingga mudah bagi peneliti untuk menemukan perempuan pengasuh anak etnis batak toba yang akan dijadikan sebagai narasumber untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti.
3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian biasanya yang menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut sebagai informan atau responden (Hamidi, 2010 : 59). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.
3.3.2 Informan
Informan adalah subjek yang mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi permasalahan penelitian, baik yang bertindak sebagai pelaku dalam permasalahan penelitian yang akan diteliti maupun hanya sebagai orang yang
(45)
memahami permasalah penelitian tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah:
1. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak yang tidak berasal dari yayasan penyalur pengasuh anak (baby sitter) melainkan yang berasal dari kampung, yang sudah bekerja sebagai pengasuh anak selama dua tahun atau lebih dan saat ini tengah bekerja sebagai pengasuh anak di daerah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara .
2. Majikan yang berasal dari suku batak toba yang mempekerjakan perempuan batak toba sebagai pengasuh anak di daerah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.
3. Warga yang bertempat tinggal di daerah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara yang mengerti dan memahami nilai-nilai budaya masyarakat batak toba.
Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh peneliti. Di dalam pemilihan informan dalam penelitian ini digunakan metode
snowbolling. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah perempuan
pengasuh anak etnis batak toba yang bekerja di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Dari para perempuan pengasuh anak ini peneliti akan menggali informasi mengenai ekspresi peran perempuan pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat
Jumlah informan dalam penelitian ini terdiri dari sembilan orang. Dari ketiga kriteria di atas telah ditemukan empat orang informan yang merupakan perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu N.S, D.P, R.A, dan S.S. Untuk
(46)
informan yang merupakan majikan yang mempekerjakan perempuan pengasuh anak etnis batak toba telah ditemukan sebanyak tiga orang yaitu M.S, A.S, dan A.T. Serta untuk informan yang merupakan warga di Kelurahan Sei Agul yang memahami mengenai budaya batak toba telah ditemukan sebanyak dua orang yaitu H. L dan D. S.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada dasarnya dilakukan guna memperoleh informasi mengenai permasalahan penelitian. Dalam penelitan deskiptif kualitatif, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu :
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dalam pengumpulan data pada empat orang perempuan pengasuh anak etnis batak toba, tiga orang majikan dari perempuan pengasuh anak etnis batak toba, serta dua orang warga yang terdapat di Kelurahan Sei Agul. Adapun cara untuk mendapatkan data primer, dilakukan dengan :
a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan melalui pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa sedang berlangsung (Nawawi, 2006 : 67). Pengamatan secara langsung kepada objek yang diteliti dilakukan guna melihat bentuk implementasi pekerjaan pengasuh anak perempuan batak toba, serta cara perempuan pengasuh anak etnis batak toba dalam mengekspresikan dirinya dalam pekerjaannya. Data yang diperoleh
(47)
dari observasi ini juga berupa kondisi geografis dari lokasi penelitian.
b. Wawancara mendalam (in-depth interview)
Wawancara mendalam merupakan sebuah proses tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan penelitian. Wawancara tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara spesifik dengan panduan interview guide atau tanpa interview
guide kepada perempuan pengasuh anak etnis batak toba, majikan
perempuan pengasuh anak, serta warga di kelurahan Sei Agul yang merupakan informan dalam penelitian ini.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi kepustakaan, dimana peneliti mencari data dari buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, surat kabar, tabloid, internet, maupun sumber-sumber data lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian.
3.5 Interpretasi Data
Interpretasi data adalah analisis mengenai keseluruhan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam lalu menyaring data-data penting dari data yang dikumpulkan yang kemudian disajikan dalam bentuk yang sederhana. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengumpulkan banyak data, baik data yang diperoleh dari observasi, wawancara, maupun dokumentasi di lapangan. Mengutip dari Faisal (2007 : 256) dijelaskan bahwa data yang diperoleh tersebut biasanya masih berbentuk catatan lapangan atau yang disebut dengan fieldnotes, sehingga data tersebut perlu disusun, diseleksi, dan dirangkum ke dalam pola,
(48)
kategori, dan fokus tertentu yang sesuai dimana hal tersebut termasuk dalam pekerjaan analisis yang disebut “reduksi data” kemudian hasil reduksi tersebut di
display. Sehingga akhirnya peneliti dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan
tertentu dari hasil pemahaman dan pengertiannya. 3.6 Jadwal Pelaksanaan
Jadwal penelitian skripsi mengenai ekspresi peran perempuan pekerja anak di dalam masyarakat dilakukan sejak Juli 2013. Secara terperinci mengenai kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan ke - 1. Pra Observasi
2. Acc Judul
3. Penyusunan proposal penelitian
4. Seminar proposal
penelitian
5. Revisi proposal
penelitian
6. Penelitian Lapangan
7. Pengumpulan data dan Interpretasi Data
8. Bimbingan skripsi
9. Penulisan Laporan Skripsi
10. Sidang Meja Hijau
3.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik karena faktor intern dan eksternal. Dimana untuk faktor intern peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi juga dan untuk faktor eksternal yaitu seperti informan. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar kajian ilmiah maupun bagi praktisi yang
(49)
menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar tiga bulan untuk pencarian data di lapangan dengan observasi lapangan dan wawancara dengan para informan. Penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama supaya data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi.
2. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan untuk mencari informan karena majikan yang menggunakan pengasuh anak baru berada di rumah pada sore atau malam hari. Para majikan dari pengasuh anak ini bekerja mulai pukul 08.00 WIB dan kembali pukul 18.00 WIB sehingga peneliti hanya dapat menjumpai informan pada malam hari. Hal tersebut juga setelah peneliti membuat janji dengan informan. Kelurahan Sei Agul yang relatif luas dengan keterbatasan waktu peneliti membuat peneliti hanya mengambil informan yakni empat orang pengasuh anak, tiga orang majikan, serta dua orang masyarakat lokal yang memahami budaya batak toba.
3. Peneliti merasa kesulitan dalam memperoleh data-data tertulis disebabkan masih sedikitnya referensi-referensi yang berkaitan dengan perempuan pengasuh anak.
(50)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis Desa / Kelurahan A. Batas Wilayah Desa / Kelurahan
Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan terletak pada 25 meter di atas permukaan laut (mdpl). Keadaan iklim di kelurahan Sei Agul yaitu curah hujan berkisar pada 30 mm dan suhu berkisar pada 24-32ºC. Kelurahan Sei Agul memiliki jarak empat kilometer ke ibukota kecamatan, tiga kilometer ke ibukota kabupaten, dan memiliki jarak 5 kilometer ke ibukota provinsi.
Adapun susunan pemerintahan Kelurahan Sei Agul pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Lurah : Erfin Muharmansah, S.Sos
Sekretaris : Salwa
Kepala urusan pemerintahan : Wahyuti Kepala urusan Pembangunan : Roslan Kepala urusan Trantib : Asnawati
Kelurahan Sei Agul secara administratif terdiri dari 16 Lingkungan yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III, Lingkungan IV, Lingkungan V, Lingkungan VI, Lingkungan VII, Lingkungan VIII, Lingkungan IX, Lingkungan X, Lingkungan XI, Lingkungan XII, Lingkungan XIII, Lingkungan XIV, Lingkungan XV, Lingkungan XVI . Adapun batasan wilayahnya adalah :
(51)
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Putih Timur, Kelurahan Sei Putih Barat, dan Kelurahan Sei putih Tengah, Kecamatan Medan Petisah
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Silalas/Glugur Kota, Kecamatan Medan Barat
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia
B. Luas Wilayah Desa / Kelurahan Menurut Penggunaanya
Adapun penyebaran luas wilayah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan menurut penggunaannya adalah wilayah pemukiman seluas 107 ha/m², pemakaman umum 0,3 ha/m², perkantoran, sarana pendidikan, sarana peribadatan, dan lain sebagainya.
4.1.2 Sarana dan Prasarana Desa / Kelurahan a. Sarana Kesehatan
Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Kelurahan Sei Agul dilengkapi oleh beberapa prasarana kesehatan. Adapun prasarana kesehatan yang terdapat di Keluarah Sei Agul yaitu sebanyak 37 prasarana kesehatan yang terdiri dari posyandu, puskesmas pembantu, poliklinik, apotek, toko obat, balai pengobatan masyarakat yayasan swasta, prakter dokter, rumah sakit bersalin, dan rumah sakit mata milik swasta. Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan ini maka sarana kesehatan tersebut didukung beberapa tenaga medis seperti bidan sebanyak enam orang dan dokter empat orang. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut :
(52)
Tabel 4.1 Sarana Kesehatan Kelurahan Sei Agul
No Uraian Jumlah
1 Puskesmas Pembantu 1 unit
2 Poliklinik 5 unit
3 Posyandu 15 unit
4 Apotek 6 unit
5 Toko Obat 2 unit
6 Balai Pengobatan Masyarakat Yayasan Swasta 1 unit
7 Praktek Dokter 4 unit
8 Rumah Bersalin 2 unit
9 Rumah Sakit Mata Swasta 1 unit
Jumlah 37 unit
Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 b. Sarana Pendidikan
Kelurahan Sei Agul memiliki 17 unit sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat Kelurahan Sei Agul yaitu sarana pendidikan formal. Sarana pendidikan formal yang tersedia di kelurahan ini sebanyak lima sekolah yaitu terdiri dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta juga terdapat Universitas/Perguruan Tinggi dan juga terdapat sebuah perpustakaan. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2 Sarana Pendidikan Formal Kelurahan Sei Agul
No Uraian Jumlah
1 TK 6 unit
2 SD 5 unit
3 SMP 2 unit
4 SMA 1 unit
5 Perguruan Tinggi Swasta 2 unit 6 Perpustakaan Kelurahan 1 unit Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 c. Sarana Peribadatan
Kelurahan Sei Agul memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan rohaniah masyarakat Kelurahan Sei Agul sebanyak 27 unit yaitu
(53)
mesjid, gereja Katholik, gereja Kristen Protestan, mushola, wihara, pura, dan klenteng. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3 Sarana Peribadatan Kelurahan Sei Agul No Jenis Sarana Ibadah Jumlah
1 Mesjid 11 unit
2 Gereja Katholik 1 unit 3 Gereja Protestan 6 unit
4 Mushola 3 unit
5 Wihara 2 unit
6 Pura 2 unit
7 Klenteng 2 unit
Jumlah 27 unit
Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 d. Sarana Transportasi dan Komunikasi
Kelurahan Sei Agul berada pada wilayah dataran sehingga hanya memiliki sarana perhubungan atau transportasi yaitu sarana transportasi darat. Jenis prasarana perhubungan darat yang ada di Kelurahan ini terdiri dari jalan aspal, jalan bebatuan, jalan tanah, rel kereta api dan jembatan. Sarana transportasi darat yang ada di kelurahan ini terdiri dari kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, kendaraan umum roda empat (bus/angkutan kota, taksi) dan becak.
Kemudahan komunikasi di Kelurahan Sei Agul didukung dengan sarana warung telekomunikasi umum, warung internet dan dukungan beberapa jaringan telepon seluler. Jaringan telepon seluler yang memiliki sinyal baik di Kelurahan Sei Agul adalah telkomsel, indosat, esia, tri, xl dan lainnya.
e. Sarana Rekreasi Atau Hiburan
Kelurahan Sei Agul bukan merupakan daerah tujuan wisata karena tidak terdapat wisata di Kelurahan Sei agul. Untuk sarana hiburan, pada Kelurahan Sei Agul terdapat beberapa tempat hiburan. Adapun tempat hiburan di Kelurahan Sei
(54)
Agul yaitu tempat karoke sebanyak dua unit, restoran satu unit, dan rumah makan dua puluh tiga unit.
f. Sarana Olahraga
Masyarakat di Kelurahan Sei Agul aktif dalam kegiatan olah raga. Kegiatan olahraga yang dilakukan masyarakat tersebut seperti olah raga sepak bola, bulu tangkis, dan lari pagi/sore. Akan tetapi sarana untuk melakukan aktivitas olahraga tersebut belum memadai sehingga untuk olahraga sepak bola masih menggunakan lapangan sekolah dasar, dan untuk bermain bulu tangkis dilakukan di pekarangan rumah.
4.1.3 Penduduk
Jumlah penduduk di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan berjumlah 30.164 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 14.968 jiwa dan perempuan berjumlah 15.196 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 4.167 KK. Penduduk di kelurahan ini terdiri dari warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi dan non pribumi. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sei Agul
No Keterangan Jumlah
1 Laki-laki 14.968 jiwa
2 Perempuan 15.196 jiwa
Jumlah seluruhnya 30.164 jiwa
Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 4.1.4 Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sei Agul terdiri dari beragam jenis. Mulai dari pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang, dokter, dan lain sebagainya. Jumlah penduduk dalam usia kerja sebanyak 30.022 jiwa. Adapun
(55)
Tabel 4.5 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sei Agul No Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan
1 PNS 192 105
2 Pedagang Keliling 3 5
3 Montir 45 0
4 Dokter Swasta 5 2
5 Bidan Swasta 0 7
6 Perawat Swasta 2 11
7 Pembantu Rumah Tangga 0 91
8 TNI 12 0
9 POLRI 24 4
10 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 188 18
11 Pengusaha Kecil dan Menengah 73 22
12 Pengacara 5 2
13 Notaris 4 4
14 Dosen Swasta 31 16
15 Karyawan Swasta 873 470
16 Tukang Batu 1439 0
17 Tukang Kayu 594 0
18 Wiraswasta 1.412 0
19 Karyawan Perusahaan Pemerintah 307 0
20 Lain-lain 1.213 0
Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 4.1.5 Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sei Agul terdiri dari berbagai etnis dan suku bangsa. Pada kelurahan ini terdapat etnis Batak Toba, Melayu, Sunda, Jawa, Cina, India, dan lain sebagainya. Mayoritas suku atau etnis yang terdapat di Kelurahan Sei Agul yaitu Mandailing. Adapun komposisi penduduk berdasarkan etnis dan suku bangsa yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis dan Suku Bangsa No Etnis / Suku Bangsa Laki-laki Perempuan
1 Aceh 86 86
2 Batak Toba 4.227 4.235
3 Nias 34 58
4 Melayu 175 205
5 Minang 190 205
6 Betawi 2 5
7 Sunda 38 43
(1)
3. Perempuan pengasuh anak etnis batak toba harus bangga dengan pekerjaan mereka dan beranggapan bahwa pekerjaan mereka mulia sehingga stereotipe mengenai pengasuh anak dapat memudar serta status sosialsebagai pengasuh anak yang dianggap rendah dapat berubah menjadi lebih baik.
(2)
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta Faisal, Sanafiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif : Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang : UMM Press
____________. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis
Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang : UMM Press
Honour, T F dan Mainwaing, R.M. 1982. Sosiologi dan Bisnis (A.Hasymi Ali. Terjemahan). Jakarta : Bina Aksara
Irianto, Sulistyowati. 2005. Perempuan Diantara Berbagai Pilihan Hukum (Studi Mengenai Strategi Perempuan Batak Toba Untuk Mendapatkan Akses
Kepada Harta Waris Melalui Proses Penyelesaian Sengketa. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia
Johnson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Robert MZ. Lawang. Terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Narwoko, J.Dwi dan Bagong Suyanto, (ed). 2010. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
____________. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi Keempat. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini. 2006. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Novarini, Maya. (2013, September 14). Kasta Ciptaan Kita (Fenomena Baby
Sitter Berseragam). Kompasiana, diambil dari : (http://sosbud.
kompasiana.com/2013/09/14/kasta-ciptaan-kita-fenomena-babysitter
berseragam589829.html, diakses 6 November 2013 pukul 16.31 Wib)
Nunuk, Murniati. 2004. Getar Gender (Perempuan Indonesia dalam Perspektif
Agama,Budaya, dan Keluarga). Magelang : Indonesia Tera
Pangastuti. 2001. Konflik Peran Ganda Ibu Bekerja Ditinjau Dari Motivasi
Berprestasi dan Asertivitas. [Skripsi]. Semarang : Fakultas Psikologi,
Universitas Katolik Soegijapranata. Diambil dari : http://eprints.unika.ac
.id/12513/1/96.40.2198_Rr._Veronika_Indah_Pangastuti.pdf, diakses 23
September 2013 pukul 16.57 Wib
Parker, S.R,dkk. 1992. Sosiologi Industri (G. Kartasapoetra. Terjemahan). Jakarta : PT Rineka Cipta
(3)
Santosa, Slamet. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : PT Bumi Aksara
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi Kedua. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
__________. 2004. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Toha, Halili dan Pramono, Hari. 1987. Hubungan Kerja Antara Majikan dan
Buruh. Jakarta : Bina Aksara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34210/3/Chapter%20II.pdf, diakses 8 September 2013 pukul 13.39
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/Chapter%20I, diakses 23
September 2013 pukul 17.30
http://finance.detik.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/02/time/
163/idnews diakses 24 September 2013 pukul 07.52 Wib
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34210/3/Chapter%20II.pdf,
diakses 22 Oktober 2013 pukul 11.21 Wib
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51403/BAB%20II%20
Tinjauan%2Pustaka_%20I11epl.pdf?sequence=4, diakses 22 Oktober
2013 pukul 11.45 Wib
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22098/4/Chapter%20II.pdf,
diakses 7 November 2013 pukul 16.59 Wib
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMEDUndergraduate-24317308322052%20
Bab%20I.pdf, diakses 11 Februari 2014 pukul 11.16 Wib
http://kamusbahasaindonesia.org/ekspresi/mirip&source=s7q=defenisi+ekspresi
&sa=X&ei=Krf GU_O_JM28QWsuIHIBQ&ved=0CCMQFjAB,diakses
17 Juli 2014 pukul 1.30 Wib
(4)
Lampiran 1
Interview Guide Untuk Perempuan Batak Toba Pekerja Pengasuh Anak
1. Profil Informan
a. Nama : b. Usia :
c. Pendidikan terakhir :
d. Agama :
e. Alamat tempat tinggal : f. Daerah asal :
g. Ikatan Kekeluargaan dengan Majikan :
2. Isi Wawancara
1. Mengapa anda tertarik bekerja sebagai pengasuh anak?
2. Apakah keluarga anda tahu bahwa anda bekerja sebagai pengasuh anak?
3. Apakah sajakah yang saudara kerjakan disamping mengasuh anak? 4. Dalam hal mengasuh, apa sajakah yang anda lakukan?
5. Apakah anda mengetahui mengenai “boru ni raja”
6. Sebagai orang batak toba, apakah saudara juga mengajarkan tentang budaya batak kepada anak yang anda asuh?
7. Bagaimanakah sikap majikan anda ketika anda mengasuh anaknya? 8. Apakah makna pekerjaan pengasuh anak ini bagi anda?
(5)
Interview Guide Untuk Majikan Pengasuh Anak (Keluarga dari Suku Batak Toba)
1. Profil Informan
a. Nama : b. Usia :
c. Pendidikan terakhir :
d. Agama :
e. Alamat tempat tinggal : f. Pekerjaan :
2. Isi Wawancara
1. Adakah kriteria khusus yang anda lakukan dalam memilih pengasuh anak?
2. Mengapa anda memutuskan menggunakan jasa perempuan batak toba sebagai pengasuh anak anda?
3. Apa sajakah yang menjadi pekerjaan utama pengasuh anak anda? 4. Bagaimana pandangan anda terhadap pekerjaan pengasuh anak?
5. Bagaimana pandangan anda terhadap perempuan batak toba yang bekerja sebgai pengasuh anak?
6. Apakah anda mengetahui tentang “boru ni raja”?
7. Apakah pengasuh anak anda, anda perbolehkan mengajarkan adat batak toba kepada anak anda?
8. Apakah ada memberikan saran atau masukan kepada pengasuh anak anda mengenai cara mengasuh anak?
(6)
Interview Guide Untuk Masyarakat Sekitar (Tokoh Adat)
1. Profil Informan
a. Nama : b. Usia :
c. Pendidikan terakhir : d. Agama :
e. Alamat tempat tinggal : f. Pekerjaan :
2. Isi Wawancara
1. Apakah sebenarnya makna “boru ni raja” dan “anak ni raja”? 2. Bagaimanakah posisi perempuan dalam kekerabatan batak toba?
3. Bagaimana pandangan anda tentang perempuan batak toba yang sekarang ini banyak bekerja sebagai pengasuh anak?
4. Apakah nilai-nilai boru ni raja bertentangan dengan status sosial sebagai pengasuh anak?