Karakteristik Pasien-Pasien Infeksi Saluran Kemih di PoliurologiRSUD. Dr. Pirngadi Kota MedanTahun 2012-2013

(1)

Karakteristik Pasien-Pasien Infeksi Saluran Kemih di

Poliurologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun

2012-2013

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ANDRY LUKANDY

110100200

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

(3)

ABSTRAK

Infeksi saluran kemih merupakaninvasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh khususnya saluran kemih yang terdiri dari ginjal, ureter, buli-buli dan uretra. Infeksi saluran kemih (ISK)mengenai laki-laki dan perempuan dari semua kelompok umur, serta dapat dipengaruhi oleh abnormalitas anatomik (vesicouretral reflux, obstruksi),terhambatnya saluran kemih (batu saluran kemih), diabetes.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita infeksi saluran kemih di poliurologiRSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien ISK di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dari Mei 2012-Desember 2013. Sampel penelitian diambil dengan metode total sampling.

Hasil penelitian dari 43 orang penderita ISK didapatkan 53.5% pada kelompok usia ≥50tahun, 51.2% berjenis kelamin laki-laki, 100% tidak menderita vesicouretral reflux, 7.0% Benign Prostatic Hyperplasia, 11.6% batu saluran kemih, 27.9% diabetes tipe 2.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penderita ISK lebih banyak terjadi pada laki-laki dan penderitan ISK lebih banyak dijumpai pada kelompok umur ≥50 tahun serta ditemukan ISK dengan BPH, BSK, dandiabetes Tipe 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab yang mempengaruhi terjadinya ISK pada laki-laki dan kelompok umur ≥50 tahun serta hubungan ISK dengan keadaan-keadaan yang ditemukan pada penelitian ini.


(4)

ABSTRACT

Urinary tract tnfection is an invation and multiplication of microorganisme or parasite in body tissue especially in urinary tract which consists of kidney, urether, bladder and urethra. Urinary tract infection (UTI) occurs in male and female in all ages, it can be caused by anatomic abnormality (vesicouretral reflux, obstruction), hampered urinary tract (urinary tract stones), diabetic.

The purpose of this study is to discover the characteristics of UTI patients inRSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Urology Department. This study is a descriptive retrospectif study. Population in this study is all UTI patients in RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan from May 2012-December 2013. The sample of this study was selected by total sampling.

The results from 43 UTI patients, it's acquired 53.5% in age category ≥50years, 51.2% male gender, 100% don't posses vesicouretral reflux, 7.0% Benign Prostatic Hyperplasia, 11.6% urinary tract stones, 27.9% DMtype 2.

To sum up from this study,UTI patients were likely to occur in male and the patientstend to be in ≥50 years age category and it's found UTI with BPH, urinary tract stones, DMtype 2. It's needed to do further study to find the causes of UTI in male, and so is UTIin ≥50years age category and UTI relations with conditions found in this study.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

"Karakteristik Pasien-Pasien Infeksi Saluran Kemih di PoliurologiRSUD. Dr. Pirngadi Kota MedanTahun 2012-2013" berhasil diselesaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dalam bidang kesehatan.

Penelitian ini bisa diselesaikan atas dukungan dari banyak pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, diantaranya:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Ramlan Nasution, Sp.U selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. dr.Gerben F.Hutabarat, DTM&H, M.Sc, Sp.MK selaku Dosen Penguji satu yang telah memberikan kritikan dan saran kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. dr. Juliandi Harahap, M.A, selaku Dosen Penguji dua yang telah memberikan kritikan dan saran kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Pihak RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.

7. Orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

8. Ibu Rotua Siahaan yang telah sangat membantu dalam proses survey dan pengambilan data.


(6)

9. Sahabat-sahabat penulis, Ibrena Florensia, Febry Dalimunthe dan Angelina Lourdes yang telah memberikan bantuan baik tenaga maupun waktu dalam proses pengambilan data.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua memberi informasi dan manfaat dalam pengembangan ilmu kedokteran.

Medan, 07 Desember 2014 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Anatomi Sistem Urogenitalia ... 3

2.2 Infeksi Saluran Kemih ... 8

2.2.1 Defenisi Infeksi Saluran Kemih ... 8

2.2.2 Gejala Klinis ... 8

2.2.3 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya ISK ... 9

2.3 Patogenesis ... 12

2.4 Diagnosis ... 16


(8)

2.4.2 Kultur Urin ... 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 22

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 22

3.2 Variabel dan Defenisi Operasional ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Jenis Penelitian ... 25

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.3 Populasi dan Data Sampel ... 25

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

4.5.1 Metode Pengolahan Data ... 26

4.5.2 Analisis Data ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

5.2 Deskripsi karakteristik sampel ... 28

5.3 Hasil Analisa Data ... 29

5.4 Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Sensitifitas dan Spesifisitas Urinalisis 18

1.2 Temuan Dipstik Urinalisis yang Ditemukan Pada

Infeksi Saluran Kemih 19

1.3 Kemungkinan ISK berdasarkan Kultur Urin 21

5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel

Berdasarkan Usia 29

5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel

Berdasarkan Jenis Kelamin 29

5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel

Berdasarkan Vesikouretral Refluks 29

5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel

Berdasarkan Obstruksi 30

5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel

Berdasarkan Terhambatnya Saluran Kemih 30

5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Anatomi Urogenital 3

Gambar 2 Ginjal 5

Gambar 3 Ureter & Bladder 6

Gambar 4 Uretra 8


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Selesai Penelitian

Lampiran 5 Data Induk

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik

Lampiran 7 Logbook Bimbingan Skripsi


(12)

DAFTAR SINGKATAN

ISK Infeksi Saluran Kemih

UTI Urinary Tract Infection ADH Anti Diuretic Hormone VUR Vesicoureteral Reflux

VCUG Voiding Cysto-Urethrography

BSK Batu Saluran Kemih

IVU Intravenous Urography

PAF Prostatic Antibacterial Factor TLRs Toll-Like Receptors

THP Tamm-Horsfall Protein WBC White Blood Cell CFU Colony Forming Units

LPB Lapangan Pandang Besar


(13)

ABSTRAK

Infeksi saluran kemih merupakaninvasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh khususnya saluran kemih yang terdiri dari ginjal, ureter, buli-buli dan uretra. Infeksi saluran kemih (ISK)mengenai laki-laki dan perempuan dari semua kelompok umur, serta dapat dipengaruhi oleh abnormalitas anatomik (vesicouretral reflux, obstruksi),terhambatnya saluran kemih (batu saluran kemih), diabetes.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita infeksi saluran kemih di poliurologiRSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien ISK di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dari Mei 2012-Desember 2013. Sampel penelitian diambil dengan metode total sampling.

Hasil penelitian dari 43 orang penderita ISK didapatkan 53.5% pada kelompok usia ≥50tahun, 51.2% berjenis kelamin laki-laki, 100% tidak menderita vesicouretral reflux, 7.0% Benign Prostatic Hyperplasia, 11.6% batu saluran kemih, 27.9% diabetes tipe 2.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penderita ISK lebih banyak terjadi pada laki-laki dan penderitan ISK lebih banyak dijumpai pada kelompok umur ≥50 tahun serta ditemukan ISK dengan BPH, BSK, dandiabetes Tipe 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab yang mempengaruhi terjadinya ISK pada laki-laki dan kelompok umur ≥50 tahun serta hubungan ISK dengan keadaan-keadaan yang ditemukan pada penelitian ini.


(14)

ABSTRACT

Urinary tract tnfection is an invation and multiplication of microorganisme or parasite in body tissue especially in urinary tract which consists of kidney, urether, bladder and urethra. Urinary tract infection (UTI) occurs in male and female in all ages, it can be caused by anatomic abnormality (vesicouretral reflux, obstruction), hampered urinary tract (urinary tract stones), diabetic.

The purpose of this study is to discover the characteristics of UTI patients inRSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Urology Department. This study is a descriptive retrospectif study. Population in this study is all UTI patients in RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan from May 2012-December 2013. The sample of this study was selected by total sampling.

The results from 43 UTI patients, it's acquired 53.5% in age category ≥50years, 51.2% male gender, 100% don't posses vesicouretral reflux, 7.0% Benign Prostatic Hyperplasia, 11.6% urinary tract stones, 27.9% DMtype 2.

To sum up from this study,UTI patients were likely to occur in male and the patientstend to be in ≥50 years age category and it's found UTI with BPH, urinary tract stones, DMtype 2. It's needed to do further study to find the causes of UTI in male, and so is UTIin ≥50years age category and UTI relations with conditions found in this study.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia yang berjumlah 237 juta jiwa (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010), sanitasi yang buruk dan malnutrisi berperan dalam penyakit infeksi yang menyebabkan kematian pada lebih dari 10 juta orang setiap tahun (Kumar, 2004).

Infeksi saluran kemih merupakan penyakit infeksi yang mengenai laki-laki dan perempuan dari semua kelompok umur. Angka kejadian ini lebih sering pada perempuan daripada laki-laki dengan angka populasi umum sekitar 5%-15% (Achmad, 2007; Tessy, 2001; Ginting,2007). Pada umumnya wanita lebih sering mengalamai episode ISK daripada Pria. Namun pada masa neonatus Infeksi Saluran Kemih lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%) (Purnomo, 2011). Pada neonatus (selama 3 bulan kehidupan), ISK muncul lebih sering pada laki-laki dari pada perempuan dengan perbandingan 1,5:1 (Brusch,2014).

Dengan bertambahnya usia insiden ISK terbalik, yaitu pada masa sekolah, ISK pada anak perempuan 3% sedangkan anak laki-laki 1,1% (Purnomo, 2011). Insidensi simtomatik ISK pada laki-laki selama 10 tahun pertama kehidupan 1,1-1,6% (Brusch, 2014).

Insiden ISK ini pada usia remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8% (Purnomo, 2011). Prevalensi bakteriuria adalah 1-2% pada anak perempuan usia sekolah (Brooks, 2007). Pada pria muda jarang menderita ISK dengan prevalensi bakteriuria 0,1% atau lebih rendah (Brusch,2014).

Bakteriuria asimtomatik pada wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6% (Purnomo, 2011). Insiden ISK pada pria dewasa dibawah 50 tahun rendah, sekitar 5-8 kasus per tahun per 10.000. Pada populasi ini, gejala klinis dysuria atau


(16)

frekuensi urinasi yang meningkat biasanya disebabkan oleh penyakit menular seksual, menginfeksi urethra dan prostat (Brusch,2014).

Insiden Infeksi Saluran Kemih pada perempuan mengingkat menjadi 20% pada usia lanjut (Purnomo, 2011). Insidensi Infeksi Saluran Kemih meningkat pada pria lebih dari 60 tahun. Pada pria berumur 65 tahun atau lebih tua, ditemukan 10% bakteriuria, dibandingkan dengan perempuan 20% pada umur yang sama (Brusch,2014). Pada usia lebih dari 70 tahun, 20-30% atau lebih perempuan dan 10% atau lebih laki-laki mengalami bakteriuria (Brooks, 2007).

Jenis bakteri yang merupakan penyebab terjadinya Infeksi Saluran Kemih adalah Escherichia coli (67.6%), Klebsiella pneumoniae (8.8%),

Enterococcus faecalis (6.3%), Proteus mirabilis (5.2%), Pseudomonas aeruginosa (2.5%), dan Streptococcus agalactiae (2.3%). (Magliano, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, saya sebagai peneliti ingin mengetahui bagaimana karakteristik pasien-pasien infeksi saluran kemih di poliurologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2012-2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita infeksi saluran kemih di poliurologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahuiproporsi penderita infeksi saluran kemih berdasarkan umur, jenis kelamin, abnormalitas anatomik, terhambatnya saluran kemih, dan diabetes.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah informasimengenai karakteristik ISK 2. Untuk meningkatkan pengetahuan bagi penulis mengenai ISK


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Sistem Urogenitalia

Sistem urinaria atau disebut juga dengan sistem ekskretori adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan mengalirkan urin. Pada manusia normal, organ ini terdiri dari ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter, buli-buli dan uretra. Sistem organ genitalia atau reproduksi pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, kelenjar prostat dan penis. Pada umumnya organ urogenitalia terletak di rongga retroperitoneal dan terlindungi oleh organ lain yang berada disekitarnya, kecuali testis, epididimis, vas deferens, penis dan uretra(Purnomo,2011).

Gambar 1. Anatomi Urogenital (Thompson, 2012)

2.1.1 Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuk menyerupai kacang, dengan sisi cekungnya menghadap ke arah medial. Cekungan ini disebut hilus renalis yang di dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal yakni


(18)

pembuluh darah, sistem limfatik dan sistem saraf.Berat dan besar ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Dalam hal ini, ginjal lelaki relatif lebih besar ukurannya daripada perempuan. Ukuran rerata ginjal orang dewasa adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram, atau kurang lebih 0,4% dari berat badan.Struktur ginjal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu korteks dan medula ginjal. Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta-juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medula ginjal yang terletak lebih profundus banyak terdapat duktuli atau saluran kecil yang mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urin. Nefron terdiri atas glomerulus, tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis dan duktus kolegentes. Darah yang membawa sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi (disaring) di dalam glomerulus dan kemudian setelah sampai di tubulus ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh mengalami sekresi membentuk urin. Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalis ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter. Sistem pelvikalis ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor dan pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalis terdiri atas epitel transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ke ureter.Suplai darah ke ginjal diperankan oleh arteri dan vena renalis. Arteri renalis merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis dan vena renalis yang bermuara langsung ke dalam vena kava inferior. Vena dan arteri renalis keduanya membentuk pedikel ginjal. Arteri renalis memasuki ginjal dan vena keluar dari ginjal di dalam area yang disebut hilus renalis. Arteri renalis bercabang menjadi arteri interlobaris, yang berjalan di dalam kolumna Bertini (diantara piramida renalis), kemudian membelok membentuk busur mengikuti basis piramida sebagai arteri arkuata, dan selanjutnya menuju korteks sebagai arteri lobularis. Arteri ini bercabang kecil menuju ke glomeruli sebagai arteri afferen dan dari glomeruli keluar arteri eferen yang menuju ke tubulus ginjal. Sistem arteri ginjal adalah end arteries, yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang dari arteri


(19)

lain.Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis, yang seratnya berjalan bersamaan dengan arteri renalis. Input dari sistem simpatetis menyebabkan vasokontriksi yang menghambat aliran darah ke ginjal. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis segmen T10-11.Fungsi ginjal diantaranya (1) mengkontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH (Anti Diuretic Hormone) yang berperan dalam mengatur jumlah cairan tubuh, (2) mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, (3) menghasilkan beberapa hormon antara lain: eritropoetin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormon prostaglandin yang berguna dalam berbagai mekanisme tubuh(Purnomo,2011).

Gambar 2. Ginjal(OpenStax, 2013)

2.1.2 Ureter

Ureter adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari pielum (pelvis) ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 25-30 cm, dan diameternya 3-4 mm. Dindingnya terdiri atas (1) mukosa yang dilapisi oleh sel transisional, (2) otot polos sirkuler, dan (3) otot polos logitudinal. Kontraksi dan relaksasi kedua otot itulah yang memungkinkan terjadinya gerakan peristaltik ureter guna mengalirkan urin ke dalam buli-buli. Ureter membentang dari pielum hingga buli-buli, dan secara anatomis terdapat


(20)

beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada tempat lain. Tempat penyempitan itu antara lain adalah (1) pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvicureter junction, (2) tempat pada saat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis, dan (3) pada saat ureter masuk ke buli-buli. Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring dan berada di dalam otot buli-buli (intramural); keadaan ini mencegah terjadinya aliran balik urin dari buli-buli ke ureter pada saat buli-buli berkontraksi.Persarafan simpatetik ureter terdiri dari serabut preganglionik dari segmen spinal T10-L2; serabut postganglionik berasal dari coeliak, aortikorenal, mesentrika superior dan pleksus otonomik hipogastrik inferior. Parasimpatetik terdiri dari serabut vagal melalui coeliac ke ureter sebelah atas; sedangkan serabut dari S2-4 ke ureter bawah (Purnomo, 2011).

Gambar 3. Ureter dan Bladder(Urology Care Foundation, 2013)

2.1.3 Buli-Buli

Buli-buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapisan otot detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling dalam adalah otot longitudinal, (2) di tengah merupakan otot sirkuler, dan (3) paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu


(21)

segitiga yang disebut trigonum buli-buli.Buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, (2) dua permukaan inferiolateral, dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat di palpasi dan di perksusi. Buli-buli mendapatkan vaskularisasi dari cabang arteria iliaka interna yakni arteria vesikalis superior, yang menyilang di depan ureter. Sistem vena dari buli-buli bermuara ke dalam vena iliaka interna(Purnomo,2011).

2.1.4 Uretra

Secara anatomis terbagi 2 bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem simpatetik sehingga pada saat buli-buli penuh sfingter terbuka.Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik. Aktifitas sfingter uretra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa kurang lebih 23-25 cm. Uretra posterior pada pria terdiri atas 1) uretra pars prostatika, yakni bagian uretra yang di lingkupi oleh kelenjar prostat, dan 2) uretra pars membranasea. Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa navikularis, dan (4) meatus uretra eksterna. Panjang uretra wanita lebih kurang 4 cm dengan diameter 8 mm. Berada dibawah simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina. Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra eksterna dan tonus otot levator ani berfungsi mempertahankan agar urin tetap berada di dalam buli-buli pada saat perasaan ingin miksi (Purnomo,2011).


(22)

Gambar 4. Uretra(National Cancer Institute, 2013)

2.2 Infeksi Saluran Kemih 2.2.1 Defenisi ISK

Infeksi Saluran Kemih adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh khususnya Saluran Kemih yang terdiri dari ginjal, ureter, buli-buli dan uretra, yang ditandai dengan adanya bakteri 105 cfu (colony forming unit) per mL pada pengambilan contoh urin (Purnomo,2011). Adanya Infeksi Saluran Kemih adalah ditemukannya bakteri pada urin yang menimbulkan gejalan klinis tertentu (Mody, 2014).

2.2.2 Gejala klinis

• Rasa nyeri atau terbakar pada saat miksi

• Frekuensi miksi meningkat, tetapi urin yang keluar sedikit

• Nyeri pada abdomen bawah

• Urin seperti berawan, berwarna pink atau merah, berbau

• Nyeri pada satu sisi dibawah tulang costa, pada daerah ginjal

• Demam dan tubuh dingin


(23)

Gejala Klinis yang dirasakan pasien:

• Rasa terbakar pada saat berkemih

• Frekuensi urinasi yang meningkat

• Mengalami kelebihanurin lebih dari biasanya

• Adanya darah pada urin

• Demam

• Nyeri punggung bawah

• Muntah (Mody,2014)

2.2.3 Faktor yang menyebabkan terjadinya ISK

Faktor yang menyebabkan terjadinya ISK: 1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Abnormalitas Anatomik 4. Terhambatnya saluran kemih

5. Diabetes(Mayo Clinic,2012; Gruninger, 1981)

2.2.3.1 Usia

Insidensi ISK meningkat bersamaan dengan usia. Pada laki-laki meningkatnya kejadian ini dengan adanya abnormalitas anatomi yang menjadi faktor infeksi seperti pembesaran prostat. Insidensi ISK mencapai 10% pada wanita lebih dari 60 tahun (Gruninger, 1981).

Betambahnya usia, meningkatkan kemungkinan terjadinya ISK, karena semakin meningkatnya insidensi obstructive uropathy pada pria (Matsumoto, 2001; Nicole, 2002) dan perubahan pada vaginal dan flora periurethral pada wanita menopause (Foxman et al, 2001). Penyebab lain termasuk perineum yang tidak bersih akibat dari fecal incontinence, penyakit neuromuscular, kateterisasi buli-buli (Ronald, 2002).

2.2.3.2 Jenis Kelamin


(24)

1. Lebih sedikit terjadi kolonisasi sekitar urethra, karena tidak adanya tempat seperti pada vaginal

2. Memiliki urethra yang panjang

3. Adanya substansi antibakterial pada cairan prostat (Gruninger, 1981). Urethra yang pendek pada wanita ditambah dengan dekatnya vaginal vestibule dan rektum mempengaruhi terjadinya Infeksi Saluran Kemih lebih sering pada wanita daripada pria (Nicole at al, 1982). Pada wanita, flora normal pada daerah periurethral terdiri dari organisme seperti lactobacillus yang membantu melawan kolonisasi bakteri patogen pada saluran kemih (Osset et al, 2001). Perubahan lingkungan dari periurethral seperti perubahan pH, kadar estrogen, atau penggunaan antibiotik bisa mengganggu flora normal sehingga memungkinkan bakteri patogen berkolonisasi dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih (Schaeffer et al, 1999).Pada wanita lebih dari 50 tahun atau lebih, menopause merupakan faktor lain yang meningkatkan PVR (Post Void Residual) selain penurunan kontraktilitas detrusor. Penurunan estrogen yang disebabkan menopause, meningkatkan pH vaginal dan menurunkan jumlah lactobacilli. Akibatnya peningkatkan kolonisasi dari bacilli gram negatif, sehingga meningkatkan resiko terjadinya ISK (Kim, 2012).Pada pria, prostat mensekresikan cairan yang mengandung zinc, yang memiliki aktifitas mikrobial (Fair, 1976).

2.2.3.3 Abnormalitas Anatomik

Pada pasien dengan vesikoureteral refluks, katup uterovesical dalam keadaan lemah. Akibatnya bakteri pada buli-buli akan balik menuju ureter ke ginjal, sehingga menyebabkan infeksi renal. Refluks terjadi karena adanya insersi abnormal ureter pada buli-buli atau menurunnya kontraktilitas buli-buli seperti tidak menutupnya katup ureterovesical saat miksi. Adanya neurogenic bladder, inflamasi dan edema juga akan mengganggu kontraksi normal buli-buli. Pada pasien yang mengalami obstruksi saluran kemih, juga memiliki resiko terjadinya infeksi saluran kemih, disebabkan adanya stasis urin yang menyebabkan pertumbuhan bakteri. Efek yang berkelanjutan menyebabkan terjadinya iskemik


(25)

jaringan yang diinduksi tekanan intraluminal pada saat obstruksi, sehingga menurunkan kemampuan buli-buli untuk mengeliminasi bakteri. Vesicoureteral refluks yang diinduksi infeksi buli-buli, menyebabkan pindahnya bakteri ke ginjal (Gruninger, 1981).Pada anak-anak, terjadinya vesicoureteral reflux tidak meningkatkan kerentanan terjadinya ISK , tetapi memungkinkan bakteri menuju saluran kemih bagian atas dan menyebabkan infeksi (Nguyen, 2008). Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis (termasuk riwayat keluarga kemungkinan ada yang menderita VUR), laboratorium (urinalisa dan kultur urin untuk menyingkirkan adanya ISK), pencitraan (ultrasonografi urologi, VCUG dan renal scan dengan radionuklir) dan pemeriksaan penunjang lain (urodinamik). USG urologi untuk menilai keadaan ginjal, ureter dan buli-buli. Pada USG ginjal dicari kemungkinan adanya hidronefrosis dan sekaligus menentukan penderajatannya. VCUG (Voiding Cysto-Urethrography) atau sistografi miksi, adalah standar diagnosis VUR. Setelah buli-buli diisi dengan kontras, segera kateter dilepas dan anak diminta untuk kencing. Fase miksi sistrogram ini adalah bagian yang sangat penting untuk menilai adanya refluks. Pada pemeriksaan awal pasien yang diduga menderita VUR, lebih dianjurkan untuk melakukan VCUG standard yakni memakai kontras radiografi karena dapat menunjukkan secara rinci anatomi saluran kemih dan derajat refluks secara tepat (Purnomo, 2011).

2.2.3.4 Terhambatnya saluran kemih

Batu saluran kemih, benda asing di dalam saluran kemih (diantaranya pemakaian kateter yang menetap) dan jaringan atau sel-sel kanker yang nekrosis, merupakan tempat persembunyian bakteri sehingga sulit untuk dibersihkan oleh aliran urin. Pada pemeriksaan fisik pasien BSK didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urin, jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil. Pada pemeriksaan sedimen urin ditemukan adanya leukosituria, hematuria dan dijumpai berbagai kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea. Pemeriksaan faal ginjal untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi


(26)

ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU. Pemeriksaan kadar elektrolit sebagai penyebab timbulnya batu saluran kemih. Foto polos abdomen untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Intravenous Urography (IVU) untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal, juga dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Ultrasonografi dikerjakan apabila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU seperti alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita hamil (Purnomo, 2011).

2.2.3.5 Diabetes

Beberapa bagian dari imunitas pada pasien diabetes mengalami perubahan. Fungsi polymorpholeukocyte di tekan pada keadaan acidosis. Ikatan Leukocyte, chemotaxis, dan fagositosis juga berubah. Sistem antioksidan yang berperan pada aktifitas bakterisidal juga terganggu. Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi pada pasien diabetes adalah (1) Hiperglikemia (2) Acidosis (3) Obstruksi seperti intrumensasi, vesicouretric reflux (4) Oraganisme seperti E.coli/Candida yang lebih menyukai pasien diabetes (Julka,2014)

2.3 Patogenesis

Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara: (1) ascending; (2) hematogen seperti pada penularan M.tuberkulosis atau S.aureus, (3) limfogen, dan (4) langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi. Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra - prostat - vas deferens - testis (pada pria) - buli-buli - ureter dan sampai ke ginjal. Terjadinya ISK karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host.


(27)

Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent meningkat(Purnomo,2011).

2.3.1 Faktor dari host

Aliran urin yang tidak terganggu dengan mekanisme washout bakteri yang masuk secara ascending sangat penting dalam pencegahan Infeksi Saluran Kemih. Sebagai tambahan, urin memiliki karakteristik spesifik seperti osmolaritasnya, konsentrasi urea, asam organik dan pH, yang menghambat pertumbuhan bakteri dan kolonisasi (Sobel, 1997).

Beberapa faktor lain sebagai pertahanan lokal dari tubuh terhadap suatu infeksi:

• Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan peristaltik ureter (wash out mechanism)

• Estrogen pada wanita usia produktif

• Panjang uretra pada pria

• Adanya zat antibakteria pada kelenjar prostat atau PAF (prostatic antibacterial factor) yang terdiri atas unsur Zn

• Pada saat terjadi infeksi IgG & IgA akan di sintesis oleh buli-buli dan jaringan ginjal kemudian dilepaskan ke dalam urin. Bakteri yang menginfeksi ginjal sering diselubungi oleh IgG ketika melewati ureter dan masuk ke dalam buli-buli (Purnomo, 2011).

Lapisan epithelium pada saluran kemih bukan hanya sebagai pelindung secara fisik tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengenali bakteri untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh. Sel urothelial mengaktifkan toll-like receptors (TLRs) oleh komponen bakteri spesifik yang mengakibatkan dilepaskannya mediator inflamasi (Chowdhury, 2004). Sebagai respon adanya bakteri, sel pelapis saluran kemih mensekresikan chemoattractants seperti interleukin-8 untuk menarik neutrophils ke daerah infeksi dan membatasi penyebaran ke jaringan lain (Frendeus et al, 2001). Serum spesifik dan antibodi pada urin dihasilkan ginjal untuk meningkatkan penghancuran dan fagositosis untuk menghambat perlekatan bakteri (Nguyen, 2008)


(28)

Buli-buli memiliki beberapa mekanisme pertahanan untuk mencegah bakteriuria:

• Mucopolysaccharide (urin slime) yang menutupi epithelium buli-buli dan mencegah terjadinya kolonisasi

• Tam-Horsfall protein, merupakan komponen dari uromucoid, dimana akan mengikat fimbria P dan mencegah kolonisasi

• Aliran urin dan kontraksi buli-buli untuk mencegah pengurangan aliran darah (Levi, 2005)

Faktor lain yang dapat mencegah infeksi ginjal adalah osmolaritas urin yang tinggi akan kadar ammonium dan peningkatan urinflow (Levi, 2005). Derajat keasaman urin, osmolaritas, kandungan urea dan asam organik, serta protein-protein yang ada di dalam urin bersifat bakterisidal(Purnomo,2011).

Protein dalam urin yang bersifat bakterisidal adalah uromukoid atau protein Tamm-Horsfall (THP). Protein ini disintesis sel epitel tubuli pars ascenden Loop of Henle dan epitel tubulus distalis. Setelah disekresikan ke dalam urin, uromukoid ini mengikat fimbria bakteri tipe I dan S sehingga mencegah bakteri menempel pada urotelium. Protein ini tidak dapat berikatan dengan pili P sehingga bakteri yang mempunyai jenis pili ini, mampu menempel pada urotelium. Bakteri jenis ini sangat virulen dibandingkan dengan yang lain. Pada usia lanjut, produksi uromukoid ini menurun sehingga mudah sekali terjangkit ISK. Selain itu, uromukoid mengadakan ikatan degan neutrofil sehingga meningkatkan daya fagositosisnya. Pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urin. Gangguan dari mekanisme itu menyebabkan kuman mudah sekali mengadalan replikasi dan menempel pada urotelium. Supaya aliran urin adekuat dan mampu menjamin mekanisme wash out, maka harus dalam kondisi jumlah urin cukup dan tidak ada hambatan di dalam saluran kemih. Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan pada gagal ginjal, menghasilkan jumlah urin yang tidak adekuat sehingga memudahkan terjadi infeksi saluran kemih. Keadaan lain yang bisa mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah adanya (1) stagnasi atau stasis urin dan (2) di dapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang di pakai sebagai


(29)

tempat persembunyian kuman. Stagnasi urin bisa terjadi pada keadaan: (1) miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing, (2) obstruksi saluran kemih seperti pada BPH, striktura uretra, batu saluran kemih, atau obstruksi karena sebab lain, (3) adanya kantong-kantong di dalam saluran kemih yang tidak dapat mengalir dengan baik, misalnya pada divertikula dan (4) adanya dilatasi atau refluks sistem urinaria. Batu saluran kemih, benda asing di dalam saluran kemih (pemakaian kateter menetap) dan jaringan atau sel-sel kanker yang nekrosis semuanya merupakan tempat persembunyian bakteri sehingga sulit untuk di bersihkan oleh aliran urin(Purnomo,2011).Pergerakan organisme dari bladder ke ureter dan ginjal dihalangi oleh katup ureterovesical pada dinding buli-buli. Ketika buli-buli berkontraksi selama miksi, peningaktan tekanan yang terjadi menutup ureteral orifice, dengan itu mencegah refluks urin dalam buli-buli balik ke ureter (Gruninger, 1981)

2.3.2 Faktor dari mikroorganisme

Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada di permukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya, terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu bakteri tipe pili 1 (yang banyak menimbulkan infeksi pada sistitis) dan tipe pili P (yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut. Beberapa bakteri juga mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin (hemolisin) dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin menjadi basa(Purnomo, 2011).Urin dapat membantu pertumbuhan bakteri apabila pH lebih dari 5,5. Pada saat pH urin mencapai 5,5; perluasan infeksi terjadi ke saluran kemih atas, ureter dan ginjal (Youmans, 1975). Tidak semua bakteri mampu melekat dan menginfeksi saluran kemih. E.coli resisten terhadap aktifitas bakterisidal serum manusia (Bjoksten, 1978), meningkatkan ekspresi K Kapsular antigen (Whitfield,1999).

Kemampuan E.coli untuk berikatan dengan sel epitel diperoleh dengan adanya ikatan pada pili bakteri. Ikatan ini berikatan pada reseptor glikolipid atau glikoprotein pada permukan membran sel uroepithelial. Pili ini dikelompokkan


(30)

berdasarkan kemampuannya untuk menyebabkan hemagglutination dan jenis gula yang dapat memblok proses ini. Pili P yang dapat mengagglutinasi darah manusia, berikatan dengan reseptor glikolipd pada sel uroepithelial, eritrosit dan sel tubular renal (Svenson et al, 1983). Pili tipe 1 yang dapat mengagglutinasi darah babi, berikatan dengan residu mannoside pada sel uroepithelial (Ofek et al, 2000). Pili tipe 1 juga membantu bakteri untuk berikatan dengan mukosa buli-buli (Connell et al, 1996; Martinez et al, 2000). E.coli memiliki kedua jenis pili ini. Kebanyakan E.coli menghasilkan hemolisin, untuk memulai invasi jaringan dan menyediakan besi untuk menginfeksi (Hughes et al, 1983; Koronakis, 1996). Dengan adanya antigen K pada bakteri, mencegah bakteri tersebut dari fagositosis Neutrofil (Bortolussi et al, 1979; Evans et al, 1981). Faktor-faktor ini yang dapat menyebabkan bakteri patogen lolos dari pertahanan tubuh.

E.coli memiliki kemampuan menginvasi sel host, sebagai patogen intrasellular (Bower, 2005). Bakteri intracellular yang matur berubah menjadi biofilm (organisme melekat pada permukaan sel) berbentuk bulat pada permukaan urithelial (Anderson et al, 2003). Dalam bentuk ini bakteri diselimuti dalam sebuah matrix polisaccharida dikelilingi oleh pelindung uroplakin. Kemampuan bakteri untuk menginvasi, bertahan dan memperbanyak diri pada sel host dan menghasilkan biofilms pada jaringan saluran kemih menyebabkan ISK presisten dan terulang kembali (Nguyen, 2008).

2.4 Diagnosis

Diagnosis ISK terkadang sulit dilakukan dan tergantung pada kultur urin dan urinalisis. Pengambilan urin ini berpotensi terjadinya kontaminasi bakteri vagina atau bakteri perirectal. Aspirasi suprapubik dapat mencegah terjadinya kontaminasi tetapi jarang dilakukan kecuali pada anak-anak dan pasien-pasien tertentu. Pasien dengan pemasangan kateter, spesimen urin diambil dari kantung urin (Nguyen, 2008).

2.4.1 Pemeriksaan Urinalisis

Pada urinalisis dicari kemungkinan adanya sel lekosit, eritrosit, ataupun bakteria. Pemeriksaan urinalisis diperlukan untuk melihat adanya kuman dan


(31)

tanda-tanda infeksi (Sel darah putih) (Mody,2014). Pada urin terjadi peningkatkan leukosit esterase, sebuah zat yang dihasilkan dari pemecahan sel darah putih (WBC) dalam urin. Nitrit diproduksi dari reduksi nitrat oleh bakteri gram negatif. Esterase dan nitrit dapat dideteksi dengan menggunakan dipstik dan lebih dapat dipercaya ketika jumlah bakteri >100.000 colony-forming units (CFU) per mililiter. Pemeriksaan mikroskopik urin dilakukan setelah disentrifugasi. Ketika jumlah bakteri >100.000 CFU/mL, bakteri dapat dideteksi secara mikroskopik (Jenkins, 1986). Lebih dari 3 sel darah putih per lapangan pandang besar dicurigai kemungkinan infeksi (Nguyen, 2008).

Akibat beberapa masalah dalam melakukan kultur urin, selain biayanya yang mahal dan lama, dokter menggunakan urinalysis untuk memberikan analisis cepat pada urin. Pada komponen ini, leukosit pada urin menunjukkan inflamasi dan invasi jaringan saluran kemih, membedakan infeksi yang disebabkan oleh kolonisasi atau kontaminasi. Pyuria dinilai sebagai indikator bacteriuria terbaik yang dapat diobati dengan terapi antimikrobial. Jika tidak ditemukan pyuria, tidak dianjurkan terapi antibiotik (Young, 2001).

Pemeriksaan paling berguna untuk diagnosis ISK adalah leukosit esterase dan nitrite. Leukosit esterase adalah enzim yang ditemukan pada granula neutrofil yang bereaksi dengan agent pada dipstik untuk menghasilkan warna biru dalam waktu 1-2 menit. Nilai positive predictive value dari leukosit esterase berada diantara 19-88%. Dengan tidak adanya leukosit esterase memiliki nilai negative predictive value 97-99% yang akan menunjukkan hasil kultur < 103 cfu/ml. Perbedaan ini berdasarkan jika saluran kemih terinfeksi, mukosa yang mengalami inflamasi akan menyebabkan pyuria. Dengan tidak adanya pyuria, tidak mungkin diagnosis ISK. Nitrit dihasilkan dari bakteri yang memiliki nitrate reduktase. Amine pada dipstick bereaksi dengan nitrate dan menghasilkan warna biru dalam 60 detik. Dengan adanya nitrite sangat spesifik untuk bakteriuria (96.6-97.5%) tetapi sensitivitasnya rendah 0-44% untuk bakteriuria antara 103 dan 105 cfu/ml. Untuk itu dengan adanya nitrite memiliki nilai positive predictive tinggi 94%. Dengan menggunakan leukosit esterase dan nitrit secara bersama menunjukkan hasil yang lebih berguna. Jika kedua tes positif spesifisitasnya meningkat menjadi


(32)

98-99.5%, mengindikasikan terjadinya ISK. Beberapa studi menyimpulkan bahwa dengan informasi ini sendiri dapat ditegakkan diagnosis ISK dan pengobatan dapat dimulai (Young, 2001).

Pada penelitian yang dilakukan Falah, yaitu pemeriksaan urinalisis leukosit esterase memiliki nilai diagnostik sensitifitas 83,3%, spesifisitas 72%, nilai ramal positif 81,1%, nilai ramal negative 75%, rasio kecenderungan hasil tes positif sebesar 2,98, dan rasio kecenderungan hasil tes negatif sebesar 0,23 serta akurasi 78,7% (Falah, 2012).

Adanya leukosit esterase pada dipstik urin sama dengan ≥ 4 sel darah putih per lapangan pandang besar (leukosit/LPB). Hampir semua (≥ 96%) pasien dengan ISK memiliki pyuria sama dengan > 10 leukosit/LPB. Beberpa uropatogen mampu mereduksi nitrat pada urin menjadi nitrit ini adalah tes tidak langsung terhadap bakteriuria. Ketika dihubungkan dengan respon leukosit esterase, akan menunjukkan organisme patogen gram-negatif (Escherichia coli, Proteus spp., Klebsiella pneumoniae). Pemeriksaan nitrit dapat menunjukkan hasil false negative pada ISK dengan hitungan koloni yang sedikit, atau urin yang diencerkan. Sebagai tambahan pemeriksaan ini tidak dapat mendeteksi organisme yang tidak dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, seperti enterococci, staphylococci atau adenovirus(Medscape, 2014).Lapangan pandang kecil dengan ukuran lensa objektif (10X) dan lapangan pandang besar dengan ukuran lensa objektif (40X) (Kreder, 2008).

Tabel 1.1 Sensitifitas dan spesifisitas Urinalisis(Nguyen, 2008)

Test Sensitivity (%) Specificity (%)

Esterase 83 (67-94) 78 (64-92)

Nitrite 53 (15-82) 98 (90-100)

E or N 93 (90-100) 72 (58-91)

White Blood Cells 73 (32-100) 81 (45-98)

Bacteria 81 (16-99) 83 (11-100)


(33)

Tabel 1.2 Temuan dipstik urinalisis yang ditemukan pada infeksi saluran kemih (Medscape, 2014)

Temuan Signifikan Komentar

Warna Biasanya kuning pucat ke tidak

berwarna

Perubahan warna pada urin tidak berarti ISK

Kejernihan Biasanya jernih Pyuria menyebabkan

kekeruhan pada urin

Bau Bau sedang yang khas Bau rancid atau ammonia

pada organisme pemecah urea

Specific gravity (SG)

Urin yang diencerkan = SG ≤ 1.008 Urin yang tidak diencerkan = SG > 1.020

Urin yang diencerkan ataupun tidak akan mempengaruhi hasil dari pemeriksaan kimia urin

Leukosit esterase (LE)

Pemeriksaan enzim pada sel darah putih

Hasil positif menunjukkan adanya

neutrofil > 4 sel/LPB (sebagai indikator ISK), sensitifitas 75%-90%.

Protein Pemeriksaan dipstik pada albumin Pada ISK biasanya 30 mg/dL (1+), jarang ≥ 100 mg/dL.

Sel darah merah

Hematuria mungkin muncul pada ISK tidak komplikasi tetapi dapat muncul pada infeksi dengan komplikasi nephrolithiasis

Mikroskopik hematuria sering pada ISK tetapi tidak pada urethritis atau


(34)

Tabel 1.2 Temuan Dipstik Urinalisis yang Ditemukan Pada Infeksi Saluran Kemih (Medscape, 2014)

Temuan Signifikan Komentar

Nitrit Sebagai marker adanya bakteriuria. Hasil yang positif menunjukkan adanya aktifitas reduksi nitrat menjadi nitrit pada uropatogen gram negatif. Normalnya tidak ditemukan

pada urin steril dan infeksi

enterococci, staphylococci.

Hasil yang baik pada

urin yang tidak

diencerkan pada urinasi pertama dipagi hari. Untuk menunjukkan adanya nitrit, urin harus ditahan dalam buli-buli untuk ≥ 1 jam untuk nitrat berubah menjadi nitrit. False negatif pada infeksi dengan hitung koloni rendah.

2.4.2 Kultur Urin

Pemeriksaan ini menunjukkan dua hal, pertama dapat menunjukkan jenis bakteri dalam urin. Kedua dapat mengetahui jenis obat yang dapat digunakan untuk menghilangkan bakteri tersebut (Mody, 2014).Pemeriksaan kultur urin dimaksudkan untuk menentukan keberadaan kuman, jenis kuman dan sekaligus menentukan jenis antibiotika yang cocok untuk membunuh kuman itu. Sel darah putih (leukosit) dapat diperiksa dengan dipstick maupun secara mikroskopik. Urin dikatakan mengandung leukosit atau piuria jika secara mikroskopik didapatkan >10 leukosit per mm3 atau terdapat >5 leukosit per lapangan pandang besar.Dikatakan bakteriuria jika didapatkan lebih dari 105 cfu (colony forming unit) per mL pada pengambilan contoh urin porsi tengah, sedangkan pada pengambilan contoh urin melalui aspirasi suprapubik dikatakan bakteriuria bermakna jika didapatkan >103 cfu per mL(Purnomo,2011).


(35)

Tabel 1.3 Tabel Kemungkinan ISK berdasarkan Kultur Urin(Nguyen, 2008)

Collection CFU Probability of Infection

(%)

Suprapubic Gram neg. Any

Gram pos. >1000

>99

Catheterization >105 104-5 103-4 <103

95 Likely Repeat Unlikely Clean catch

Male Female

>104

3 specimens: >105 2 specimens: >105 1 specimens: >105 5 X 104-105 1-5 X 104 sympt 1-5 X 104 nonsympt. <104

Likely 95 90 80 Repeat Repeat Unlikely Unlikely

CFU, colony-forming unit; gram neg., gram-negative; gram pos., gram-positive; nonsympt., nonsymptomatic; sympt., symptomatic.


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep untuk penelitian ini adalah:

Gambar 5. Kerangka Konsep 3.2 Variabel danDefenisi Operasional

Variabel pada penelitian ini antara lain: 1. Penderita Infeksi Saluran Kemih

a. Defenisi Operasional : pasien yang didiagnosis menderita ISK, dengan Nitrit positif danpyuria dengan > 10 leukosit/LPB atau leukosit >4 sel/LPB, di poliurologi RSUD Dr. Pringadi Kota Medan pada tahun 2012-2013 dan tercatat pada rekam medis

b. Cara Ukur : Observasi c. Alat Ukur : Rekam Medis

d. Hasil Pengukuran : ISK dan bukan ISK e. Skala Pengukuran : Nominal

USIA

JENIS KELAMIN

TERHAMBATNYA SALURAN KEMIH

DIABETES

INFEKSI SALURAN KEMIH ABNORMALITAS


(37)

2. Usia

a. Defenisi Operasional : umur penderita ISK yang tercatat di rekam medis

b. Cara Ukur : Observasi c. Alat Ukur : rekam medis

d. Hasil pengukuran dikelompokkan sebagai berikut :

• ≥50 tahun

• <50 tahun

e. Skala Pengukuran : ordinal

3. Jenis Kelamin

a. Defenisi Operasional : jenis kelamin penderita ISK yang tercatat di rekam medis

b. Cara Ukur : Observasi c. Alat Ukur : rekam medis

d. Hasil pengukuran : laki-laki dan perempuan e. Skala Pengukuran : nominal

4. Abnormalitas Anatomik

a. Defenisi Operasional : adanya vesikoureteral refluksatau obstruksi saluran kemih pada penderita ISK yang tercatat di rekam medis

b. Cara Ukur : Observasi c. Alat Ukur : rekam medis

d. Hasil pengukuran : ada vesikoureteral refluks/obstruksi dan tidak ada vesikoureteral refluks/obstruksi

e. Skala Pengukuran : nominal

5. Terhambatnya Saluran Kemih

a. Defenisi Operasional : adanya batu saluran kemih dalam saluran kemih pada penderita ISK yang tercatat di rekam medis


(38)

c. Alat Ukur : rekam medis

d. Hasil pengukuran : ada Batu Saluran Kemih dan tidak ada Batu Saluran Kemih

e. Skala Pengukuran : nominal

6. Diabetes

a. Defenisi Operasional : penderita ISK dengan penyakit diabetes yang tercatat di rekam medis

b. Cara Ukur : Observasi c. Alat Ukur : rekam medis

d. Hasil pengukuran : diabetes dan tidak diabetes e. Skala Pengukuran : nominal


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian deskriptif retrospektif, yaitu dengan melihat karakteristik pasien yang menderita Infeksi Saluran Kemih di Poliurologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus-Oktober tahun 2014, berlokasi pada bagian Poliurologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

4.3 Populasi dan Data Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah data dari semua pasien dengan Infeksi Saluran Kemih pada bagian Poliurologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dari tahun 2012 sampai dengan 2013.

4.3.2 Data Sampel

Data sampel yang didapatkan dengan menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh jumlah populasi merupakan data sampel. Sampel diperoleh dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Kriteria Inklusi yang digunakan adalah:

1. Pasien yang menderita Infeksi Saluran Kemih yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun 2012-2013

2. Hasil pemeriksaan urinalisis dengan nitrit positif dan dengan pyuria> 10 leukosit/LPB atau leukosit >4sel/LPB.

3. Pasien infeksi saluran kemih dengan memperhatikan beberapa faktor: a. Usia

b. Jenis Kelamin


(40)

d. Terhambatnya saluran kemih e. Diabetes

Kriteria Eksklusi pada sampel adalah:

• Pasien suspek Infeksi Saluran Kemih yang tidak benar, dimana setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya kelainan.

• Diagnosa Infeksi Saluran Kemih tetapi tidak dilakukan pemeriksaan urinalisis.

• Pemeriksaan urinalisis yang hanya menunjukkan pyuria/hitung leukosit saja atau pemeriksaan nitrat saja.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yaitu mencatat data rekam medis pasien Infeksi Saluran Kemih yang diperoleh dari bagian Poliurologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada Tahun 2012-2013.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu:

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. 2. Coding

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke daam program komputer Statistic Package for Social Science(SPSS).

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.


(41)

Penyimpanan data untuk siap dianalisis (Wahyuni, 2008).

4.5.2. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif, menggunakan analisis data sederhana. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dan disajikan dalam bentuk tabulasi (tabel), kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi (RSUD Dr.Pirngadi) Kota Medan yang berlokasi di Jalan Prof. H. M. Yamin SH No. 47 Kota Medan. Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah dan merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Kota Medan, dengan komposisi pasien: penduduk yang berasal dari Kota Medan sebanyak 62 %, serta penduduk yang berasal dari luar kota Medan sebesar 38 % (Kabupaten/ Kota di Sumut 36 %; luar provinsi Sumut 2 %). Dengan ditetapkan RSU H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran USU pada Januari 1993, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi berubah status dari Rumah Sakit Pendidikan menjadi Rumah Sakit Tempat Pendidikan, sehingga dengan status ini Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi dengan fasilitas dan kapasitas yang dimiliki disamping masih gunakan untuk pendidikan para calon dokter dari Fakultas Kedokteran USU, juga membuka diri untuk mendidik para calon dokter dari Fakultas lain baik yang ada di provinsi Sumatera Utara maupun Sumatera Barat dan Lampung (RSUDPirngadi, 2013; Sianipar, 2011).

5.2 DeskripsiKarakteristik Sampel

Dalam penelitian ini didapatkan sampel penderita ISK dengan pemeriksaan urinalisa leukosit > 4 sel/LPB atau pyuria >10 leukosit/LPB dan pemeriksaan nitrit positif di RSUD Dr.Pirngadi selama Mei 2012 sampai Desember 2013 sebanyak 43 orang. Dari keseluruhan sampel tersebut karakteristik yang diamati adalah usia, jenis kelamin, abnormalitas anatomik (vesikouretral refluks, obstruksi), terhambatnya saluran kemih (BSK), diabetes.


(43)

5.3 Hasil Analisa Data

Berdasarkan data-data yang sudah disebutkan pada subbab 5.2, dapat dibuat faktor-faktor penyebab terjadinya ISK subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel Berdasarkan Usia

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa penderita ISK terbanyak pada sampel berada pada kelompokusia ≥50 tahun (53.5%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa penderita ISK terbanyak pada sampel berjenis kelamin laki-laki (51.2%).

Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel Berdasarkan Abnormalitas Anatomik

Tabel 5.3Vesikouretral Refluks

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jumlah penderita ISK pada sampel yang tidak mengalami vesikouretral refluks (100%).

No Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2

≥50 tahun <50 tahun

23 20

53.5 46.5

Total 43 100

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 Laki-Laki Perempuan 22 21 51.2 48.8

Total 43 100

No Obstruksi Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Vesikouretral Refluks

0 0

2 Tidak

Vesikouretral Refluks

43 100


(44)

Tabel 5.4Obstruksi

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa jumlah penderita ISK pada sampel yang tidak mengalami obstruksi (93.0%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel Berdasarkan Terhambatnya Saluran Kemih

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa jumlah penderita ISK pada sampel yang mengalami tidak mengalami batu saluran kemih (88.4%).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sampel Berdasarkan Diabetes dan Tidak Diabetes

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa jumlah penderita ISK yang mempunyai tidak ada penyakit DM (72.1%).

5.4 Pembahasan

5.4.1 Penyebab Terjadinya ISK Berdasarkan Usia

Berdasarkan penyebab terjadinya ISK menurut usia pada tabel 5.1 diketahui bahwa penderita ISK dengan kelompok umur ≥50 tahun sebanyak 23 orang, sedangkan jumlah penderita ISK dengan kelompok umur <50 tahun sebanyak 20 orang.

No Obstruksi Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 BPH 3 7.0

2 Tidak ada

Obstruksi

40 93.0

Total 43 100

No BSK Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 BSK Tidak BSK 5 38 11.6 88.4

Total 43 100

No Diabetes Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 DM tipe 2 12 27.9

2 Tidak DM 31 72.1


(45)

Hasil pada penelitian ini sesuai dengan penelitan yang melakukan 61.273 sampel kultur urindalam periode 22 bulan, dari sampel ini didapatkan 13.820 (22.6%) ditemukan positif infeksi bakteri, dan 58% subjek berumur 60 tahun ataulebih (Magliano et al, 2011).Hal ini dapat terjadi karenabertambahnya usia, meningkatkan kemungkinan terjadinya ISK, karena semakin meningkatnya insidensi obstructive uropathy pada pria (Matsumoto, 2001; Nicole, 2002) dan perubahan pada vaginal dan flora periurethral pada wanita menopause (Foxman et al, 2001). Penyebab lain termasuk perineum yang tidak bersih akibat dari fecal incontinence, penyakit neuromuscular, kateterisasi buli-buli (Ronald, 2002).Pada wanita lebih dari 65 tahun, menunjukkan bahwa 26% dari total pasien diatas 65 tahun mengalami ISK tanpa adanya komplikasi, sedangkan 21% pasien mengalami ISK dengan adanya komplikasi (Grover, 2009).

5.4.2 Penyebab Terjadinya ISK Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penyebab terjadinya ISK menurut jenis kelamin pada tabel 5.2 diketahui bahwa penderita ISK dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang, sedangkan pada laki-laki sebanyak 22 orang.

Hasil pada studi ini tidak sesuaidengan penelitan yang melakukan 61.273 sampel kultur urin dalam periode 22 bulan, dari sampel ini didapatkan 13.820 (22.6%) ditemukan positif infeksi bakteri, hampir 80% bahan yang diisolasi berasal dari perempuan (Magliano et al, 2011). ISK pada wanita terjadi karena Urethra yang pendek pada wanita ditambah dengan dekatnya vaginal vestibule dan rektum mempengaruhi terjadinya Infeksi Saluran Kemih lebih sering pada wanita daripada pria (Nicole at al, 1982). Perubahan lingkungan dari periurethral seperti perubahan pH, kadar estrogen, atau penggunaan antibiotik bisa mengganggu flora normal sehingga memungkinkan bakteri patogen berkolonisasi dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih (Schaeffer et al, 1999).

Hal ini dapat disebabkan oleh, seperti halnya dengan wanita, rute terjadinya inokulasi pada pria dengan bakteri aerobic gram negatif berasal dari usus, dengan Escherichia coli menjadi organisme penyebab tersering. Pada host normal, ISK muncul karena infeksi pada genitourinary tract, seperti prostat. Pada


(46)

pria yang lebih tua dengan hipertropi prostat mempunyai pengosongan kantung kemih yang tidak sempurna, sehingga meningkatkan resiko ISK dengan dasar stasis urin. Masuknya organisme ke kelenjar prostat selalu melalui uretra, bakteri pindah dari uretra atau kantung kemih melalui saluran prostat. Kemungkinan lain masuk melalui hematogenous, limfatik pada rektum dan ketika operasi prostat. Cairan prostat memiliki berbagai substansi antibakterial, termasuk zinc dan antibodi, dimana jumlahnya sedikit pada pasien dengan prostatitis bakterial kronik (Brusch, 2014).

5.4.3 Penyebab Terjadinya ISK Berdasarkan Abnormalitas Anatomik 5.4.3.1 Vesikouretral Refluks

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jumlah penderita ISK pada sampel yang mengalami vesikoutetral refluks 0 orang, sedangkan penderita ISK pada sampel yang tidak mengalami vesikouretral refluks43 orang.

Hasil studi ini tidak sesuai penelitian yang menyatakan anak-anak yang menderita ISK, diantara 25-40% ditemukan mempunyai VUR (Jakobsson, 1999). Pada beberapa kasus anak dengan ISK yang dilakukan VCUG dan secara konsisten ditemukan 25-40% anak-anak tersebut menderita VUR (Cleper, 2004; Craig, 1998; Siegel, 1980; Kanellopoulos, 2006). Pasien dengan vesikoureteral refluks, katup uterovesical dalam keadaan lemah. Akibatnya bakteri pada buli-buli akan balik menuju ureter ke ginjal, sehingga menyebabkan infeksi renal (Gruninger, 1981). Juga tidak sesuai dengan pernyataan yang menyatakan pada anak-anak, terjadinya vesicoureteral reflux memungkinkan bakteri menuju saluran kemih bagian atas dan menyebabkan infeksi (Nguyen, 2008).

Hal ini dapat disebabkan karena, VUR muncul sekitar 10% pada anak-anak sehat. Biasanya didiagnosa setelah seorang anak-anak menderita ISK dan kadang-kadang dari temuan prenatal. Umur rata-rata untuk diagnosa reflux adalah 2-3 tahun tetapi dapat didiagnosa pada segala umur, bahkan pada bayi baru lahir atau anak yang lebih tua. Kira-kira 3/4 anak-anak yang diobati untuk reflux adalah perempuan. Pada kebanyakan anak-anak, reflux muncul karena diwariskan dari


(47)

orang tua. Jika seorang ibu pernah diobati karena reflux, sebanyak 1/2 dari anaknya mungkin memiliki refluks(Urology Care Foundation, 2013).

5.4.3.2 Obstruksi

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa jumlah penderita ISK pada sampel yang mengalami BPH 3 orang dan tidak adanya obstruksi pada penderita ISK 40 orang.

Hasil dari studi ini sesuai dengan teori yang menyatakan pasien yang mengalami obstruksi saluran kemih, juga memiliki resiko terjadinya infeksi saluran kemih, disebabkan adanya stasis urin yang menyebabkan pertumbuhan bakteri. Efek yang berkelanjutan menyebabkan terjadinya iskemik jaringan yang diinduksi tekanan intraluminal pada saat obstruksi, sehingga menurunkan kemampuan buli-buli untuk mengeliminasi bakteri (Gruninger, 1981).Stagnansi urin mengarah pada infeksi, dimana dapat menyebar melalui seluruh sistem urinaria. Ketika hal ini terjadi, infeksi akan sulit dan mustahil diobati sekalipun obstruksi sudah sembuh (Tanagho, 2008).

5.4.4 Penyebab Terjadinya ISK Berdasarkan Terhambatnya Saluran Kemih

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa jumlah penderita ISK pada sampel yang mengalami batu saluran kemih 5 orang, sedangkan yang tidak mengalami batu saluran kemih 38 orang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan, batu saluran kemih, benda asing di dalam saluran kemih, merupakan tempat persembunyian bakteri sehingga sulit untuk dibersihkan oleh aliran urin (Purnomo, 2011).Batu Magnesium ammonium phosphate (struvite) sering dihubungkan dengan proteus, pseudomonas, providencia, klebsiella dan infeksi staphylococcus. Batu ini jarang ditemukan pada infeksi E.coli (Stoller, 2008).


(48)

5.4.5 Penyebab Terjadinya ISK Berdasarkan dengan Diabetes dan Tanpa Diabetes

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa jumlah penderita ISK yang mempunyai penyakit DM tipe 2 12 orang dan penderita ISK tanpa DM 31 orang.

Hasil dari studi ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada pasien diabetes dengan ISK yang dirawat inap dengan total sampel 158, ditemukan 12.8% pasien diabetes tipe 1 dan 10.5% pasien diabetes tipe 2 dengan ISK (Chita et al, 2013). MenurutJulka, bahwa beberapa bagian dari imunitas pada pasien diabetes mengalami perubahan. Fungsi polymorpholeukocyte di tekan pada keadaan acidosis. Ikatan Leukocyte, chemotaxis, dan fagositosis juga berubah. Sistem antioksidan yang berperan pada aktifitas bakterisidal juga terganggu. Dan hal tersebut yang menyebabkan terjadinya ISK pada pasien-pasien dengan penyakit diabetes (Julka, 2014).


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :

Karakteristik pasien ISK di Poliurologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan lebih banyak terjadi pada laki-laki (51.2%), lebih banyak dijumpai pada kelompok umur ≥50 tahun (53.5%)dan ditemukan ISK dengan BPH (7.0%), BSK (11.6%), Diabetes Tipe 2 (27.9%).

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab yang mempengaruhi terjadinya ISK pada laki-laki dan kelompok umur ≥ 50 tahun serta ada tidaknya hubungan ISK dengan keadaan-keadaan yang ditemukan pada penelitian ini.


(50)

Daftar Pustaka

Achmad, dkk., 2007. Guidelines Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Genitalia Pria 2007. Dalam: Yulianto, Pola Kepekaan Bakteri Gram

Negatif Dari Pasien Infeksi Saluran Kemih terhadap Antibiotika Golongan β -Laktam di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI tahun 2001-2005. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anderson GG et al, Intracellular Bacterial Biofilm-like pods in Urinary Tract Infections. 2003. Science.Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010. Penduduk Indonesia menurut Provinsi

1971, 1980, 1990, 1995 dan 2000. Diperoleh dari:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&no tab=1 [Diakses pada 29 Maret 2014].

Bjorksten, B., Kaijser, B., 1978. Interaction of human serum and neutrophils with Escherichia coli strains: differences between strains isolated from urin of patients with pyelonephritis or asymptomatic bacteriuria.Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Bortolussi R et al, 1979. Capsular K1 polysaccharide of Escherichia coli:

relationship to virulence in newborn rats and resistance to phagocytosis.Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Bower, J.M., Eto, D.S., Mulvey, M.A., 2005.Covert operations of

uropathogenicEscherichia coli within the urinary tract.Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Brooks, G.F., Butel, J.S., and Morse, S.A., 2007. Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. 23th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


(51)

Brusch, J.L., Cunha, B.A.,2014. Urinary Tract Infection in Males. Diperoleh dari:http://emedicine.medscape.com/article/231574-overview#a0156 [Diakses pada 2 April 2014].

Chita, T., Licker, M., Sima, A., Vlad, A., Timar, B., Sabo, P., Timar, R., 2013.

Prevalence of Urinary Tract Infections In Diabetic Patients. Romania Journal Diabetes Nutrition Metabolic Diseases.

Chowdhury, P., Sacks, S.H., Sheerin, N.S., 2004.Minireview: functions of the renal tract epithelium in coordinating the innate immune response to infection.Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,194.

Cleper, R., Krause, I., Eisenstein, B., Davidovits, M., 2004. Prevalence of

vesicoureteral reflux in neonatal urinary tract infection. Dalam: Williams, G., Fletcher, J.T., Alexander, S.I., Craig, J.C., Vesicoureteral Reflux, 2008. Journal of American Society of Nephrology Brief Review.

Craig, J.C., 1998. Urinary tract infection in children: Investigation and

management. Dalam: Williams, G., Fletcher, J.T., Alexander, S.I., Craig, J.C.,

Vesicoureteral Reflux, 2008. JASN Brief Review.

Connell I et al, 1996.Type 1 fimbrial expression enhances Escherichia coli virulence for the urinary tract. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th.

Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Evans DJ Jr et al, 1981. Hemolysin and K antigens in relation to serotype and hemagglutination type of Escherichia coli isolated from

extraintestinalinfections. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology. USA,McGraw Hill,195.

Fair, W.R., Couch, J., Wehner, N., 1976. Prostatic antibacterial factor: identityand significance. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.


(52)

Falah, K., 2008. Uji Diagnostik Urinalisis Lekosit Esterase terhadap Kultur Urin untuk Mendiagnosa Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Pasien dengan

Kateterisasi Uretra. Diperoleh dari:

http://digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=yoptumyfkpp-gdl-khoirulfal-496 [Diakses pada 25 November 2014]

Foxman B et al., 2001. Urinary tract infection among women aged 40 to 65:behavioral and sexual risk factors. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Frendeus B et al, 2001. Interleukin-8 receptor deficiency confers susceptibility to acute pyelonephritis. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,194.

Ginting, Y., 2007. Antimicrobial Usage of UTIs in Elderly in Abstracts Book 8th JADE 2007. Dalam: Yulianto, Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif Dari

Pasien Infeksi Saluran Kemih terhadap Antibiotika Golongan β-Laktam di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI tahun 2001-2005. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Grover, M.L., Bracamonte, J.S., Kanodia, A.K., Edwards, F.D., Weaver, A.L.,

Urinary Tract Infection in Women Over the Age of 65: Is Age Alone a Marker of Complication?. 2009. Journal American Board Of Family Medicine.

Gruninger, R.P., 1981. Urinary Tract Infection. Dalam: Rose, B.D., 2nd.Pathology Of Renal Disease.New York, McGraw Hill, 365-369.

Hughes C et al, 1983.Hemolysin production as a virulence marker in symptomatic and asymptomatic urinary tract infections caused by Escherichia coli.Dalam:

Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Jakobsson, B., Esbjorner, E., Hansson, S., 1999. Minimum incidence and

diagnostic rate of first urinary tract infection. Dalam: Lim, R., Vesicoureteral Reflux and Urinary Tract Infection: Evolving Practices and Current


(53)

Controversies in Pediatric Imaging. 2009. American Journal of Roentgenology.

Jenkins, R.D., Fenn, J.P., Matsen, J.M., 1986.Review of urin microscopy

forbacteriuria. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,196.

Julka, S.,Genitourinary infection in diabetes. 2013. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism.

Kanellopoulos, T., Salakos, C., Spiliopoulou, I., Ellina, A., Nikolakopoulou, N.M., Papanastasiou, D.A., 2006. Dalam: Williams, G., Fletcher, J.T., Alexander, S.I., Craig, J.C., Vesicoureteral Reflux, 2008. JASN Brief Review.

Kim B et al, The Relation between Postvoid Residual and Occurrence of Urinary Tract Infection after Stroke in Rehabilitation Unit. 2012. Annals of Rehabilitation Medicine

Koronakis, V., Hughes , C., 1996. Synthesis: maturation and export of the E.coli hemolysin.DalamTanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA,McGraw Hill,195.

Kreder, K.J., Williams, R.D., 2008. Urologic Laboratory Examination.

Dalam:Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill, 46.

Kumar, V., Cotran, R.S., and Robbins, S.L., 2004. Buku Ajar Patologi. 7th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Levi, M.E., Redington, J., Reller, L.B.,2005. The Patient with Urinary Tract Infection. In: Schrier, R.W., 6th ed. Manual of Nephrology. William & Wilkins, USA, 91-95.

Magliano,E., Grazioli,V., Deflorio, L., Leuci, A.I., Mattina, R., Romano, P., and Cocuzza, C.E., 2011. Gender and Age-Dependent Etiology of Community-Acquired. The Scientific World Journal, Milan.


(54)

Martinez JJ et al, 2000.Type 1 pilus-mediated bacterial invasion of bladder epithelial cells. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Matsumoto,T., 2001. Urinary tract infections in the elderly. Dalam:Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA,McGraw Hill,195. Mayo Clinic, 2012. Urinary Tract Infections Risk Factor. Diperoleh dari:

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/urinary-tract-infection/basics/risk-factors/con-20037892 [Diakses pada 3 April 2014].

Medscape Multispeciality, 2014. Selecting Laboratory Tests. Diperoleh dari: http://www.medscape.org/viewarticle/436592_3 [Diakses pada 26 November 2014].

Mody, L., Mehta, M.J., 2014. Urinary Tract Infections in OlderWomen. Diperoleh dari: http://jama.jamanetwork.com/ on 03/23/2014 [Diakses pada 4 April 2014].

National Cancer Institute, 2013. PDQ® Urethral Cancer Treatment. Bethesda, MD: National Cancer Institute. Diperoleh dari: http://www.meb.uni-bonn.de/cancer.gov/CDR0000435963.html [Diakses pada 2 April 2014]

Nicolle,L.E., 2002.Urinary tract infection in geriatric and institutionalized patients.Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Nicolle LE et al, 1982. The association of urinary tract infection with sexual intercourse.Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,194.

Nguyen, H.T., 2008. Bacterial Infections Of The Genitourinary Tract. Dalam:

Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th.Smith's General Urology. USA,McGraw Hill, 193.


(55)

Ofek I et al, 2000.Role of bacterial lectins in urinary tract infections: molecular mechanisms for diversification of bacterial surface lectins. Dalam:Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195. OpenStax College, 2013. Gross Anatomy of the Kidney, OpenStax-CNX,

Diperoleh dari:

http://cnx.org/content/m46429/latest/?collection=col11496/latest [Diakses pada 2 April 2014]

Osset J et al., 2001. Assessment of the capacity of Lactobacillus to inhibit thegrowth of uropathogens and block their adhesion to vaginal epithelialcells.

Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Purnomo, B.B., 2011. Dasar-dasar Urologi. 3rd.Jakarta: Sagung Seto.

RSUD Dr. Pirngadi Medan, 2013. Sejarah. Diperoleh dari:

http://www.rsudpirngadi.pemkomedan.go.id/statis-4-Sejarah.html [Diakses pada 6 November 2014]

Ronald A., 2002. The etiology of urinary tract infection: traditional andemerging pathogens. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Schaeffer AJ et al., 1999. Role of vaginal colonization in urinary tract infections(UTIs). Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Sianipar, E.S., 2011. Profil Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan. Diperoleh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22775/3/Chapter%20II-IV.pdf [Diakses pada 6 November 2014]

Siegel, S.R., Siegel, B., Sokoloff, B.Z., Kanter, M.H., 1980. Urinary Infactions in infants and pre-school children Five-year follow-up.Dalam: Williams, G.,


(56)

Fletcher, J.T., Alexander, S.I., Craig, J.C., Vesicoureteral Reflux, 2008. JASN Brief Review.

Sobel, J.D., 1997. Pathogenesis of urinary tract infection: role of host defenses. Infect Dis Clin North Am. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th.

Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,194.

Stoller, M.L., 2008. Urinary Stone Disease. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,256.

Svenson SB et al, 1983.P-fimbriae of pyelonephritogenic Escherichia coli: identification and chemical characterization of receptors. Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195. Tanagho, E.A., 2008. Urinary Obstruction & Stasis. Dalam:Tanagho, E.A.,

McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology. USA, McGraw Hill, 176. Tessy, A., Ardayo, Suwanto, 2001. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Dalam: Yulianto, Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif Dari Pasien Infeksi Saluran Kemih terhadap Antibiotika Golongan β-Laktam di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI tahun 2001-2005. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Thompson, E.G., Seifer, A.L., 2013. Urinary Tract Infections in Teens and Adults. Diperoleh dari: http://www.webmd.com/a-to-z-guides/urinary-tract-infections-in-teens-and-adults-topic-overview [Diakses pada 2 April 2014].

Thompson, E.G., Seifer, A.L., 2012.Male Urinary System. Diperoleh dari: http://www.webmd.com/men/male-urinary-system [Diakses pada 2 April 2014].

Urology Care Foundation, 2013.Ureterocele. American: Urological Association. Diperoleh dari: http://www.urologyhealth.org/urology/index.cfm?article=42 [Diakses pada 2 April 2014]


(57)

Urology Care Foundation, 2013. Vesicoureteral Reflux (VUR). Diperoleh dari: http://www.urologyhealth.org/urology/index.cfm?article=55 [Diakses pada 27 November 2014]

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran Disertai Aplikasi dengan SPSS.

Jakarta: Bamoedoea Communication.

Whitfield, C., Roberts, I.S., 1999. Structure, assembly and regulation of expression of capsules in Escherichia coli.Dalam: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., 17th. Smith's General Urology.USA, McGraw Hill,195.

Youmans, G.P., Paterson, P.Y., and Sommers, H.M., 1975.The Biologic and Clinical Basis of Infectious Diseases. 1st ed. USA: W.B. Saunders.

Young, J.L., Soper, D.E., 2001. Urinalysis and urinary tract infection: update for clinicians. Medical Univercity of South Carolina.


(58)

Lampiran

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andry Lukandy

Tempat/ Tanggal lahir : Medan/ 22 Maret 1993

Agama : Buddha

Alamat : Jl.Iskandar Muda No.57s Medan 20154

Riwayat Pendidikan : 1. TK Perguruan Sutomo 1, Medan (1996 – 1999) 2. SD Perguruan Sutomo 1, Medan (1999– 2005) 3. SMP Perguruan Sutomo 1, Medan (2005 – 2008) 4. SMA Perguruan Sutomo 1, Medan (2008 – 2011)

Riwayat Pelatihan : 1. - 2. -

Riwayat Organisasi : 1. Panitia Dharmatalk Mahasiswa Buddish USU tahun 2013

2. Penyambutan Mahasiswa Baru FK USU tahun 2014

3. Panitia Kathina Mahasiswa Buddish USU tahun 2013

4. Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Buddish USU tahun 2014


(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

Data Induk

Karakteristik Pasien-Pasien Infeksi Saluran Kemih di Poliurologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2012-2013

No Nomor

Rekam Medis Penderita ISK dengan Urinalisis Usia L/P

Abnormalitas Anatomik

BSK Diabetes Vesikouretral

refluks Obstruksi

1 87.02.02

ISK, Lab: urine keruh, Leukosit 30-40/LPB, Vag/Urether Ep. 40-60/LPB,

Nitrit Bakteri (+)

52 P Tidak ada Tidak ada Tidak

ada

DM Tipe 2

2 87.11.35 ISK, Lab: urine keruh, Leukosit

40-60/LPB, Nitrit Bakteri (+) 45 P Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

3 88.54.50

ISK, Lab: urine keruh, warna merah, protein(+++), Leukosit >100/LPB, Eritrosit >100/LPB, Nitrit Bakteri (+)

54 L Tidak ada Tidak ada Tidak

ada

DM Tipe 2 4 88.67.09 ISK, Lab: urine keruh, protein(++),

Leukosit >100/LPB, Nitrit Bakteri (+) 29 L Tidak ada Tidak ada BSK

Tidak ada

5 70.13.12

ISK, Lab: urine keruh, protein(+++), Eritrosit 30-40/LPB, Leukosit >100/LPB, Silinder 2-4/LPB, Nitrit

Bakteri (+)

66 L Tidak ada Tidak ada Tidak

ada

DM Tipe 2

6 85.12.88

ISK, Lab: urine keruh, Eritrosit 5-10/LPB, Leukosit 20-30/LPB, Nitrit

Bakteri (+)

48 L Tidak ada Tidak ada Tidak

ada

Tidak ada

7 85.16.81

ISK, Lab: urine keruh, warna merah, Leukosit 20-30/LPB, Eritrosit

>100/LPB, Nitrit Bakteri (+)

74 L Tidak ada BPH Tidak

ada

Tidak ada


(1)

No Nomor

Rekam Medis Penderita ISK dengan Urinalisis Usia L/P

Abnormalitas Anatomik

BSK Diabetes Vesikouretral

Refluks Obstruksi

31 88.04.75

ISK, Lab: urine keruh, protein(+++), Eritrosit 10-20/LPB, Leukosit

2-4/LPB, Nitrit Bakteri (+)

8 L Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada 32 88.31.13 ISK, Lab: urine keruh, protein(+++),

Leukosit 100/LPB, Nitrit Bakteri (+) 51 L Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

DM tipe 2 33 88.35.05

ISK, Lab: urine keruh, protein(+), Eritrosit 5-10/LPB, Leukosit

30-40/LPB, Nitrit Bakteri (+)

62 L Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada 34 89.56.03

ISK, Lab: urine keruh, protein(++), Eritrosit 30-40/LPB, Leukosit

10-20/LPB, Nitrit Bakteri Jamur (+)

62 L Tidak ada BPH Tidak

ada

Tidak ada 35 90.15.10

ISK, Lab: urine keruh, protein(+), Leukosit 20-30/LPB, Vag/Urether Ep.

>100/LPB, Nitrit Bakteri (+)

59 P Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada 36 90.25.48 ISK, Lab: urine keruh protein(+),

Leukosit 10-20/LPB, Nitrit Bakteri (+) 19 L Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada 37 90.39.50

ISK, Lab: urine keruh, Eritrosit 30-40/LPB, Leukosit >100/LPB, Nitrit

Bakteri (+)

29 P Tidak ada Tidak ada BSK Tidak ada ISK, Lab: urine keruh, protein(+),


(2)

No Nomor

Rekam Medis Penderita ISK dengan Urinalisis Usia L/P

Abnormalitas Anatomik

BSK Diabetes Vesikouretral

Refluks Obstruksi

39 72.44.34

ISK, Lab: urine keruh, Leukosit 20-30/LPB, Vag/Urether Ep. 10-15/LPB,

Nitrit Bakteri (+)

60 P Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

40 84.28.38

ISK, Lab: urine keruh, reduksi (+++), Eritrosit 5-10/LPB, Leukosit >100/LPB, Vag/Urether Ep.

60-80/LPB, Nitrit Bakteri (+)

46 P Tidak ada Tidak ada Tidak ada

DM tipe 2 41 87.97.06 ISK, Lab: urine keruh, protein(+),

Leukosit 10-20/LPB, Nitrit Bakteri (+) 20 L Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada 42 86.11.61

ISK, Lab: urine keruh, Eritrosit 15-20/LPB, Leukosit 10-15/LPB, Vag/Urether Ep. 5-10/LPB, Nitrit

Bakteri (+)

21 P Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada 43 84.38.93 ISK, Lab: urine keruh, Leukosit

20-30/LPB, Nitrit Bakteri (+) 27 P Tidak ada Tidak ada BSK

Tidak ada


(3)

Hasil Uji Statistik

Frequencies

Statistics

Usia JenisKelamin

Vesicouretral

Reflux Obstruksi BSK Diabetes

N Valid 43 43 43 43 43 43

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid >50 tahun 23 53.5 53.5 53.5

<50 tahun 20 46.5 46.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 22 51.2 51.2 51.2

Perempuan 21 48.8 48.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

VesicouretralReflux

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Vesicouretral Reflux 43 100.0 100.0 100.0

Obstruksi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(4)

Diabetes

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid DIabetes Tipe 2 12 27.9 27.9 27.9

Tidak Ada Diabetes 31 72.1 72.1 100.0

Total 43 100.0 100.0

BSK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid BSK 5 11.6 11.6 11.6

Tidak BSK 38 88.4 88.4 100.0


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari 2013 – Juni 2013

1 65 60

Karakteristik Pasien Batu Saluran Kemih yang Dilakukan Tindakan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

0 55 63

Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan Tahun 1999 - 2000

0 35 61

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta Tahun 2014.

0 2 16

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta Tahun 2014.

0 3 11

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PASIEN RAWAT INAP DI RSUP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pasien Rawat Inap Di RS “X” Klaten Tahun 2012.

0 1 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PASIEN RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pasien Rawat Inap Di RS “X” Klaten Tahun 2012.

0 2 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) | Karya Tulis Ilmiah

0 0 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

0 0 5

PERBEDAAN RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN TANPA KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH ipi150526

0 0 13