6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
87
6.2. Pengangguran
Masalah pengangguran merupakan masalah yang melekat pada aspek ketenagakerjaan. Penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah
penduduk yang sedang mempersiapkan usaha tidak bekerja, yang mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
Berdasarkan data BPS Sumsel, jumlah pengangguran pada bulan Agustus 2009 mengalami penurunan sebanyak 28.763 orang atau 9,84 dibandingkan dengan posisi
bulan Februari 2009, dan mengalami penurunan sebanyak 17.186 orang atau sebesar 6,12 jika dibandingkan dengan kondisi pada bulan Agustus 2008 yang mencapai
280.657 orang.
Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
Februari 2007 – Agustus 2009
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di Sumsel pada bulan Agustus 2009 menurun menjadi 7,61 dibandingkan kondisi pada bulan Februari 2009 yang mencapai 8,38.
TPT pada Agustus 2009 tercatat merupakan yang terendah sejak tahun 2007. Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPT di daerah perkotaan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Tingginya TPT di kota erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk, arus masuk angkatan kerja dari pedesaan, dan banyaknya pencari
kerja yang baru menyelesaikan pendidikan. Di sisi lain, lapangan kerja di perkotaan relatif terbatas sehingga menyebabkan terjadinya tingkat pengangguran yang relatif tinggi.
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
88
6.3. Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan data resmi BPS Sumsel, jumlah penduduk miskin penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan pada bulan Maret 2009 tercatat sebesar 1.167.870 atau 16,28
dari jumlah penduduk Sumsel. Angka tersebut tercatat mengalami penurunan sebesar 6,54 atau sebesar 81.740 orang dari periode yang sama tahun sebelumnya Maret 2008
yang tercatat sebesar 1.249.610 jiwa.
Tabel 6.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan
Tahun 1993-2009 Tahun
Jumlah Penduduk Miskin ribuan
Persentase
1993 901,9
15,73 1996
1.017,0 17,04
1999 1.481,9
23,87 2002
1.434,1 22,49
2003 1.397,3
21,54 2004
1.379,3 20,92
Januari 2005 1.429,0
21,01 Januari 2006
1.446,9 20,99
Maret 2007 1.331,8
19,15 Maret 2008
1.249,61 17,73
Maret 2009 1.167,87
16,28 Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1993-2009 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar
464,9 ribu karena krisis ekonomi, yaitu dari 1.017 ribu menjadi 1.481 ribu. Persentase penduduk miskin mengalami peningkatan dari 17,04 menjadi 23,87 pada periode
yang sama. Sementara itu, penurunan jumlah penduduk miskin pada satu tahun terakhir ini diyakini erat kaitannya dengan program Bantuan Langsung Tunai BLT yang diberikan
pemerintah. BLT yang diberikan pemerintah secara signifikan telah mengangkat daya beli masyarakat kecil sehingga melampaui Garis Kemiskinan. Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapitabulan di bawah Garis Kemiskinan.
Dalam satu tahun terakhir ini Garis Kemiskinan meningkat sebesar 8,11 dari Rp196.452,- per kapitabulan menjadi Rp212.381,- per kapitabulan. Berdasarkan
pembagian kelompok kemiskinan perkotaan dan pedesaan, Garis Kemiskinan di perkotaan
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
89
Grafik 6.1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar
dan Nilai Tukar Petani