Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Tahunan

Bab 1 Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumsel ADHK 2000 Proyeksi Bank Indonesia Palembang Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL • Laju pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan I 2010 diproyeksikan berada pada kisaran 5,0 yoy atau sedikit mengalami perlambatan dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 5,3 yoy. • Tidak optimalnya pertumbuhan ekonomi disebabkan faktor cuaca yang menghambat kinerja sektor unggulan untuk tumbuh lebih tinggi.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Tahunan

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan Sumsel secara tahunan pada triwulan I 2010 diproyeksikan sebesar 5,0 yoy, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,3 yoy. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Provinsi Sumsel Atas Dasar Harga Konstan ADHK 2000 pada triwulan ini diproyeksikan sebesar Rp15,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan PDRB periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp14,4 triliun. Meningkatnya perekonomian di Sumsel terkonfirmasi oleh survei bisnis yang dilakukan Bank Indonesia Palembang yang menunjukkan kondisi usaha secara umum semakin membaik. Beberapa pelaku usaha telah mampu meningkatkan kinerjanya lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang ditunjukkan dengan peningkatan penjualan, realisasi investasi, ditambah lagi dengan membaiknya optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum. Namun demikian, musim penghujan mempengaruhi ketersediaan bahan baku industri unggulan, khususnya karet, telah menyebabkan menurunnya produktivitas sebagian pelaku usaha walaupun bersifat temporer. 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 8 Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan yoy Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Lapangan Usaha 2009 2010 I II III IV I Pertanian 0,5 2,2 4,2 6,3 3,6 Pertambangan dan Penggalian 1,5 1,8 2,3 0,8 1,3 Industri Pengolahan 1,3 1,8 2,4 5,2 7,0 Listrik, Gas Air Bersih 2,0 1,3 3,5 6,7 7,4 Bangunan 5,1 7,3 8,2 8,7 6,9 Perdagangan, Hotel Restoran 3,7 3,0 2,4 4,4 3,2 Pengangkutan Komunikasi 14,8 15,0 12,7 12,3 16,0 Keu., Persewaan Jasa Perusahaan 7,3 7,0 6,5 6,6 3,2 Jasa-jasa 7,9 10,8 9,2 9,5 9,0 Total PDRB 2,6 4,0 4,4 5,3 5,0 Proyeksi Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Informasi yang dihimpun dari kalangan dunia usaha menyatakan bahwa masih terdapat beberapa faktor yang dinilai kurang kondusif dalam pengembangan dunia usaha di Sumsel pada triwulan ini, antara lain : i faktor cuaca; ii hama; iii pasokan bahan baku; iv kesulitan tenaga kerja karena pergeseran profesi, v alih lahan, serta vi meningkatnya persaingan lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha Triwulan I 2010 Masih Prospektif Menghadapi AC-FTA. Dari sisi permintaan luar negeri, kondisi ekspor secara umum menunjukkan peningkatan ke arah yang menggembirakan dan mampu tumbuh positif dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Semakin membaiknya harga komoditas unggulan terutama di sub sektor tanaman perkebunan maupun pertambangan, menjadi penopang kinerja dunia usaha terutama sektor industri pengolahan. Bahkan peluang peningkatan ekspor masih terbuka terutama untuk produk karet, sawit maupun kopi. Namun demikian, hambatan perdagangan ekspor yakni non trade barrier masih menjadi faktor pembatas peningkatan ekspor terutama untuk komoditas kopi. Dalam rangka memetakan kondisi usaha komoditas kopi, Bank Indonesia Palembang bersama Bank Indonesia Bandar Lampung dan Bank Indonesia Bengkulu melakukan quick survey pada bulan Maret 2010 untuk melihat kondisi usaha kopi dari perspektif petani, pedagang perantara, dan pedagang besareksportir dalam menghadapi pemberlakuan AC-FTA lihat Suplemen 2. Ringkasan Quick Survey Pemetaan dan Analisis Komoditas Kopi di Zona Sumatera Bagian selatan dalam Menghadapi Perdagangan Bebas ASEAN-Cina 2010 : ”Kondisi Saat ini serta Peluang dan Ancaman ke depan Kinerja perekonomian triwulan I 2010 secara sektoral ditandai dengan pertumbuhan tahunan tertinggi pada sektor pengangkutan dan telekomunikasi serta sedikit terpuruknya sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran PHR. 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 9 KONDISI USAHA TRIWULAN I 2010 MASIH PROSPEKTIF MENGHADAPI AC-FTA Berdasarkan informasi dari pelaku usaha di Sumatera Selatan, secara umum perkembangan dunia usaha pada triwulan ini menunjukkan kondisi yang semakin membaik. Peningkatan kinerja ditunjukkan dengan meningkatnya penjualan, rencana realisasi investasi, maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum. Namun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang mengalami penurunan kinerja secara temporer yang disebabkan curah hujan yang cukup tinggi, keterbatasan bahan baku, serta regulasi terkait dengan perpajakan. Semakin membaiknya harga komoditas unggulan menjadi penopang meningkatnya kinerja dunia usaha terutama di sub sektor tanaman perkebunan. Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala yang membatasi pengembangan usaha sektor unggulan antara lain: i faktor cuaca; ii hama; iii pasokan bahan baku; iv kesulitan tenaga kerja karena pergeseran profesi, v alih lahan, serta vi meningkatnya persaingan. Permintaan terhadap bahan makanan padi yang cukup tinggi di saat musibah banjir dan puso di beberapa daerah sentra produksi beras akibat kondisi cuaca yang cukup ekstrim menyebabkan pasokan beras di awal tahun relatif terbatas. Hal tersebut menyebabkan harga beras relatif tinggi dan disparitas harga yang cukup tinggi dengan harga tebus pembelian beras oleh Bulog. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Sumsel, banjir yang telah terjadi di Sumsel diperkirakan hanya menurunkan produksi beras tahun ini dalam kisaran 1. Walaupun demikian, para pelaku usaha tetap mengkhawatirkan kondisi infrastruktur pasca banjir. Meningkatnya ekspor crumb rubber dan CPO meningkatkan permintaan terhadap bahan baku karet maupun Tandan Buah Segar TBS. Di sisi lain, peningkatan permintaan dan harga bahan baku menyebabkan terjadinya alih lahan dan pergeseran profesi dari petani padi sebagai pekerjaan pokok menjadi berkebun. Sektor perumahan mencatat peningkatan permintaan rumah, terutama terjadi untuk perumahan tipe menengah ke bawah. Kecenderungan penurunan tingkat suku bunga turut mendukung meningkatnya permintaan terhadap sektor ini. Sementara itu sektor jasa-jasa secara umum juga relatif meningkat dibanding tahun sebelumnya seiring peningkatan aktivitas ekonomi di sektor-sektor lain. Di sisi perdagangan luar negeri, permintaan mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya dan menunjukkan tren semakin membaik sejak semester II-2009. Membaiknya kondisi perekonomian mitra dagang telah mendorong kinerja ekspor Sumsel secara umum. Dalam kaitannya dengan perdagangan luar negeri, faktor yang perlu diwaspadai adalah adanya hambatan perdagangan terkait dengan mutu dan kualitas produk ekspor yang harus sesuai dengan spesifikasi negara pembeli. Satu hal yang menjadi isu dalam perdagangan komoditas kopi yang diekspor ke Jepang misalnya adalah ditemukannya Suplemen 1 Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 10 kandungan zat kimia berbahaya carbaryl yang melebihi ambang batas yang diijinkan. Hal tersebut terjadi karena di Indonesia, khususnya di Sumsel belum tersedia peralatan untuk mendeteksi kandungan bahan kimia tersebut dalam kopi. Selain itu, kultur masyarakat dalam pemrosesan kopi yang masih tradisional juga berpengaruh terhadap kualitas kopi. Terkait dengan Asean China – Free Trade Agreement AC-FTA, pemberlakuannya di satu sisi merupakan peluang untuk dapat meningkatkan ekspor komoditas unggulan seperti karet. Namun di sisi lain, dapat menjadi ancaman masuknya produk dari Cina ke dalam negeri ataupun direbutnya pasar ekspor produk Indonesia oleh produk Cina yang notabene lebih murah dibanding produk Indonesia. 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 11 Sektor pengangkutan dan komunikasi masih tercatat sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan tahunan paling tinggi yakni sebesar 16,0 yoy. Ekspansifnya kinerja sub sektor komunikasi diproyeksikan tetap memberi andil yang cukup besar dalam mendorong peningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya kinerja sub sektor transportasi seiring berlangsungnya beberapa kegiatan nasional yang berlangsung di Palembang dan masuknya provider baru di bisnis telekomunikasi seluler Sumatera Selatan yakni PT. Hutchinson Indonesia yang telah melakukan kerjasama dengan PT. Excelcomindo dalam penggunaan bersama Base Transceiver Station BTS memberikan dorongan yang cukup tinggi terhadap kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor jasa-jasa serta sektor listrik, gas, dan air bersih masing-masing diproyeksikan tumbuh sebesar 9,0 yoy dan 7,4 yoy. Pertumbuhan sektor jasa-jasa yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya disebabkan melambatnya perekonomian daerah secara umum terutama sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Program konversi minyak tanah ke gas yang diiringi peningkatan konsumsi LPG menjadi salah satu pendorong utama perbaikan kinerja sub sektor gas kota pada sektor listrik, gas, dan air bersih. Proyek pembangunan jaringan pipa transmisi gas bumi atau pipa gas rumah tangga Kota Palembang telah memasuki penyelesaian tahap 2, yaitu pemasangan pipa kecil dan meteran ke rumah-rumah. Pada triwulan I 2010 diproyeksikan terdapat dua sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan antara 6 hingga 7, yakni sektor industri pengolahan dengan prediksi pertumbuhan sebesar 7,0 yoy dan sektor bangunan yang diprediksi tumbuh sebesar 6,9 yoy. Relatif tingginya pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan tidak terlepas dari meningkatnya harga-harga komoditas unggulan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu sektor bangunan diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan kinerja tahunan triwulan sebelumnya disebabkan oleh sedikit menurunnya permintaan terhadap properti akibat kenaikan harga jual. Sektor pertanian, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran PHR, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diproyeksikan mengalami pertumbuhan tahunan di kisaran 3 yoy. Sektor pertanian diperkirakan tumbuh sebesar 3,6 yoy, sementara sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran PHR dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masing-masing tumbuh sebesar 3,2 yoy. 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 12 1. RINGKASAN QUICK SURVEY PEMETAAN DAN ANALISIS KOMODITAS KOPI DI ZONA SUMATERA BAGIAN SELATAN DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CINA 2010: “KONDISI SAAT INI SERTA PELUANG DAN ANCAMAN KE DEPAN” Berdasarkan hasil survei, mayoritas petani kopi yang tersebar di Sumatera Selatan Sumsel, Lampung, dan Bengkulu menanam jenis kopi Robusta dengan teknik perawatan kebun dan pengolahan kopi yang masih tradisional. Jumlah pedagang perantara lebih terkonsentrasi di Sumsel dan Bengkulu, sedangkan pedagang besareksportir hanya terpusat di Lampung. Beberapa permasalahan utama yang dirasakan pelaku usaha kopi saat ini adalah turunnya harga kopi, kurangnya modal, dan tingginya suku bunga pinjaman. Penjualan kopi Sumbagsel adalah pasar dalam negeri pabrik produsen bubuk kopi ataupun diekspor ke luar negeri, dalam bentuk biji kopi. Faktor penghambat atau permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kopi di Sumbagsel : a. Kualitas kopi yang tidak begitu baik, akibat dari : • Usia tanaman kopi yang sudah tua rata-rata usia tanaman kopi 24 tahun, sehingga menurunkan produktivitas dan kualitas kopi yang dihasilkan. • Produksi kopi dilakukan oleh individual petani skala kecil rata-rata luas lahan yang produktif 1,53 ha. Suplemen 2 Survei dilakukan kepada 116 responden petani, pedagang perantara, dan pedagang besareksportir di Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, dan Bengkulu. Grafik 3. Permasalahan Pemeliharaan Kebun Grafik 2. Kendala Pembiayaan Perbankan Grafik 1. Kendala Penjualan 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 13 • Penjemuran kopi masih dilakukan secara tradisional. Bahkan terdapat petani yang tidak menggunakan alas dalam penjemuran di tanahjalan. Penjemuran di tanah dapat merusak atau menurunkan kualitas kopi. • Kurangnya pengetahuan petani terhadap penggunaan pestisida pemberantas hama, fungisida pemberantas jamur, dan herbisida pemberantas alang-alang, sehingga kopi yang dihasilkan terkandung bahan kimia tertentu. • Sebagian besar petani memanen biji kopi campuran antara yang merah matang dan hijau belum matang, hal ini dikarenakan alasan kemudahan dan kondisi keamanan di perkebunan yang tidak baik. b. Produktivitas kebun yang rendah karena masih belum optimalnya pengolahan kebun antara lain disebabkan kurangnya modal petani. c. Pemerintah setempat melalui dinas-dinas terkait, menurut petani dinilai kurang optimal dalam mengembangkan kopi. Hanya sebagian kecil dari pelaku usaha kopi yang merasakan bantuan dari pemerintah. Bantuan yang sangat diharapkan adalah kemudahan fasilitas pembiayaan, pembinaan teknis untuk petani khususnya, dan perbaikan serta peningkatan infrastruktur. Pemberlakuan AC-FTA diperkirakan pelaku usaha dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekspor kopi hingga mencapai 37,84. Di lain pihak, berlakunya AC-FTA juga berpotensi memberikan ancaman bagi produksi kopi Sumbagsel yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal: Grafik 4. Komposisi Hasil Panen Grafik 5. Hal yang Dibutuhkan Dalam Pengembangan Grafik 6. Bantuan Pemerintah yang Sudah Diberikan pada Saat Pemeliharaan Kebun Grafik 7. Bantuan Pemerintah yang Diharapkan pada Saat Pemeliharaan Kebun 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14 a. Faktor eksternal Adanya produsen kopi yang lebih kompetitif di dalam AC-FTA yaitu Vietnam, yang dapat memberikan harga lebih murah dan kualitas kopi yang lebih baik. b. Faktor Internal Adanya pengalihan kebun kopi ke tanaman lain seperti kakao, kelapa sawit, dan karet. Pengalihan ini terjadi akibat menurunnya harga kopi, sehingga petani beralih ke tanaman lain yang harganya lebih tinggi. Rekomendasi Kebijakan 1. Untuk peningkatan kualitas kopi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a. Pendampingan atau himbauan kepada petani untuk intensifikasi perkebunan yang meliputi: i penggunaan bibit unggul, ii cara penyambungan yang baik, dan iii proses penjemuran yang benar. b. Bantuan berupa pupuk dan obat-obatan yang disertai pendampingan agar tepat guna. Terkait penggunaan obat-obatan, pemerintah melalui dinas terkait sebaiknya memiliki database penggunaan pestisida pemberantas hama, fungisida pemberantas jamur, dan herbisida pemberantas alang-alang oleh petani. Database ini memudahkan eksportir mendeteksi daerah ketika terjadi penolakan kopi oleh negara tujuan ekspor karena adanya bahan kimia berbahaya di dalam kopi yang melebihi ambang batas. 2. Peningkatan produktivitas petani yang rendah akibat kekurangan modal, dapat dilakukan dengan : a. Kerjasama antara Pemerintah Daerah sebagai regulator dan perbankan sebagai lembaga pembiayaan agar fasilitas pembiayaan untuk pelaku kopi dipermudah. Pemerintah melalui formulasi skim kredit seperti pada komoditas lain kelapa sawit, karet. b. Dukungan infrastruktur berupa: i lancarnya kegiatan transportasi yang didukung oleh baiknya kondisi jalan raya, dan ii dukungan pelabuhan samudera untuk mempermudah jalur distribusi, khususnya untuk Sumsel. Grafik 8. Permasalahan yang Dihadapi Eksportir Grafik 9. Bantuan Pemerintah yang Diharapkan Eksportir 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 15 3. Perlunya peran pemerintah baik daerah maupun pusat dalam memberikan insentif kepada petani kopi, agar tidak terjadi pengalihan lahan kebun kopi besar-besaran yang akan menurunkan produksi kopi nasional. Secara khusus insentif dapat dilakukan dengan memberikan bantuan berupa peremajaan tanaman dengan dukungan yang memadai. Selain itu, untuk menghadapi AC-FTA diperlukan adanya standar terkait kualitas kopi yang masuk ke Indonesia. Aturan ini diharapkan dapat melindungi produsen kopi lokal, selain upaya berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas kopi lokal. 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 16 Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumsel ADHK 2000 Proyeksi Bank Indonesia Palembang Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Grafik 1.2 Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Sumsel Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Kondisi cuaca yang kurang kondusif yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan kinerja sektor pertanian mengalami perlambatan dibanding kinerja tahunan triwulan sebelumnya. Melambatnya kinerja sektor pertanian sebagai sektor ungulan Sumsel berdampak pada penurunan daya beli masyarakat sehingga menyebabkan kinerja sektor PHR pun mengalami perlambatan. Sektor pertambangan dan penggalian diproyeksikan mengalami pertumbuhan tahunan paling rendah yakni sebesar 1,3 yoy, namun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,8 yoy. Berdasarkan pemantauan pada beberapa perusahaan yang bergerak di sektor ini, menguatnya harga minyak bumi dan batu bara tidak diiringi dengan meningkatnya volume produksi sehingga menyebabkan kinerja sektor pertambangan menjadi belum sepenuhnya optimal.

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Triwulanan