6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
89
Grafik 6.1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar
dan Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,89 dari Rp229.552 per kapitabulan menjadi Rp247.661,- per kapitabulan. Sementara itu, Garis Kemiskinan di
daerah pedesaaan mengalami kenaikan sebesar 8,29 pada periode yang sama, dari Rp175.556,- per kapitabulan menjadi Rp190.109,- per kapitabulan.
Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat turun lebih tajam dibandingkan daerah pedesaan. Selama periode Maret 2008 hingga Maret 2009 jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 44.680 orang, sementara di daerah pedesaan tercatat berkurang sekitar 37.060 orang.
Tabel 6.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2008-Maret 2009 DaerahTahun
Garis Kemiskinan RpKapitaBulan
Jumlah Penduduk Miskin ribuan
Persentase Perkotaan
Maret 2008 229.552
514,70 18,87
Maret 2009 247.661
470,03 16,93
Perdesaan
Maret 2008 175.556
734,91 17,01
Maret 2009 190.109
697,85 15,87
Kota+Desa
Maret 2008 196.452
1.249,61 17,73
Maret 2009 212.381
1.167,87 16,28
Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas
6.4. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani NTP merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk menunjukkan kemampuan daya beli petani. Perkembangan NTP dalam
satu tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Rata-rata NTP pada
triwulan I 2010 hingga bulan Februari 2010 tercatat sebesar 102,70 atau
meningkat sebesar 0,53 qtq
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
90
Grafik 6.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan
Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
dibanding periode triwulan sebelumnya yang memiliki rata-rata NTP sebesar 102,16. Peningkatan nilai tukar petani terutama berkaitan dengan meningkatnya harga komoditas
unggulan yang berdampak pada indeks harga yang diterima petani jauh lebih besar daripada pertumbuhan indeks harga yang dibayar petani. Rata-rata indeks yang diterima
petani meningkat menjadi 122,79 dari 120,39 atau naik sebesar 1,99 qtq, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan 1,46 qtq dari 117,84 menjadi
119,57. Rata-rata Indeks Konsumsi
Rumah Tangga Petani mengalami peningkatan sebesar 1,67 qtq
dibanding triwulan sebelumnya dari 118,81 menjadi 120,80. Cukup
tingginya peningkatan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani selama periode
ini Januari dan Februari 2010 disebabkan oleh meningkatnya harga
kebutuhan pokok sebagaimana tercermin dari terjadinya inflasi bulanan.
Tabel 6.6 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
Biaya produksi dan penambahan modal petani secara rata-rata mengalami sedikit peningkatan. Hal tersebut tercermin dari kenaikan rata-rata indeks biaya produksi dan
penambahan modal dari sebesar 115,80 pada triwulan sebelumnya menjadi 116,65. Peningkatan biaya produksi yang paling tinggi terjadi pada komponen upah buruh tani
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
91
Tabel 6.8 Ranking IPM 2007 Menurut Provinsi
Sumber : Badan Pusat Statistik
yang disebabkan antara lain peningkatan permintaan terhadap jumlah pekerja di sektor pertanian seiring masa panen.
Tabel 6.7 Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
6.5. Indeks Pembangunan Manusia IPM