1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
16
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB
Provinsi Sumsel ADHK 2000
Proyeksi Bank Indonesia Palembang
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Grafik 1.2
Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Sumsel
Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Kondisi cuaca yang kurang kondusif yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan kinerja sektor pertanian mengalami perlambatan dibanding kinerja tahunan
triwulan sebelumnya. Melambatnya kinerja sektor pertanian sebagai sektor ungulan Sumsel berdampak pada penurunan daya beli masyarakat sehingga menyebabkan kinerja sektor
PHR pun mengalami perlambatan. Sektor pertambangan dan
penggalian diproyeksikan mengalami
pertumbuhan tahunan paling rendah yakni sebesar 1,3 yoy, namun lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,8 yoy.
Berdasarkan pemantauan pada beberapa perusahaan
yang bergerak di sektor ini, menguatnya harga minyak bumi dan batu bara tidak
diiringi dengan meningkatnya volume produksi sehingga menyebabkan kinerja sektor pertambangan menjadi belum sepenuhnya
optimal.
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Triwulanan
Pertumbuhan ekonomi Sumsel secara triwulanan diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 0,4 qtq. Namun demikian kondisi tersebut mengalami perbaikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencatatkan kinerja triwulanan yang
terkontraksi sebesar 4,4 qtq. Selain faktor siklikal yakni triwulan I
merupakan masa panen tanaman pertanian, tingginya harga
komoditas primer cukup membantu kinerja perekonomian Sumsel untuk
tidak terperosok lebih dalam karena faktor cuaca yang tidak kondusif.
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
17
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan qtq Sektoral
PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Lapangan Usaha
2009 2010
I II
III IV
I
Pertanian 1,0
9,8 18,2
18,9 1,5
Pertambangan dan Penggalian
0,7 0,8
1,4 0,7
0,1 Industri
Pengolahan 1,1
3,5 4,9
2,2 0,6
LGA 0,7
0,8 3,4
1,7 1,3
Bangunan 1,4
3,6 4,6
1,7 3,0
PHR 0,8
1,9 5,3
2,0 2,0
Pengangkutan Komunikasi
0,8 1,4
4,8 4,7
4,2 Keu., Persewaan
Jasa Perusahaan 3,4
0,4 2,3
0,3 0,2
Jasa-jasa 1,9
3,2 2,6
1,4 1,5
Total PDRB 0,1
3,5 6,5
4,4 0,4
Proyeksi Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah
Kinerja perekonomian secara triwulanan pada triwulan I 2010
ditandai dengan penurunan kinerja sektor bangunan, sektor PHR, sektor
pertanian, serta sektor pertambangan dan penggalian dibandingkan dengan
kondisi triwulan sebelumnya. Sektor bangunan diprediksi mengalami
pertumbuhan paling negatif yakni terkontraksi sebesar 3,0 qtq dengan
andil sebesar minus 0,2. Sementara itu, memburuknya kinerja sektor
pertanian sangat mempengaruhi kinerja sektor lainnya, terutama sektor
perdagangan, hotel, dan restoran yang diprediksi mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,0 qtq.
Dari segi kontribusinya, sektor pertambangan dan penggalian
diproyeksikan masih tetap merupakan penyumbang PDRB yang paling besar
dengan pangsa sebesar 22,9. Kontribusi sektor pertambangan dan
penggalian mengalami peningkatan setelah pada triwulan sebelumnya
tercatat memsberi sumbangan sebesar 22,8. Sementara itu sektor pertanian
diproyeksikan memberi sumbangan sebesar 18,3.
Kondisi sektor bangunan diproyeksikan secara triwulanan mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 3,0 qtq, kinerja tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 1,7 qtq.
Grafik 1.4 Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB
Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2010
Sumber : Proyeksi Bank Indonesia Palembang
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
18
Grafik 1.6 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Bermotor
Sumber: Dispenda Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan kegiatan survei bisnis diperoleh informasi bahwa
permintaan perumahan Rumah Sederhana Sehat RSH maupun segmen
rumah menengah ke atas mengalami penurunan terkait meningkatnya harga
jual properti sebesar 5 diawal tahun. Sementara itu, mengkonfirmasi arah
penurunan sektor perumahan, data Asosiasi Semen Indonesia menunjukkan
penurunan penjualan semen sebesar 16,24 qtq.
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran PHR diproyeksikan
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,0 qtq sebagai dampak menurunnya
konsumsi masyarakat terutama di sub sektor perdagangan besar eceran.
Namun demikian, berdasarkan data pendaftaran
kendaraan baru yang diperoleh dari Dispenda Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan
bahwa pendaftaran mobil baru mengalami peningkatan sebesar 21,98 qtq dan
pendaftaran motor mengalami peningkatan sebesar 9,97 qtq.
Kinerja sektor perhotelan diperkirakan mengalami penurunan yang ditandai dengan sedikit menurunnya tingkat
penjualan sewa kamar dan ruang pertemuan. Estimasi data tingkat hunian hotel dari BPS menunjukkan bahwa pada triwulan ini diproyeksikan terjadi penurunan tingkat hunian
hotel dan juga kunjungan wisatawan dalam kisaran 20 s.d 30 qtq.
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
19
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Tandan Buah Segar
di Sumatera Selatan
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah
Kinerja sektor pertanian diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 1,5 qtq.
Namun demikian, kondisi tersebut tercatat lebih baik dibandingkan kinerja pada triwulan sebelumnya yang sempat mengalami
kontraksi sebesar 18,9 qtq. Tingginya curah hujan yang
berdampak pada rendahnya produktivitas sub sektor tanaman
perkebunan diperkirakan menjadi penyebab utama penurunan kinerja
sektor pertanian. Namun demikian, terus membaiknya harga komoditas
primer diyakini dapat menahan laju penurunan kinerja sektor pertanian
secara umum. Walaupun curah hujan tergolong tinggi, masa panen telah menyebabkan produksi
sub sektor tanaman bahan makanan meningkat tajam pada triwulan ini. Hal tersebut terkonfirmasi dari data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel yang
menunjukkan meningkatnya luas panen padi sebesar 324,42 qtq.
Grafik 1.8 Perkembangan Curah Hujan
di Sumatera Selatan
Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten Grafik 1.7
Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar dan Jumlah Wisatawan
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
20
Sementara itu sub sektor tanaman perkebunan diproyeksikan mengalami kontraksi pertumbuhan triwulanan terutama karena kurang kondusifnya faktor cuaca. Walaupun
demikian, membaiknya permintaan pasar dunia yang meningkatkan harga-harga komoditas unggulan Sumsel cukup menolong kinerja sub sektor tanaman perkebunan dari sisi nilai
meski dari sisi volume relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Saat ini petani juga sedang menghadapi naiknya harga pupuk sehingga mempengaruhi biaya
produksi. Membaiknya harga-harga komoditas unggulan di pasar internasional ternyata
belum dapat dimanfaatkan secara optimal di sektor pertambangan dan penggalian. Kinerja sektor pertambangan dan penggalian diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 0,1
qtq dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor ini pada triwulan sebelumnya tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,7 qtq. Hasil monitoring di
beberapa pelaku usaha menunjukkan bahwa stagnannya kapasitas produksi yang dialami pelaku usaha serta tingginya harga bahan baku merupakan penyebab kurang optimalnya
produktivitas sub sektor pertambangan. Rata-rata harga batu bara di pasar internasional pada triwulan I 2010 tercatat di level USD58,30metrik ton atau mengalami peningkatan
sebesar 6,28 qtq dibandingkan posisi triwulan sebelumnya.
Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam LT dan Luas Panen LP Provinsi Sumatera Selatan dalam Ha
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
21
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan pada triwulan ini
diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar 0,2 qtq, relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 0,3 qtq. Melambatnya kondisi ekonomi secara umum pada triwulan ini telah menurunkan kinerja sektor persewaan dan jasa perusahaan.
Bahkan beberapa indikator di sub sektor perbankan menunjukkan sinyal negatif yang ditandai dengan penurunan jumlah
aset, penghimpunan dana, maupun penyaluran kreditpembiayaan secara umum. Sektor Industri Pengolahan diproyeksikan tumbuh sebesar 0,6 qtq,
mengalami perbaikan dibandingkan kondisi pada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,2 qtq. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi sub sektor
industri pengolahan non migas, khususnya crumb rubber mengalami kesulitan dalam penyediaan bahan baku sebagai akibat kurangnya pasokan dari petani seiring curah hujan
yang tinggi serta tingginya tingkat persaingan di industri tersebut. Namun demikian, kinerja sektor tersebut cukup tertolong dengan membaiknya permintaan ekspor dan harga di pasar
internasional yang terus menguat. Rata-rata harga karet di pasar internasional pada triwulan ini mencapai USD 332,36
centkg atau mengalami peningkatan sebesar 28,12 dibandingkan rata-rata harga pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD 259,40 centkg. Sementara itu rata-rata
harga CPO dunia pada triwulan I 2010 tercatat sebesar USD762,03metrik ton, meningkat sebesar 12,81 dibandingkan dengan rata-rata harga pada triwulan sebelumnya.
Grafik 1.10 Perkembangan Harga Batu Bara
di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg Grafik 1.11
Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
22
Sektor listrik, gas, dan air bersih LGA diproyeksikan tumbuh sebesar 1,3
qtq atau mengalami perlambatan dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 1,7 qtq. Salah satu indikatornya tercermin dari data konsumsi listrik dari PT.
PLN Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu WS2JB yang menunjukkan terjadinya penurunan konsumsi listrik dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, program
konversi minyak tanah ke gas yang diiringi peningkatan konsumsi LPG menjadi salah satu pendorong utama perbaikan kinerja sub sektor gas kota pada sektor listrik, gas, dan air
bersih.
Sektor jasa-jasa sebagai penunjang geliat perekonomian diproyeksikan masih
tetap berkinerja stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dengan pertumbuhan sebesar 1,5 qtq, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 1,4 qtq.
Grafik 1.12 Perkembangan Harga Karet
di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.13 Perkembangan Harga CPO
di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.14 Perkembangan Penjualan LPG
Sumber : PT. Pertamina UPMS II
Grafik 1.15 Perkembangan Konsumsi Listrik Total
dan Sektor Rumah Tangga
Sumber : PT. PLN WS2JB
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
23
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan ini diproyeksikan
mengalami pertumbuhan triwulanan paling tinggi yakni sebesar 4,2 qtq, sedikit melambat dibandingkan kinerja yang ditorehkan pada triwulan lalu yang mencapai 4,7
qtq. Tarif komunikasi yang semakin murah seiring berbagai promo dari sejumlah operator seluler tetap mampu menjaga kinerja sub sektor ini tumbuh cukup tinggi selain didorong
juga dengan adanya provider telekomunikasi seluler yang baru. Beberapa kegiatan nasional yang diselenggarakan di Sumsel sedikit banyak telah
mendorong pertumbuhan sub sektor transportasi. Data dari PT. Angkasa Pura II dan dari PT. Pelindo masih menunjukkan tingkat aktivitas transportasi yang cukup tinggi walaupun
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.19 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut
Pelabuhan Boom Baru Provinsi Sumsel
Sumber : PT. Pelindo Boom Baru, diolah
Grafik 1.18 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara
Sumber : PT. Angkasa Pura II, diolah
Grafik 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial
dan Pemerintah
Sumber : PT. PLN WS2JB
Grafik 1.17 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Industri
Sumber : PT. PLN WS2JB
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
24
Grafik 1.20 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang
Sumber : Survei Konsumen KBI Palembang
1.3. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Tahunan