Indeks Pembangunan Manusia IPM Upah Minimum Provinsi UMP Sumsel Tahun 2010 Program Nasional

6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 91 Tabel 6.8 Ranking IPM 2007 Menurut Provinsi Sumber : Badan Pusat Statistik yang disebabkan antara lain peningkatan permintaan terhadap jumlah pekerja di sektor pertanian seiring masa panen. Tabel 6.7 Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

6.5. Indeks Pembangunan Manusia IPM

Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index HDI adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah berkembang atau wilayah terbelakang, serta untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS, IPM Sumatera Selatan pada tahun 2007 adalah sebesar 71,4 atau menempati ranking ke-13 dari seluruh Provinsi di Indonesia. Angka IPM tertinggi masih dimiliki oleh DKI Jakarta, sedangkan IPM terendah adalah Provinsi Papua. Indeks buta aksarahuruf di Sumsel pada tahun 2007 tercatat sebesar 96,66, mengalami perbaikan dibanding kondisi tahun-tahun sebelumnya. Kota Palembang tercatat menempati peringkat kedua wilayah yang memiliki tingkat buta aksarahuruf terendah di Sumsel. 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 92 Tabel 6.9 Ranking IPM – Buta AksaraHuruf Menurut KabupatenKota di Provinsi Sumsel Sumber : Badan Pusat Statistik Tabel 6.10 UMP Sumsel Tahun 2010 Sumber : Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumsel

6.6. Upah Minimum Provinsi UMP Sumsel Tahun 2010

Upah Minimum Provinsi UMP Sumatera Selatan pada tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp927.840,- atau mengalami peningkatan sebesar 12,40 dibandingkan UMP tahun 2009 yang sebesar Rp824.730,-. Sektor bangunan mencatat UMP paling tinggi yakni sebesar Rp1.200.000,- sementara UMP terendah diberlakukan untuk sektor pertanian, sektor pertambangan penggalian, sektor Industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan jasa perusahaan.

6.7. Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri di Sumatera Selatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri yang dimulai sejak tahun 2007 merupakan upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 93 proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Mengingat proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM Mandiri akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development Goals MDGs. Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target- target MDGs tersebut. Tabel 6.11 Lokasi dan Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat BLM PNPM Mandiri Sumber : Sekretariat Tim Pengendali PNPM Mandiri 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 94 PNPM Mandiri terdiri atas empat komponen program yaitu: a. Pengembangan Masyarakat. Komponen Pengembangan Masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. b. Bantuan Langsung Masyarakat Komponen Bantuan Langsung Masyarakat BLM adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin. c. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal Komponen Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal adalah serangkaian kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokalkelompok perduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif dan sebagainya. d. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program Komponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan program. Berdasarkan data dari Sekretariat Tim Pengendali PNPM Mandiri, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2010 ini di Sumsel terdapat 111 kecamatan yang termasuk dalam program PNPM Perdesaan dengan alokasi Bantuan Langsung Masyarakat BLM sebesar Rp254,75 miliar. Sedangkan jumlah kecamatan yang termasuk dalam program PNPM Perkotaan tercatat sebanyak 39 kecamatan dengan alokasi BLM sebesar Rp52,05 miliar. 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 95 Total BLM yang dialokasikan di Sumsel pada tahun 2010 direncanakan sebesar Rp431,05 miliar yang terbagi atas : i Program PNPM Perdesaan sebesar Rp254,75 miliar, ii Program PNPM Perkotaan sebesar Rp52,05 miliar, dan iii Program PNPM Infrastruktur Perdesaan sebesar Rp124,25 miliar. Sumber pembiayaan BLM tersebut didominasi oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN yakni sebesar 84,25 atau mencapai Rp363,18 miliar. 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 96 “MENGEMPESKAN” KANTONG KEMISKINAN KOTA PALEMBANG MELALUI PENGEMBANGAN BUDIDAYA ITIK DI KELURAHAN PULOKERTO Tingkat kemiskinan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan masih cukup tinggi dibandingkan dengan kabupatenkota lain di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan data BPS 2007, jumlah penduduk miskin penerima Bantuan Langsung Tunai BLT di Kota Palembang sebanyak 99.396 KK atau 17,86dari seluruh penerima BLT di Provinsi Sumatera Selatan atau kabupatenkota tertinggi penerima BLT. Tanpa mengabaikan fakta bahwa Kota Palembang sebagai kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera Selatan, angka tersebut perlu mendapatkan perhatian. Jumlah penduduk miskin tersebut paling banyak tersebar di 10 kelurahan, yaitu : 3 – 4 Ulu, Sentosa, Sei Lais, Talang Betutu, Karya Baru, Sukajadi, Sri Mulya, Pulokerto, Karya Jaya, dan Kramasan. Sedangkan jumlah kelurahan yang ada di Kota Palembang sebanyak 36 kelurahan dengan jumlah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Berdasarkan hasil survei lapangan 2008 dengan menggunakan indikator jumlah penduduk miskin, keterbatasan sarana dan parasarana, serta potensi dan kendala dapat disimpulkan bahwa dari 10 kelurahan miskin terdapat 3 tiga kelurahan yang kondisinya paling memprihatinkan yaitu Kelurahan Pulokerto, Karya Jaya, dan Keramasan. Malangnya, diantara ketiga kelurahan tersebut, Kelurahan Pulekerto lebih tidak diuntungkan secara geografis karena tidak berada pada jalur lintasan kendaraan antar kotakabupaten. Kelurahan Pulokerto berada pada wilayah perbatasan antara Kota Palembang dengan Kabupaten Banyuasin, Ogan Ilir, dan Muara Enim dengan fasilitas jalan darat yang terbatas belum ada jalan tembus antar kabupaten. Akibatnya kemajuan pembangunan ekonomi di Kelurahan Pulokerto masih sangat lambat dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kota Palembang. Melihat kenyataan di atas, Bank Indonesia Palembang berupaya untuk berperan serta dalam mengurangi kemiskinan di Pulokerto. Bentuk peran serta tersebut diwujudkan dengan memberikan bantuan pemberdayaan melalui Bank Indonesia Social Responsibility yang pada hakekatnya merupakan perwujudan dari tanggung jawab sosial lembaga Corporate Social Responsibility CSR. Dalam tahap awal, program yang disusun adalah konsep pemberdayaan masyarakat capacity building dan membangun kewirausahaan melalui pengembangan budidaya itik. Bantuan ini bukan hanya sekedar pemberian bantuan satu arah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang tetapi lebih merupakan sebuah upaya untuk memfasilitasi keinginan masyarakat untuk mandiri dalam menggapai kesejahteraannya. Alasan dipilihnya budidaya itik sebagai program pemberdayaan masyarakat di Kel. Pulokerto, Kec. Gandus, antara lain karena : i Kelurahan Pulokerto terletak di sisi Sungai Musi yang berlimpah air yang setiap tahun menggenangi areal persawahan pasang surut warga. Sawah pasang surut ini hanya bisa ditanami saat kondisi surut atau sekali masa tanam dalam setahun. Selebihnya wilayah persawahan tersebut lebih tepat dikatakan sebagai rawa. Sawah dengan kondisi pasang surut tersebut dirasakan sangat cocok untuk daerah pengembangan itik yang secara alami sangat menyukai daerah perairan. Suplemen 6 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 97 Grafik 1. Mekanisme Pengembangan Budidaya Itik di Pulokerto ii Sumber pakan alami untuk itik tersedia secara cukup di daerah Pulokerto. Sawah yang bisa ditanami sekali dalam setahun akan memberikan sumber pakan dalam bentuk gabah sisa panen ataupun beras sisa. Sementara banyaknya keong mas atau yang biasa disebut oleh masyarakat sekitar sebagai “gondang” dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan alami itik. Dan daerah perairan Sungai Musi dan sekitarnya juga menyediakan enceng gondok yang juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pakan. iii Budidaya itik bukan merupkan hal baru bagi masyarakat Pulokerto. Selama ini banyak masyarakat yang telah memelihara itik walaupun dalam jumlah kecil sehingga ini bisa dijadikan sebagai modal pengetahuan untuk pengembangan budidaya itik dalam skala yang lebih besar. iv Peluang pasar itik di Kota Palembang masih cukup besar. Selama ini pasokan itik banyak didatangkan dari daerah Karang Agung dan Belitang. Mekanisme pengembangan budidaya itik itu sendiri dirancang sedemikian rupa sehingga dengan berbekal mesin penetas telur dan modal kerja berupa telur itik, Kelurahan Pulokerto diharapkan dapat berkembang menjadi salah satu sentra budidaya itik di Sumatera Selatan. Pada tahap awal bantuan ini akan dipergulirkan di antara sesama anggota kelompok sebelum pada gilirannya akan digulirkan juga kepada kelompok lain. Mekanisme pengembangan budidaya itik tersebut sebagai berikut : 1. Kelompok masyarakat, dalam hal ini Kelompok Swadaya Masyarakat KSM Bina Usaha mendapat bantuan 2 unit mesin penetas dan modal kerja untuk 2 kali putaran penetasan. Jumlah telur itik yang ditetaskan untuk satu kali penetasan sebanyak 400 butir dengan lama penetasan 26 hari. Dari 400 butir telur tersebut diperkirakan akan dihasilkan Daily Old Duck DOD sebanyak 360 ekor asumsi tingkat penetasan sebesar 90. 2. Pembesaran DOD dilakukan selama 90 hari untuk menghasilkan itik remaja. Dengan asumsi tingkat kematian sebesar 10, diperkirakan akan dihasilkan itik remaja sebanyak 324 ekor. Apabila diasumsikan komposisi itik jantan dengan betina adalah 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 98 1 : 1 maka akan dihasilkan itik remaja jantan dan betina, masing-masing sebanyak 162 ekor. 3. Sebagian besar anakan itik jantan remaja yaitu sebanyak 146 ekor 90 dijual oleh kelompok kepada masyarakat atau pedagang dengan harga Rp25.000ekor, sehingga diperoleh pendapatan kotor sebesar Rp3,65 juta. Sementara itu, itik betina remaja sebanyak 162 ekor dan itik remaja jantan sebanyak 16 ekor dibagikan oleh kelompok kepada 31 orang anggota kelompok masing-masing anggota kelompok mendapat 5-6 ekor itik betina remaja dan 1-2 ekor itik jantan remaja. 4. Anggota kelompok berkewajiban memelihara itik remaja tersebut sampai bertelur. Setelah itik bertelur usia 5 – 6 bulan, anggota kelompok berkewajiban menyetor telur kepada kelompok sesuai kesepakatan kelompok sampai nilai telurnya sama dengan nilai bantuan anakan itik. 5. Kelompok mempunyai kewajiban secara terus menerus untuk menggulirkan itik betina remaja hasil usaha penetasan. Pembagian keuntungan dari usaha kelompok akan diatur sesuai dengan musyawarah kelompok. 6. Agar usaha kelompok berjalan sesuai dengan rencana dan perguliran itik betina remaja dapat berjalan secara terus menerus maka kelompok akan dibina oleh LSM yang telah melakukan pembinaan kepada kelompok sejak lama dalam pengembangan budidaya sapi. Mengingat bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia Palembang merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dan bukan sekadar sebagai belas kasihan saja, Bank Indonesia berupaya untuk merancang sistem pemberdayaan tersebut sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat berjalan secara berkesinambungan. Bantuan yang diberikan bukan dalam bentuk pembagian dana secara cuma-cuma, tetapi diwujudkan dalam bentuk mesin penetas dan keperluan modal kerja untuk pembelian telur itik dan pakan. Untuk mengawal program pemberdayaan tersebut, Bank Indonesia telah mempersiapkan pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat bekerjasama dengan LSM INTAN. Pelatihan yang sedang dipersiapkan dirancang untuk memberikan bekal pengetahuan teknis dan juga penguatan kelembagaan kelompok masyarakat. Unsur penguatan kelembagaan kelompok sengaja diperkuat dengan tujuan agar masing-masing individu dalam kelompok dapat saling membantu dan mendorong anggota yang lain dalam meraih kesuksesan. Bukan saja budidaya itiknya yang berkembang, tetapi kemandirian dan rasa tolong menolong warga merupakan hal yang ingin dicapai dalam program pemberdayaan ini. LSM pendamping yang ditunjuk diharapkan dapat memberikan dorongan dan menumbuhkan tanggung jawab warga dalam bentuk konsultansi dan koordinasi antar anggota melalui rapat kelompok. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH • Laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan II 2010 seiring dengan terus membaiknya prospek perekonomian Indonesia, peningkatan ekspor, dan peningkatan penyaluran kreditpembiayaan perbankan. • Inflasi diperkirakan meningkat antara lain didorong oleh ekspektasi excess demand ke depan, tingginya rencana pembangunan fisik, dan kenaikan Tarif Dasar Listrik TDL • Hasil simulasi menunjukkan kenaikan TDL sebesar 10 akan meningkatkan inflasi secara langsung sebesar 0,30. • Perbankan diperkirakan lebih ekspansif sebagai respon dari semakin jelasnya prospek bisnis dan tingginya rencana investasi.

7.1. Pertumbuhan Ekonomi