Latar Belakang RENSTRA PERLINDUNGAN TAHUN 2010 2014

2 Agricultural Practices pada tingkat usaha tani serta penerapan quality control yang belum optimum. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya klaim dan penolakan dari negara pengimpor akibat tidak terpenuhinya persyaratan Sanitary and Phytosanitary SPS. Sebagai contoh dikenakannya penahanan otomatis automatic detention oleh United States Food and Drug Administration USFDA terhadap ekspor biji kakao asal Indonesia. Diratifikasinya berbagai aturan perdagangan dalam WTO memberikan konsekuensi terhadap Indonesia untuk mengaplikasikannya dalam pelaksanaan agribisnis perkebunan. Pelaksanaan surveillance OPT perkebunan pada komoditas yang diekspor merupakan salah satu contoh dari persyaratan aturan International Standard for Phytosanitary Measures ISPM Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan dan kebugaran kaitannya dengan konsumsi makanan, telah meningkatkan tuntutan terhadap produk perkebunan akan kandungan nutrisi yang sehat, aman dan menunjang kebugaran. Disamping itu meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup dan pentingnya faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 telah mendorong masuknya aspek tersebut dalam pertimbangan penerapan agribisnis perkebunan. Undang Undang No.18 tahun 2004 tentang “Perkebunan”, mengamanatkan bahwa pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan, sehingga peran penting perkebunan sebagai penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, pendorong pengembangan industri hilir perkebunan di dalam negeri, pendukung pengembangan wilayah serta pendukung kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, akan semakin meningkat. Saat ini telah dan sedang terjadi pergeseran paradigma, yaitu pergeseran peran dari serba negara ke swastamasyarakat, kewenangan dari sentralisasi ke desentralisasi, politik dan budaya dari lokal tradisional ke global. Peran pemerintah bergeser lebih kepada pelayanan, fasilitasi, dan regulasi, dengan maksud agar jalannya kepemerintahan menjadi tertib dan teratur serta semua stakeholder yang terkait dapat bergerak dan berfungsi secara optimal dalam pembangunan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka mencapai pengelolaan kegiatan yang lebih akuntabel, transparan, dan partisipatif, serta pemberian pelayanan publik yang prima kepada 3 masyarakat, sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah serta dalam rangka perwujudan Good Governance, maka Pemerintah saat ini telah dan sedang melakukan Reformasi Birokrasi. Perubahan lingkungan domestik lainnya seperti diterbitkannya UU No.221999 yang telah direvisi dengan UU No 322004 tentang Pemerintahan Daerah, PP 252000 tentang Kewenangan pemerintah dan Kewenangan propinsi sebagai daerah otonom dan PP No.38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota, membawa perubahan penting dalam pelaksanaan pembangunan agribisnis perkebunan. Peran masyarakat menjadi lebih dominan serta peran pemerintah daerah menjadi lebih besar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat termasuk dalam pembangunan perlindungan tanaman. Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupatenkota menjadi hal yang sangat penting untuk dapat terlaksananya pembangunan perlindungan tanaman perkebunan yang efektif dan efisien. Dengan memperhatikan perubahan lingkungan strategik internasional dan domestik tersebut diatas dan dalam rangka mendukung tercapainya peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil tanaman perkebunan yang berkelanjutan serta mencapai berbagai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dan mengacu kepada Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan Tahun 2010-2014, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 serta Tugas Pokok dan Fungsi Tupoksi Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Pedoman Penyusunan Renstra KementerianLembaga Renstra-KL 2010-2014 dari Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan NasionalBAPPENAS, maka disusunlah “Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2010- 2014 ”.

1.2 Kondisi Umum

1.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.61Permentan OT.140102010 tgl 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, merupakan salah satu unit kerja eselon 1 dengan susunan organisasi sebagai berikut : a. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan b. Direktorat Tanaman Semusim 4 c. Direktorat Tanaman Tahunan d. Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar e. Direktorat Perlindungan Perkebunan f. Direktorat Pasca Panen dan Pembinaan Usaha Tugas Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Direktorat Perlindungan menyelenggarakan fungsi : 1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme penganggu tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; 2. pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme penganggu tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; 3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan pengendalian organisme penganggu tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; 4. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pengendalian organisme penganggu tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; dan 5. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan.

1.2.2 Organisasi

Organisasi Direktorat Perlindungan Perkebunan terdiri dari:

1. Sub Direktorat

Identifikasi dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT Tanaman Semusim. Tugas pokoknya adalah melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pengendalian OPT tanaman semusim, dengan fungsi :