Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan

24 2. Meningkatkan sistem pengamatan, peramalan, pemantauan, dan pengendalian OPT serta antisipasi dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran lahan perkebunan; 3. Memantapkan jejaring dan kerjasama di bidang perlindungan dengan PuslitBalit, BBP2TP, BPTP, UPTD, Dinas Perkebunan, dan pihak terkait lainnya; 4. Memperkuat sistem informasi perlindungan perkebunan. Nilai-nilai yang melandasi pelaksanaan pelayanan Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah kebersamaan, keterbukaan dan profesional, yaitu: 1. Kebersamaan, rencana kerja disusun secara demokratis dan tugas dilaksanakan secara bersamatim guna mencapai hasil yang optimal.

2. Keterbukaan, sebagai upaya menuju pemerintahaan yang bersih dan

akuntabel untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

3. Profesional, fasilitasi pelayanan dilakukan secara efisien dan efektif

berdasarkan tuntunan agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan didukung SDM yang handal. Motto adalah Jujur dan kreatif. Jujur terhadap pribadi, keluarga, dan institusi sesuai dengan tuntunan agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan didukung SDM yang profesional yang dilandasi kreatifitas. Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan 2010 - 2014 sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010 - 2014, maka tujuan Direktorat Perlindungan Perkebunan sebagai berikut: 1 Menyiapkan rumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan. 2 Menyiapkan rumusan kebijakan penanggulangan gangguan usaha perkebunan dan dampak perubahan iklim. 3 Memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan dan penanggulangan gangguan usaha perkebunan dan dampak perubahan iklim. 4 Meningkatkan pengawasan dan pengawalan melalui pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pengendalian organisme 25 pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan dan penanggulangan gangguan usaha perkebunan. 5 Meningkatkan pengawasan dan pengawalan melalui pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penanggulangan gangguan usaha perkebunan dan dampak perubahan iklim. 6 Meningkatkan pelayanan organisasi. Sasaran strategis dan indikator kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan yang ingin dicapai sesuai dengan tupoksi yang diemban seperti pada Tabel 10 berikut ini : Tabel 10. Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan TUJUAN SASARAN STRATEGIS KET URAIAN INDIKATOR 1 2 3 4 1. Menyiapkan rumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan, Rumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan. Tersusunnya dokumen rumusan kebijakan 2. Menyiapkan rumusan kebijakan penanggulangan gangguan usaha perkebunan dan dampak perubahan iklim Rumusan kebijakan penanggulangan gangguan usaha dan dampak perubahan iklim. Tersusunya dokumen rumusan kebijakan 3. Memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan, serta penggalangan gangguan usaha perkebunan dan dampak perubahan iklim Norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan, serta penanggulangan gangguan usaha perkebunan dan Tersusunnya : 1. Pedoman Umum 2. Pedoman Teknis 3. SOP 4. Publikasi 26 TUJUAN SASARAN STRATEGIS KET URAIAN INDIKATOR 1 2 3 4 dampak perubahan iklim 4. Meningkatkan pengawasan dan pengawalan melalui pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan, Kebijakan dan NSPK di bidang identifikasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan OPT tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan, 1. Terlaksananya pengawalan, dan monitoring dan evaluasi di tk provinsikab 2. Terlaksananya pembinaan, monev di tk UPT Pusat 3. Terlasananya pembinaan dan monev pada perangkat perlindungan 4. Terlaksananya pembinaan dan monev pada Pejabat Fungsional Pengendali OPT Perkebunan 5. Tersusunya Rekomendasiinfo rmasi teknis 5. Meningkatkan pengawasan dan pengawalan melalui pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penanganan dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran. Kebijakan dan NSPK penanganan dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran. 1. Terlaksananya pembinaan dan monev di provinsikab 2. Terlaksananya pembinaan, monev di tk UPT Pusat 3. Terlasananya pembinaan dan monev di perangkat perlindungan 4. Tersusunnya Rekomendasiinfo rmasi teknis 6. Meningkatkan pelayanan organisasi Meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan organisasi Terlaksananya pelayanan internal dan eksternal 27 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkebunan 3.1.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode 2010-2014, dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010- 2014 yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah Mensinergiskan seluruh sumberdaya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintah yang baik. Adapun kebijakan teknis pembangunan perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu “Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan yaitu : Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan system informasi manajemen perkebunan. 3.1.2. Strategi Pembangunan Perkebunan 1 Strategi Umum Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode 2010-2014, strategi pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi strategi umum pembangunan 28 perkebunan tahun 2010-2014. Komponen tujuh gema revitalisasi tersebut sebagai berikut : a. Revitalisasi lahan Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian. b. Revitalisasi perbenihan Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan benihbibit yang unggul akan memproduksimelahirkan produksi yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era Revolusi Hijau ditahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini antara lain juga karena penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka perangkat perbenihanperbibitan harus kuat. c. Revitalisasi infrastruktur dan sarana Jalan usaha tani sangat penting meningkatkan efisiensi usaha tani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usaha tani dan jalan tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah sentra produksi pertanian. d. Revitalisasi sumber daya manusia Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian. Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan aparatur pertanian. 29 e. Revitalisasi pembiayaan petani Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah kebawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminanagunan yang dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan yang sudah ada, dan; menumbuhkan kembali koperasi khusus dibidang pertanian. f. Revitalisasi kelembagaan petani Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia petani yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi. g. Revitalisasi teknologi dan industri hilir. Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan, pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian lapangan dan kelembagaan petani; mendorong pengembangan industri pengolahan pertanian di perdesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga komoditas pertanian, dan; meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir. 30 2 Strategi Khusus Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karateristik khusus sub sector perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut : 1 Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan 2 Pengembangan komoditas 3 Peningkatan dukungan terhadap system ketahanan pangan 4 Investasi usaha perkebunan 5 Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan 6 Pengembangan sumberdaya manusia 7 Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha 8 Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Perlindungan Perkebunan

3.2.1. Arah Kebijakan Direktorat Perlindungan Perkebunan

Dengan memperhatikan arah kebijakan dan strategi pembangunan perkebunan periode 2010-2014, dalam menjalankan tugas pelaksanaan, Direktorat Perlindungan Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2010-2014. Berdasarkan ketujuh gema revitalisasi pembangunan perkebunan, maka arah kebijakan Umum Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah: “Memperkuat SDM, kelembagaan, sarana dan prasarana perlindungan guna mengurangi kehilangan hasil dan memperbaiki mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat dalam identifikasi dan pengendalian OPT serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran. Kebijakan teknis Direktorat Perlindungan Perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum yaitu : 31

A. Aspek OPT

1. Perlindungan merupakan tanggung jawab masyarakat, pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan yang ada. 2. Perlindungan Tanaman dengan sistem PHT Budidaya Tanaman Sehat, pengamatan, pemanfaatan dan pelestarian musuh alami. Mendorong agar petani mau dan mampu secara mandiri menerapkan PHT yang memperhatikan keragaman ekologi dan sosial budaya, aspek ekonomi, keunggulan komparatif dan kompetitif, keberlanjutan produksi dan mutu produk. 3. PHT harus menjiwai Sistem dan Usaha Agribisnis 4. Dalam keadaan Eksplosi pemerintah secara berjenjang dapat membantu sarana atau peralatan pengendalian sesuai dengan kemampuan. 5. Fasilitasi Penyediaan Data dan Informasi Penyediaan dan pendistribusian Informasi keadaan OPT dan Non OPT komponen iklim kepada user. 6. Karantina sebagai garda terdepan perlindungan tanaman.

B. Aspek Non OPT

1. Pencegahan kebakaran melalui penerapan PLTB 2. Mendorong optimalisasi sistem peringatan dini kebakaran lahan dan dampak perubahan iklim 3. Adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim

3.2.2. Strategi Direktorat Perlindungan Perkebunan

Berdasarkan strategi pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014, maka dengan memperhatikan kondisi dan keterbatasan yang ada maka strategi yang ditempuh adalah : 1 Strategi Umum Sesuai ketujuh komponen strategi pembangunan perkebunan, maka strategi umum Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2010-2014 adalah strategi yang terkait dengan revitalisasi sumberdaya manusia dan revitalisasi kelembagaan petani dengan mengacu kepada tugas pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah :