Dari pernyataan di atas bahwa pengindeksan otomatis memiliki lebih banyak Keunggulan daripada pengindeksan manual. Keunggulan itu dapat dilihat dari
berbagai aspek antara lain, biaya, waktu, kemampuan mengindeks, kelengkapan, spesifikasi, kemampuan menampilkan indeks saat menelusur, pencarian dan
penampilan sintaksis, dan penggantian surrogation.
2.2 Teknik Pengindeksan Subjek pada Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah merupakan karya tulis yang banyak dimanfaatkan kalangan sivitas akademik untuk bahan rujukan dalam melakukan penelitian. Untuk
memudahkan penelusuran artikel ilmiah, diperlukan indeks subjek. Indeks subjek tersebut dibutuhkan dalam rangka memperkecil waktu pencarian serta
memaksimalkan keberhasilan penelusuran artikel. Oleh karena itu penggunaan indeks subjek dalam penelusuran artikel menjadi sangat penting.
“Menurut Cortez 2007: 3, ada cara pengindeksan subjek pada artikel. Adapun langkah-langkah tersebut adalah: memilih jurnal elektronik yang akan
di indeks subjeknya. Kemudian pilih 1 atau 2 tesaurus atau daftar kontrol vacabulary yang spesifik misalnya: ERIC atau Medical Subject Heading
untuk topik jurnal dan satu lagi tesaurus yang umum misalnya: Library of Congres Subject Headings”.
Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa teknik pengindeksan subjek
pada artikel ilmiah dapat dilakukan dengan memilih jurnal yang akan diindeks, kemudian memasukkan istilah ke dalam bahasa indeks yang dikonsultasikan dengan
kosa kata terkendali seperti ERIC, Library of Congres Subject Headings, dll. Dalam teknik pengindeksan dikenal istilah kebijakan pengindeksan indexing policy. Ini
berarti sampai sejauh atau sedalam mana pengindeks melakukan analisis dan penentuan istilah indeks terhadap suatu artikel yang diindeks. Dikenal misalnya
pengindeksan mendalam depth indexing dan pengindeksan ringkas summarization indexing.Pengindeksan mendalam berusaha mengambil semua konsep utama dari
dokumen, termasuk subtopik dan subtema. Pengindeksan mendalam pada umumnya dilakukan dalam dunia pusat dokumentasi informasi dan perpustakaan. Pengindeks
hanya berusaha mencari satu konsep utama untuk menentukan isi dari suatu dokumen. Sedangkan pengindeksan ringkas hanya mengeluarkan konsep utama dari
Universitas Sumatera Utara
suatu dokumen dan hanya mengambil konsep yang ada dalam tema utama. Pengindeksan mendalam biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga penerbit
informasi, misalnya pengindeks jurnal. Penerbit indeks jurnal biasanya menetapkan konsep yang diambil dari sub-sub bab dari suatu artikel pada jurnal.
2.3 Bahasa Indeks