Perbandingan Indeks Subyek pada Journal Education For Library and Information Science dengan Hasil Indeks Subyek Menggunakan Dalil Zipf’s

(1)

PERBANDINGAN INDEKS SUBYEK PADA JOURNAL EDUCATION FOR LIBRARY AND INFORMATION SCIENCE DENGAN HASIL INDEKS

SUBYEK MENGGUNAKAN DALIL ZIPF’S

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam

bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Oleh :

YANTI M MANURUNG 080709033

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Perbandingan Indeks Subyek Pada Journal Education For Library And Information Science Dengan Hasil Indeks Subyek Menggunakan Dalil Zipf’s

Oleh : Yanti M. Manurung

Nim : 080709033

Pembimbing I : Drs. Jonner Hasugian, M.Si

NIP : 19591122 198702 1 002

Tanda tangan :

Tanggal :

Pembimbing II : Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd

NIP : 19570407 198603 2 001

Tanda tangan :


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Perbandingan Indeks Subjek Pada Journal Education For Library And Information Science Dengan Hasil Indeks Subjek Menggunakan Dalil Zipf’s

Oleh : Yanti M. Manurung

Nim : 080709033

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI Ketua : DR. Irawati A. Kahar, M.Pd

NIP : 19511119 198601 2 001

Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : DR. Syahron Lubis, M.A

Tanda Tangan :


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, 25 Juli 2012 Penulis

Yanti M. Manurung 080709033


(5)

ABSTRAK

Manurung, Yanti Meliana. 2012. Perbandingan Indeks Subjek Pada Journal Education For Library And Information Science Dengan Hasil Indeks Subjek Menggunakan Dalil Zipfs. Medan : Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan salah satu kajian bibliometrika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan indeks subjek yang terdapat pada tiap artikel journal education for library and information science tahun 2011 dengan hasil indeks subjek menggunakan dalil Zipfs.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu membandingkan indeks subjek yang ada pada jurnal dengan hasil indeks subjek yang diperoleh menggunakan dalil Zipfs. Unit analisis dalam penelitian adalah artikel yang terdapat pada Journal Education For Library And Information Science Tahun 2011 Volume 52 Issue winter dan spring yang memuat 17 judul artikel.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa 14 artikel atau sebesar 82,35% dari 17 total artikel yang dibandingkan dengan hasil indeks subjek menggunakan dalil Zipfs relevan dengan indeks subjek yang terdapat pada artikel jurnal. Sebanyak 1 artikel atau sebesar 5,88% menyatakan indeks subjek yang dibandingkan tidak relevan. Kemudian 2 artikel atau sebesar 11,76% mnghasilkan indeks subjek yang tidak relevan dengan subjek yang dihasilkan menggunakan dalil Zipfs.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-NYA telah diberikan kesabaran dan dengan kasihrahmat-NYA dimampukan saya untuk menyelesaikan skripsi ini . DIA adalah sumber kekuatan dan kehidupanku. Dengan berbagai rintangan, masalah telah saya lalui dalam penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi yang saya tulis adalah “Perbandingan Indeks Subyek Pada Journal Education For Library And Information Science DenganHasil Indeks Subyek Menggunakan Dalil Zipf’s”.

Dengan kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada orang tua yang saya sayang yaitu ayahanda B.Manurung dan Ibunda H.Sitorus. Saya sangat bersyukur karena, mereka masih tetap membimbing saya dengan penuh cinta kasih disaat suka dan duka khusunya pada masa-masa penulisan skripsi ini.

Penulis masih menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi penulis dan dapat diperbaharui untuk kedepannya.

Penulisan skripsi ini dapat selesai karena adanya bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menggucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut membantu dalam penulisan skripsi sampai selesai. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Ibu DR. Irawaty A. Kahar, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Jonner Hasugian, Msi. Selaku pembimbing I yang banyak memberikan bimbingan dan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd. Selaku pembimbing II yang juga memberikan bimbingan dan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.


(7)

5. Ibu Himma Dewiyana, S.T, M.Hum selaku Penasehat Akademik penulis yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi ini dan juga terima kasih buat setiap bimbingan ibu selama masa kuliah.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studu Ilmu Perspustakaan yang telah mendidik dan membantu penilis selama masa perkuliahan.

7. Kepada saudara–saudariku tercinta Erika, Resiska, Frinelvika serta adikku tersayang Agus dan Budi. Tak lupa kepada keponakanku (Bella, Yehezkiel dan Grace) yang lucu selalu membuatku tertawa dan tersenyum.

8. Kepada teman-teman satu SMP (Melati, Elfrida, Friska, Mariatur, Mayasari) terima kasih buat persahabatan muda kita yang tak pernah berakhir dan kesabaran teman-teman memberikan nasehat pada saya. 9. Kepada sahabat-sahabat terdekatku Debora, Adonia, Dewi Sartika , Ira

Purba, Tiorlida, Demak Manjo yang selalu mendoakan aku, terkhusus juga buat Lorenta Erika Sembiring dan spesial buat Limson Simanjuntak, S.T yang selalu menemaniku saat suka dan duka.

10.Untuk angkatan 2008 (Emi, Clara, Nova, Lois, Riris, Berlian, Fina, Fitri, Ririn, Morina, dkk) yang selalu memberiku semangatdan nasehat-nasehat. 11.Untuk teman–teman kampung susuk (Anton, Simson, Robin, Shandi, Leo,

dan semua yang tidak disebutkan satu persatu) terima kasih buat doa teman-teman.

Harapan penulis adalah semoga skripsi ini bermaanfaat bagi semua pihak yang menbutuhkannya, atas perhatiannya terima kasih.

Medan, Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Masalah ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengindeksan Subjek ... 6

2.1.1 Pengindeksan Subjek Secara Manual... 7

2.1.1.1 Thesaurus Sebagai Alat Temu Kembali Informasi ... 12

2.1.2 Pengindeksan Subjek Secara Automasi ... 14

2.1.3 Perbedaan Antara Pengindeksan Subjek Secara Manual dan Automasi... 14

2.2 Teknik Pengindeksan Subjek Pada Artikel Ilmiah... 19

2.3 Bahasa Indeks ... 20

2.3.1 Bahasa Alamiah ... 20

2.3.2 Kosa Kata Terkendali ... 23

2.4 Dalil Zipfs ... 24

2.4.1 Pengertian Dan Sejarah Zipfs... 24

2.4.2 Perkembangan dan Aplikasi Dalil Zipfs ... 25

2.4.2.1 Titik Transisi ... 26

2.4.3 Prosedur Penentuan Indeks Subjek Dengan Dalil Zipfs ... 27


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Unit Analisis ... 32

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3 Teknik Analisis Data ... 33

3.3.1 Memilih Dokumen Uji ... 33

3.3.2 Pengindeksan Subjek Dengan Dalil Zipfs ... 33

3.3.3 Interpretasi Terhadap Indeks Subjek Dokumen ... 35

3.4 Membandingkan Hasil Pengindeksan Subjek Menggunakan Dalil Zipfs dan Manual ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Judul Artikel Dalam Journal OF Education For Library And Information Science ... 36

4.2 Penentuan Indeks Subjek Menggunakan Dalil Zipfs ... 37

4.3 Indeks Subjek Pada Journal Of Education For Library And Inforamtion Science ... 42

4.3.1 Indeks Subjek Yang Terdapat Pada Artikel Jurnal Issue Winter 2011 ... 43

4.3.2 Indeks Subjek Yang Terdapat Pada Artikel Jurnal Issue Spring 2011 ... 45

4.4 Perbandingan Indeks Subjek Yang Terdapat Pada Artikel Jurnal Dengan Hasil Subjek Menggunakan Dalil Zipfs ... 48

4.4.1 Membandingkan Indeks Subjek Pada Artikel Jurnal Dengan Hasil Indeks Subjek Dari Dalil Zipfs Untuk Issue Winter ... 49

4.4.2 Membandingkan Indeks Subjek Pada Artikel Jurnal Dengan Hasil Indeks Subjek Dari Dalil Zipfs Untuk Issue Spring ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56


(10)

LAMPIRAN

I. Indeks Subjek Yang Terdapat Pada Artikel Dalam Journal Of Education For Library And Information ScienceVol. 52 Issue Winter

Digital Library and Digital Curation Education, Part One ... 59

Also Include in This Issue ... 60

Satisfaction of JELIS Subcribers and User ... 61

Museum Informatic Across the Curriculum: Ten Years of Preparing ... 62

Digital Curation for Digital Natives ... 63

LIS Learning Culture: Identifying Disaffected Students ... 64

A Measurement Model of Students Behavioral Intentions to Use Second Life Virtual ... 65

Comparative Evaluation of the Level of Competence Expectations of LIS ... 66

II. Indeks Subjek Yang Terdapat Pada Artikel Dalam Journal Of Education For Library And Information ScienceVol. 52 Issue Spring Digital Library and Digital Curation Education, Part Two ... 67

Also Included in This Issue: Growing the LIS Curriculum ... 68

Education for eScience Professionls: ob Analysis, Curriculum Guidance, and Program Considerations ... 69

DigIn: A hands-on Approach to a digital Curation Curriculum for Professional Development ... 70

Developing and Implementing a Master of Archival Studies Program: A Collaborative Effort ... 71

Social Interaction and the Role of Empathy in Information and Knowledge Management: A Literature ... 72

Introducing Elevator Speeches Into the Curriculum ... 73

Developing and Organizing a Community Engagement Project that Provides Technology Literacy ... 74


(11)

III. Perhitungan Hasil Indeks Subjek Menggunakan Dalil Zipf’s Vol. 52 Issue Winter pada judul:

Digital Library and Digital Curation Education, Part One ... 76 Also Include in This Issue ... 78 IV. Perhitungan Hasil Indeks Subjek Menggunakan Dalil Zipf’s Vol. 52 Issue

Spring pada judul:

Education for eScience Professionls: ob Analysis, Curriculum Guidance, and


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ... 36

Tabel 2 ... 38

Tabel 3 ... 39

Tabel 4 ... 43

Tabel 5 ... 45

Tabel 6 ... 49


(14)

ABSTRAK

Manurung, Yanti Meliana. 2012. Perbandingan Indeks Subjek Pada Journal Education For Library And Information Science Dengan Hasil Indeks Subjek Menggunakan Dalil Zipfs. Medan : Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan salah satu kajian bibliometrika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan indeks subjek yang terdapat pada tiap artikel journal education for library and information science tahun 2011 dengan hasil indeks subjek menggunakan dalil Zipfs.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu membandingkan indeks subjek yang ada pada jurnal dengan hasil indeks subjek yang diperoleh menggunakan dalil Zipfs. Unit analisis dalam penelitian adalah artikel yang terdapat pada Journal Education For Library And Information Science Tahun 2011 Volume 52 Issue winter dan spring yang memuat 17 judul artikel.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa 14 artikel atau sebesar 82,35% dari 17 total artikel yang dibandingkan dengan hasil indeks subjek menggunakan dalil Zipfs relevan dengan indeks subjek yang terdapat pada artikel jurnal. Sebanyak 1 artikel atau sebesar 5,88% menyatakan indeks subjek yang dibandingkan tidak relevan. Kemudian 2 artikel atau sebesar 11,76% mnghasilkan indeks subjek yang tidak relevan dengan subjek yang dihasilkan menggunakan dalil Zipfs.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sebagai salah satu pusat sumber informasi bagi masyarakat luas. Siap menampung serta mengelola sumber-sumber informasi tersebut sehingga dapat disajikan kepada pengguna, untuk memenuhi kebutuhan informasi secara cepat dan tepat. Pengolahan yang dimaksud mencakup kegiatan pengatalogan (catalouging). Salah satu kegiatan pengatalogan dokumen adalah pengindeksan. Pengindeksan adalah salah satu kegiatan utama yang dapat mendukung proses temu kembali suatu dokumen. Pengindeksan yang dimaksud adalah pengindeksan subyek, yang dikenal dengan indeks subyek. Pengindeksan ini mempunyai tujuan yaitu menghasilkan suatu indeks yang digunakan untuk membantu proses temu balik (retrieval) dari suatu dokumen. Pengindeksan subjek menghasilkan deskripsi indeks subyek (index description) yang merupakan deskripsi ringkas mengenai dokumen. Masalah pertama yang dihadapi dalam proses ini adalah menetapkan isi dokumen yang didasarkan pada analisis subjek sehingga harus dikerjakan secara akurat dan konsisten.

Indeks merupakan cantuman dari bermacam-macam atribut yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pencarian dokumen. Jika atribut tersebut berupa subjek, maka indeks yang mewakilinya disebut sebagai indeks subjek. Sedangkan bila atribut tersebut berupa pengarang, maka indeks yang mewakilinya disebut sebagai indeks pengarang. Indeks subjek adalah hasil dari proses analisis terhadap isi suatu artikel atau dokumen. Indeks dibuat terutama untuk keperluan temu kembali informasi dari suatu pangkalan data, ataupun dari dalam suatu karya tercetak. Jadi dalam hal ini indeks subjek berperan sebagai alat untuk mengakses sebuah atau sekumpulan dokumen secara cepat dan tepat.

Secara umum pembentukan indeks subyek dilakukan dengan dua cara yaitu pertama, secara manual yang biasanya dilakukan oleh seorang indekser. Yang kedua, secara otomatis biasanya dilakukan dengan menggunakan program komputer. Pengindeksan manual akan menghasilkan indeks subjek dengan bahasa terkendali, dan menghasilkan kosa kata yang baku karena menggunakan alat seperti


(16)

thesaurus,sedangkan pengindeksan otomatis menghasilkan indeks subyek dengan bahasa alami (tidak terkendali) karena hasil indeks subyek yang dihasilkan dari bahasa dokumen tersebut.

Pengindeksan subjek secara manual biasanya dilakukan oleh pustakawan yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang pengindeksan. Seorang indekser harus mampu menganalisis dan mengevaluasi suatu dokumen artikel/teks serta harus mampu membuat notasi klasifikasi dari suatu dokumen. Hasil indeks subjek yang dihasilkan para indekser akan dicocokkan dengan thesaurus (daftar istilah yang terkandung dalam satu subjek ilmu pengetahuan),LCSH (Library of Congress Subject Headings) merupakan daftar istilah yang terkandung dalam berbagai subjek ilmu pengetahuan, MeSH(Medical Subject Headings), dan lain-lain, sehingga indeks subjek yang dihasilkan oleh indekser merupakan indeks subjek yang terkontrol dan menjadi kosa kata (vocabulary) yang baku.

Permasalahan yang sering terjadi diperpustakaan ialah bahwa proses indeks manual membutuhkan waktu yang lama dan jumlah dokumen yang dapat di indeks terbatas. Dokumen yang datang langsung ke bagian pengadaan kemudian disesuaikan dengan daftar buku-buku yang dibeli. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan stempel inventaris, isi data inventaris, pemeriksaan judul ke OPAC, membuat deskripsi bibliografi dokumen, menentukan nomor kelas, serta menentukan subjek dokumen dimana banyaknya dokumen yang diindeks tergantung dengan banyaknya dokumen yang datang. Pada akhirnya dokumen disajikan bagi pengguna. Hal ini berakibat terhadap pelayanan perpustakaan dimana sebuah dokumen akan lama sampai kepada pengguna sejak dokumen datang. Sebaliknya pengindeksan otomatis prosesnya cepat dan dokumen yang di indeks jumlahnya lebih banyak. Akan tetapi kosakata atau deskripsi indeks yang dihasilkan bukanlah bahasa baku (standard) melainkan bahasa dokumen. Oleh karena itu sering terjadi perbedaan deskripsi indeks yang di hasilkan secara manual dan otomatis.

Penentuan indeks subjek juga dapat dilakukan dengan menggunakan dalil Zipf’s. Pengindeksan seperti ini disebut juga pengindeksan secara otomatis. Pengindeksan ini menghitung frekuensi kata yang sering muncul pada artikel.


(17)

Frekuensi kata yang muncul dijadikan sebagai subyek, tetapi stopword tidak termasuk dalam penentuan subyek.Pengindeksan yang dilakukan dengan menerapkan dalil Zipf’s biasanya digunakan untuk menentukan indeks subjek dari artikel jurnal ilmiah.

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pengindeksan dalil Zipf’s, antara lain yaitu proses pembentukan indeks dan temu kembali informasinya lebih tepat, karena menentukan indeks subyek menggunakan program komputer. Hasil yang diperoleh dengan program komputer bisa memperkecil tingkat kesalahan pengindeksan sampai kepada tingkat yang sangat kecil, akan tetapi istilah indeks dan bahasa indeks yang dihasilkan tidak terkontrol (uncontrol vocabulary), karena tidak dikonsultasikan kepada thesaurus atau tajuk subjek yang baku. Bahasa indeks yang dimaksud ialah kosa kata yang telah dimodifikasi maupun sintaksisnya, sehingga tercipta bahasa yang terkendali.

Berdasarkan fenomena pustakawan yang terdapat di Indonesia masih banyak balum mengenal dan memahami pengindeksan menggunakan dalil Zipf’s untuk menghasilkan subyek pada artikel. Indeks subjek yang dihasilkan oleh dalil Zipf dapat memiliki tingkat persamaan dan perbedaan dengan indeks subjek yang dihasilkan oleh indekser, dimana istilah subjek telah dicocokkan dengan thesaurus.

Penelitian tentang dalil Zipf ini sudah pernah dilakukan oleh Sitohang, Ganda (2009), pada artikel ilmiah dari The Journal of Knee Surgery (Tahun 2008 Volume 21, Issu 2, 3, dan 4). The Journal of Knee Surgery merupakan salah satu jurnal ilmiah di bidang ilmu kedokteran yang secara khusus membahas tentang pembedahaan tulang. Kesimpulan yang diambil bahwa, ada 36 artikel yang diuji coba dengan menggunakan dalil Zipf’s. Diperoleh hasil penelitian penggunaan dalil Zipf’s ternyata memiliki tingkat relevan yang tinggi jika dibandingkan dengan hasil relevan marginal dan hasil indeks subjek yang tidak relevan. Hal ini terbukti dari hasil rekapitulasi, dimana tingkat relevan berjumlah 66% sedangkan tingkat relevan marginal dan tingkat non-relevan masing-masing 17%.

Penulis berkeinginan mencoba untuk menerapkan dalil Zipf’s dalam menentukan indeks subyek artikel ilmiah. Artikel yang akan diindeks adalah artikel


(18)

ilmiah dari Jurnal Of Education For Library and Information Science Tahun 2011, Volume 52 issu 1(winter) dan 2(spring). Jurnal ini merupakan jurnal ilmiah untuk bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang khusus membahas ilmu perpustakaan. Jurnal ini menyediakan informasi praktis mengenai perpustakaan yang sifatnya membangun ilmu dibidang perpustakaan dan perolehan informasi. Keaslian artikel ini telah diuji dan ditinjau oleh para ahli dibidang ilmu perpustakaan yang disebut pustakawan. Informasi yang terkandung dalam artikel jurnal ini sangat berguna bagi pustkawan atau orang yang sedang belajar bidang ilmu perpustakaan dan informasi. Penentuan Indeks subyek pada setiap artikel pada Jurnal Of Education For Library and Information Science (Tahun 2011, Volume 52 issu 1(winter) dan 2(spring))menggunakan thesaurus library.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas yang menjadi masalah adalah,“bagaimana perbandinganindeks subjek yang ada pada

Journal of Education for Library and Information Sciencedengan indeks subjek yang dihasilkan menggunakan dalil Zipf’s?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan indeks subjek yang ada pada Journal of Education for Library and Information Sciencedengan indeks subjek yang dihasilkan menggunakan dalil Zipf’s.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi perpustakaan yang dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang perbandingan indeks subjek yang ada pada jurnal ilmiah dengan indeks subjek yang dihasilkan dalil Zipf’s.

2. Bagi penelitidapat menambah pengetahuan dan refrensi pengetahuan, serta pemahaman tentang perbandingan indeks subjek yang ada panda jurnal ilmiah dengan indeks subjek yang dihasilkan dalil Zipf’s.


(19)

3. Bagi pustakawan pada umumnya, tulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman untuk menentukan indeks subjek artikel ilmiah pada jurnal ilmiah lainnya dengan menggunakan dan menerapkan dalil Zipf’s.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang dijabarkan dalam kajian Bibliometrika. Aspek yang dikaji dalam penelitian ini menggunakan pengindeksan subjek dengan dalil Zipf’s dan pengindeksan secara manual. Pengindeksan dalil zipf’s memberikan keuntungan dalam pencarian informasi karena bahasa yang dipakai adalah asli bahasa dokumen dan juga bahasa alamiah yang sering dipergunakan oleh pencari informasi. Tingkat relevan indeks subjek yang dihasilkan dengan dalil Zipf’s setara dengan indeks subjek yang dihasilkan oleh Thesaurus. Walaupun demikian indeks subjek yang dihasilkan dengan Thesaurus masih lebih baik.

Penelitian ini dilakukan pada Journal of Education for Library and Information Science 2011.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengindeksan Subjek

Dalam ilmu perpustakaan indeks memiliki arti yang lebih luas. Ada dua unsur penting dalam kegiatan pengindeksan, yakni orang yang membuat indeks (indexer) dan objek yang di indeks. Objek yang diindeks meliputi buku, artikel, jurnal, atau laporan. Indeks yang dihasilkan diharapkan berguna sebagai sarana penelusuran informasi yang dibutuhkan. Istilah indeks diperoleh melalui proses pengindeksan.

Menurut Clevelend (2001: 97), “indexing is the process identifying information in a knowledge record (text or nontext) an organizing the pointers to that information in to searchable file”. Defenisi di atas dapat diartikan bahwa pengindeksan adalah proses identifikasi informasi dalam sebuah catatan pengetahuan baik teks ataupun non-teks dan pengorganisasian nilai-nilai informasi untuk pencarian file. Dari pendapat di atas bahwa pengindeksan adalah kegiatan pengorganisasian nilai-nilai informasi.

“Indeks merupakan hasil utama dari proses analisis dokumen, dibuat untuk keperluan temu kembali informasi dalam suatu pangkalan data atau dalam majalah sekunder tercetak. Suatu indeks harus memberikan kemungkinan bagi pengguna untuk dapat mengakses suatu dokumen, maupun sekumpulan secara efesien.” (Konfhage dalam Andriaty (2002 : 1) )

Pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa indeks merupakan hasil dari proses analisis dokumen untuk dapat diakses oleh pengguna dalam pencarian informasi. Dari kedua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pengindeksan adalah proses identifikasi dan analisis dokumen dalam kegiatan pengorganisasian nilai-nilai informasi yang mampu mewakili isi dokumen agar dapat diakses oleh pengguna dalam keperluan penelusuran informasi. Dengan demikian, indeks sangat penting dalam penentuan representasi dokumen tertentu dalam temu kembali informasi.

Tujuan utama dari pengindeksan ialah untuk membentuk representasi dari dokumen dalam bentuk yang sesuai (Lancaster,1998: 1) dalam (Hasugian, 1999: 5). Pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa tujuan utama pengindeksan adalah untuk membuat wakil dokumen yang memudahkan proses penemuan kembali.


(21)

Indeks ada dua jenis yaitu indeks subjek dan indeks pengarang. Jika atribut tersebut adalah subjek, maka indeks yang mewakilinya disebut indeks subjek. Jika atribut tersebut adalah pengarang, maka indeks yang mewakilinya disebut indeks pengarang. Pada perpustakaan dan pusat informasi kedua indeks di atas digunakan dalam proses temu kembali informasi. Untuk menghasilkan indeks subjek dilakukan kegiatan pengindeksan subjek. Pengindeksan subjek menghasilkan deskripsi indeks yang merupakan wakil ringkas isi dokumen. Pengindeksan subjek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengindeksan secara manual dan otomatis.

2.1.1 Pengindeksan Subjek Secara Manual

Pengindeksan secara manual menggunakan pengetahuan indexer untuk menganalisis topik sebuah karya.

“Human indexer use their knowledge to find the “aboutness” of the writing they are analyzing and find concept within the writing. Human indexing tends to “focus on larger documentary units, such as complete periodical articles, complete chapter in collection, or even complete monographs” (Anderson dan Perez dalam Shield, 2005: 1).

Defenisi di atas dapat diartikan bahwa pengindeks (indexer) menemukan konsep dalam tulisan dan kemudian menggunakan istilah dalam pencarian sebuah karya. Pengindeksan secara manual cenderung fokus dalam jenis bahan dokumen yang besar, seperti artikel terbitan berkala yang lengkap, koleksi per bab atau koleksi monograf yang lengkap. Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pengindeksan secara manual adalah proses analisis subjek yang mana pengindeks (indexer) mempelajari isi dokumen untuk mengidentifikasi konsep-konsep penting yang dibahas dalam dokumen.

Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan: (1). Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada pembentukan uraian deskripsi fisik bahan pustaka (judul, pengarang, impresum, kolasi, catatan, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD. (2). Pengindeksan subyek, yang berdasar pada analisis isi bahan pustaka (subyek atau topik yang dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara lain bagan


(22)

klasifikasi, daftar tajuk subyek dan thesaurus. Kedua kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka.

Keterkaitan kegiatan pengatalogan dengan pengindeksan subjek dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar. 1. Keterkaitan Kegiatan Pengindeksan Subjek dalam Pengatalogan (Pangaribuan, 2010: 2).

Kegiatan pengindeksan subjek secara manual mencakup : 1. Memahami isi bahan pustaka

2. Analisis subjek 3. Penerjemahan

1. Memahami Isi Bahan Pustaka

Dalam pengindeksan subjek harus terlebih dahulu memahami isi dari bahan pustaka dan mengetahui subjek atau topik yang dibahas. Pengatalogan subjek


(23)

bertujuan menggunakan kata-kata (istilah) yang seragam untuk bahan pustaka perpustakaan mengenai subyek tertentu. Subyek adalah topik yang merupakan kandungan informasi (content) dalam bahan pustaka.

2. Analisis Subyek

Dalam penentuan subyek buku atau bahan pustaka lainnya diperlukan analisis subyek. Kegiatan analisis subyek memerlukan kemampuan yang memadai, sebab di sinilah pengindeks dituntut kemampuannya untuk menentukan subyek apa yang dikandung dalam bahan pustaka yang diolah. Ada tiga hal yang mendasar perlu dikenali pengindeks dalam menganalisis subyek (Pangaribuan 2010: 3) yakni :

A. Jenis konsep B. Jenis subyek C. Urutan sitasi A. Jenis konsep

Dalam satu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep (Miswan 2003: 4) yaitu:

1. Disiplin ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kategori: a. Disiplin fundamental, yang meliputi bagian-bagian utama ilmu

pengetahuan. Oleh para ahli disiplin fundamental dikelompokkan menjadi tiga yakni ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu pengetahuan alam, dan ilmu-ilmu kemanusiaan.

b. Sub disiplin, merupakan bidang spesial dalam satu disiplin fundamental. Misalnya dalam disiplin ilmu fundamental alam, sub disiplinnya terdiri atas fisika, kimia, biologi, dsb.

2. Fenomena (topik yang dibahas), merupakan wujud/benda yang menjadi objek kajian dari disiplin ilmu.

3. Bentuk ialah cara bagaimana suatu subyek dasajikan. Dibedakan menjadi tiga jenis:

a. Bentuk fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu subyek. Misalnya dalam bentuk buku, majalah, pita rekaman, dan sebagainya.

b. Bentuk penyajian, yang menunjukkan pengaturan atau organisasi isi bahan pustaka. Ada tiga bentuk penyajian, yaitu: menggunakan lambang-lambang dalam penyajiannya seperti bahasa, gambar, dll, memperhatikan tata susunan tertentu misalnya abjad, kronologis, sistematis, dsb, serta menyajikannya untuk kelompok tertentu, misalnya bahasa Inggris untuk pemula.


(24)

c. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu subyek. Misalnya Filsafat Sejarah disini yang menjadi subyeknya adalah sejarah sedangkan filsafat adalah bentuk intelektual.

Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa dalam menganalisis subjek berdasarkan konsep terkandung tiga jenis konsep yaitu berdasarkan disiplin ilmu, fenomena dan bentuk. Ketiga konsep tersebut dapat membantu pengindeks dalam menentukan subjek dari dokumen.

B. Jenis subjek

Dalam kegiatan analisis subyek dokumen terdapat dalam bermacam-macam jenis subyek. Secara umum digolongkan dalam 4 kelompok (Yuslina 2011: 12) yaitu:

1. Subyek dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau sub disiplin ilmu saja. Misalnya, Pengantar Ekonomi, yaitu menjadi subyek dasaranya Ekonomi.

2. Subyek sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu faset yang berasal dari satu subyek dasar (Faset ialah sub kelompok klas yang terjadi disebabkan oleh satu ciri pembagian. Tiap bidang ilmu mempunyai faset yang khas sedangkan fokus ialah anggota dari satu faset). Misalnya, Pengantar ekonomi Pancasila terdiri dari subyek dasar ekonomi dan faset Pancasila.

3. Subyek majemuk, yaitu subyek yang terdiri dari subyek dasar disertai fokus dari dua atau lebih faset. Misalnya, Hukum adat di Indonesia. Subyek dasarnya yaitu Hukum dan dua fasetnya yaitu Hukum Adat (faset jenis) dan Indonesia (faset tempat).

4. Subyek kompleks, yaitu subyek yang terdiri dari dua atau lebih subyek dasar dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya, Pengaruh Agama Hindu Terhadap Agama Islam. Disini terdapat dua subyek dasar yaitu Agama Hindu dan Agama Islam.

Untuk menentukan subyek yang diutamakan dalam subyek kompleks terdapat 4 (empat) fase, yaitu: (1). Fase bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Dalam hal ini subyek yang diutamakan ialah subyek yang disajikan. Misalnya, Statistik Untuk Wartawan subyek yang diutamakan ialah Statistik bukan Wartawan. (2) Fase pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling mempengaruhi antara satu sama lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang dipengaruhi. Misalnya, Pengaruh Abu Merapi Terhadap Pertanian di D.I Yogyakarta. Disini subyek yang diutamakan ialah Pertanian bukan


(25)

Abu Merapi. (3). Fase alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau membahas subyek lain. Disini subyek yang diutamakan ialah subyek yang dibahas atau dijelaskan. Misalnya, Penggunaan Alat Kimia Dalam Analisis Darah. Disini yang diutamakan adalah Darahbukan Kimia. (4). Fase perbandingan, yaitu dalam satu dokumen/bahan pustaka terdapat berbagai subyek tanpa ada hubungannya antara satu sama lain.

C. Urutan sitasi

Agar diperoleh suatu urutan yang baku dan taat azas/konsistensi dalam penentuan subyek dan (nomor kelas) maka Ranganathan menggunakan konsep yang dikenal Urutan Sitasi. Menurutnya ada 5 (lima) faset yang mendasar yang dikenal dengan akronim P-M-E-S-T Ranganathan dalam (Pangaribuan 2010: 5) yaitu:

P - Personality (Wujud) M - Matter (Benda) E - Energy (Kegiatan) S - Space (Tempat) T - Time (Waktu)

Contoh: Konstruksi Jembatan Beton Tahun 20-an di Indonesia. P – Personality = Jembatan

M – Matter = Beton E – Energy = Konstruksi S – Space = Indonesia T – Time = Tahun 20-an 3. Penerjemahan

Setelah mengetahui subyek suatu bahan pustaka melalui analisis subyek, selanjutnya menerjemahkan ke dalam kata-kata atau lambang-lambang yang terdapat dalam bahasa indeks(index language). Bahasa Indeks merupakan bahasa yang terawasi (control language). Beberapa sistem bahasa indeks adalah sebagai berikut:

1. Daftar tajuk subyek , yaitu mendaftarkan sejumlah istilah atau kata-kata dengan memberikan acuan atau penunjukan seperti istilah see, see also, dsb. Tajuk subyek yaitu frase (kosakata) yang terkendali dan berstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik bahan pustaka. Daftar Tajuk


(26)

Subyek misalnya Sears List Subject Headings edited by Barbara M. Wesby (1997), pedoman tajuk subyek untuk Perpustakaan (PTSP) oleh Perpustakaan Nasional RI (1994), daftar tajuk subyek untuk Perpustakaan, edisi ringkas oleh J.N.B. Tairas dan Soekarman K. (1990), dll.

2. Thesaurus, yaitu suatu daftar kosakata atau istilah dengan menyebutkan istilah GU (Gunakan Untuk), RL (Ruang Lingkup), IK (Istilah Khusus), IB (Istilah Berhubungan). Misalnya: Makrotesaurus adalah Daftar Istilah Pembangunan Ekonomi dan Sosial (1997).

2.1.1.1 Thesaurus Sebagai Alat Temu Kembali Informasi

Menurut Sri Rohyanti Z.: 2002: 1, “Thesaurus adalah kamus kata-kata dan ungkapan yang dikumpulkan menurut kesamaan artinya dan sinonimnya. Dalam dunia perpustakaan, dokumntasi dan informasi”. Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa thesaurus merupakan kumpulan kosa kata yang mempunyai arti dan sinonim. Kamus Amerika Webster’s dalam Sri Rohyanti Z. (2002: 1) “juga mendefinisikan thesaurus sebagai suatu ‘buku yang berisi kata atau informasi mengenai bidang subyek tertentu atau suatu kelompok konsep, seperti kamus sinonim”.

Menurut Fungsi dan kegunaan thesaurus terletak pada struktur yang mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya melalui berbagai hirarki dan maknanya. Di dalam definisi yang dibuat oleh World Science Information System of Unesco (UNISIST) dalam Andi (2011: 1)” menyatakan bahwa sebuah thesaurus

dapat didefinisikan baik dari segi fungsi maupun strukturnya”.

1. Dari segi fungsi, sebuah thesaurus adalah alat pengendali terminologi yang digunakan dalam penerjemahan dari bahasa alamiah di dalam dokumen, indeks, atau pengguna menjadi sebuah bahasa sistem (bahasa dokumentasi, bahasa informasi) yang lebih terbatas.

2. Dari segi struktur, sebuah thesaurus adalah kosa kata yang terkendali tetapi dinamis, berisi istilah-istilah yang secara semantik dan generik saling terkait dalam lingkup sebuah bidang pengetahuan tertentu.


(27)

Dari penyataan diatas dapat dinyatakan bahwa thesaurusadalah himpunan kata-kata terkendali yang berhubungan satu sama lain secara semantik dan hierarkis, yang dapat dipergunakan untuk menterjemahkan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa indeks dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Thesaurus dipergunakan secara luas untuk mengendalikan kosa kata (vocabulary control) dalam sistem terkoordinasi, kemudian menggunakan sistem komputerisasi dan sistem Pre –coordinate.

Adapun manfaat dan peran dari thesaurus menurut Andi (2011: 2). Ada beberapa manfaat dari thesaurus diantaranya adalah:

1. Menyediakan sebuah kosakata yang berstandar untuk bidang tertentu, sehingga para pengindeks (manusia) dapat secara konsisten menetapkan istilah yang akan dipakai sebagai indeks.

2. Menjadi sebuah panduan bagi pengguna sistem informasi ketika memilih istilah untuk digunakan dalam pencarian berdasarkan subjek.

3. Menjadi sumber bagi istilah-istilah yang sudah terstandardisasi di bidang pengetahuan tertentu.

4. Menyediakan hirarki berkelas sehingga sebuah proses pencarian dapat diperluas atau dipersempit.

Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa thesaurus memiliki manfaat yaitu menyediakan kosakata yang berstandar, sebagai panduan bagi pengguna sistem informasi ketika memilih istilah dalam pencarian berdasarkan subjek, sumber istilah-istilah standar di bidang pengetahuan dan menyediakan hirarki atau hubungan antar kosakata.

Dalam kaitanya dengan pengelolaan informasi, thesaurus berperan penting di dalamnya diantaranya:

1. Sebagai sarana temu kembali informasi yang berbasis komputer.

2. Sebagai pedoman dalam mengolah dokumen seperti pembuatan indeks dan penentuan tajuk.

3. Mempermudah dalam mengelola data yang telah ada.

4. Mempercepat diketemukannya informasi yang di cari.(Andi 2011: 3) Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa peran thesaurus antara lain sebagai sarana temu kembali informasi, sebagai pedoman dalam pembuatan indeks subek dokumen, serta dapat mempermoleh informasi dengan cepat dan tepat.


(28)

Dalam proses temu kembali informasi berbasis komputer, pemakai harus menyediakan pertanyaan (query) yang diperlukan dengan menggunakan kata kunci (keyword). Thesaurus menyediakan daftar kata-kata kunci yang disusun secara alpabetis dengan sinonim yang berdekatan dan sering dikembangkan untuk mencakup beberapa indikasi dari istilah yang luas (broader term) dan istilah khusus (narrower term). Dengan kata lain bahwa thesaurus dalam fungsinya sebagai sarana temu kembali informasi, bahwa kosa kata yang terdapat dalam thesaurus dapat dipergunakan sebagai kata kunci (keyword) untuk membuat pertanyaan (query) dalam proses temu kembali informasi seperti dilakukan dalam pengoperasiaan Boolean Logic.

2.1.2 Pengindeksan Subjek Secara Automasi

Pengindeksan subjek secara otomatis identik dengan penggunaan komputer. Pengindeksan subjek secara otomatis dapat memperkecil beban kerja indekser. Dalam hal ini, indekser dituntut memiliki keahlian di bidang komputer.

“Menurut Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 1); automatic indexing often refers to indexing done by computer algorithms. Obviously, humans are involved with creating the programs for the computers, and in setting the parameters, but the work is done by computers”.

Dapat diartikan pengindeksan subjek secara otomatis sering mengacu kepada alogaritma atau statistika komputer. Secara jelas, manusia dilibatkan dalam penciptaan program komputer, dan pengaturan tolak ukur, tetapi pekerjaan tetap diselesaikan dengan komputer. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pengindeksan subjek secara otomatis diselesaikan dengan komputer serta penerapan algoritma dan statistika komputer. Menurut Diakoft (2004: 85) dalam (Shield 2005: 3) pengindeksan secara automatis memiliki ciri-ciri antara lain adalah : lebih canggih, sangat baik untuk materi yang sama, sangat murah serta mampu untuk menyaring istilah seperti halnya pengelompokan kata.

2.1.3 PerbedaanAntara Pengindeksan Subjek Secara Manual dan Automasi Ada perdebatan selama beberapa tahun ini tentang metode mana yang lebih baik digunakan dalam pengindeksan yaitu apakah secara manual dan automasi.


(29)

Dengan mengetahui jenis pengindeksan akan lebih membantu untuk mengetahui perbedaan utama serta pengertian dari pengindeksan itu sendiri.

Pengindeksan manual dilakukan oleh manusia. Pengindeksan manual menggunakan pengetahuan untuk menganilisis isi dokumen yang dapat menemukan konsep-konsep dalam tulisan dan menggunakan istilah untuk membantu pengguna dalam penelusuran informasi. “Human indexing tends to focus on larger documentary units, such as complete periodical articles, complete chapters in collections, or even complete monographs”(Anderson dan Perez) dalam (Shield 2005:1). Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pengindeksan manual fokus kepada jenis dokumen seperti artikel jurnal dan bahan monograf yang lengkap. Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pengindeksan manual merupakan kegiatan indeks yang lebih fokus terhadap bahan pustaka yang di indeks seperti terbitan berkala dan bahan monograp lengkap. Seorang pengindeks secara manual harus memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam mengindeks dokumen. Fidel dalam Shield 2005: 1 mengatakan bahwa pengindeksan manual tidak konsisten.

Pengindeksan otomatis merujuk pada pengindeksan yang dilakukan secara alogaritma komputer.

Menurut Fidel dalam Shield (2005:1),”on the one hand, she says it is the most user-centered approach because of its dynamic, helpful, and flexible nature. One the other hand, indexing is based solely on the text stored and is completely immune to the particular group of users and their queires”.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pengindeksan otomatis mengacu kepada pendekatan yang berpusat pada pengguna karena dinamis, bermanfaat dan alamiah. Pengindeksan otomatis dibagi ke dalam 4 pendekatan yaitu statistik, sintaksis, sistem semantik dan dasar ilmu pengetahuan.

Pengindeksan subjek secara manual dengan otomatis menunjukkan keunggulan dan kelemahan dalam setiap pengindeksan. Adapun keunggulan dan kelemahan dapat dilihat dari beberapa variabel, yaitu : biaya (cost), waktu (time), kemampuan mengindeks (extent of indexable matter), kelengkapan (exhaustifity), istilah khusus (specifity), kemampuan menampilkan indeks saat menelusur (browsable displayed indexes), pencarian dan penampilan sintaksis (searching and


(30)

display syntax), manajemen kosakata (vocabulary management), penggantian (surrogation).

Keunggulan dan kelemahan dapat diuraikan sebagai berikut :

Cost, Human Indexing-Expensive per unit Idexed because it Is labor-Intensive. Automatic Indexing-Inexpensive per unit Idexed.

Who’wins’?

Depends on what you are seeking,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel biaya dapat diuraikan bahwa pembuatan indeks manual lebih mahal diakibatkan tenaga kerja yang susah diperoleh karena dibutuhkan seorang pengindeks yang berpengalaman dan kompeten. Sedangkan biaya pengindeksan otomatis tidak mahal. Dengan demikian keunggulan pengindeksan tergantung pada apa yang dicari oleh penelusur.

Time, Human Indexing-Involues more time per unit indexed.can indexing large amounts of material in short amount of time.

Who wins?

Once again, it depends on what the needs are,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel waktu dapat diuraikan bahwa pengindeksan manual membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan proses pengindeksan sejumlah materi secara otomatis dilakukan dalam waktu singkat. Dengan demikian pengindeksan yang unggul juga tergantung oleh materi yang dicari penelusur.

Extent Of Indexable Matter, Human Indexing may be limited to abstract or summarization of text. Automatic Indexing routinely based on complete text. Who Wins?

Automatic indexing can index more of the indexable matter,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel kemampuan mengindeks bahwa kemampuan pengindeksan manual hanya terbatas untuk abstrak atau rangkuman teks. Sedangkan pengindeksan otomati dapat mengindeks teks lengkap secara terus menerus. Dalam hal ini pengindeksan otomatis lebih unggul, karena memiliki kemampuan yang lebih dalam mengindeks.


(31)

Exhaustifity, Human Indexing, tends to be more selective. Automatic Indexing, considers most of the words in indexible material.

Who wins?

Automatic indexing is by nature more exhaustive,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel kelengkapan bahwa pengindeksan manual lebih cenderung untuk selektif. Sedangkan pengindeksan otomatis membutuhkan banyak pertimbangan mengenai kata-kata dalam pengindeksan dokumen. Dalam hal ini pengindeksan otomatis jauh lebih unggul karena jauh lebih lengkap kata-kata yang akan dijadikan indeks subjek.

Specificity, Human Indexing use more generic terminology, smaller vocabulary. Automatic Indexing uses very specific terminology, larger vocabulary.

Who wins?

Automatic indexing has a higher specificity,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel kekhususan kata bahwa pengindeksan manual menggunakan istilah-istilah umum dan kosakata yang lebih sempit (khusus). Sedangkan pengindeksan otomatis menggunakan istilah-istilah umum dan kosakata yang luas. Dalam hal ini pengindeksan otomatis lebih unggul karena memiliki kekhususan yang lebih tinggi karena menggunakan kosakata yang umum dan istilah-istilah yang luas.

Browsable displayed indexes, Human Indexing use multi-term context-providing headings. Automatic Indexing limited use of term combinations. Who wins?

Depends on what you are seeking,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel kemampuan menampilakan indeks saat menelusur bahwa pengindeksan manual menggunakan multi term/multi istilah konteks dan menyediakan tujuan. Sedangkan pengindeksan otomatis membatasi penggunaan kombinasi istilah gabungan dari penentuan jenis pengindeksan. Dengan demikian keunggulan pengindeksan tergantung pada kemampuan sipenelusur.

Searching and display syntax, Human Indexing use wide-range of syntactic patterns and can adapt quickly to include newer terminology, as well as older subject headings. Automatic Indexing becoming more sophisticated, and is


(32)

selecting, combining, manipulating, and weighing terms. Usually limited to key-words in, out of, or along-side context.

Who wins?

Human indexing has an advantage here,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel pencarian dan penampilan sintaksis bahwa pengindeksan manual menggunakan pola sintaksis yang lebih luas dan dapat menyesuaikan dengan cepat untuk memasukan istilah-istilah batu, seperti tajuk subjek yang lama. Sedangkan pengindeksan otomatis jauh lebih canggih dalam penyeleksian, pengkombinasian dan penimbangan istilah selalu terbatas. Dalam hal pencarian dan penampilan sintaksis maka pengindeksan manual jauh lebih unggul dibandingkan pengindeksan otomatis.

Vocabulary Management,Human Indexing can cross-reference, link synonyms or like terms, point to related terms easily. Automatic Indexing being experimented with.

Who wins?

Human indexing currently has batter vocabulary management,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel manajemen kosakata bahwa pengindeksan manual dapat dibuat

cross reference, menghubungkan sinonim/istilah yang sama dan dapat menunjukkan istilah-istilah dengan mudah. Sedangkan pengindeksan otomatis, manajemen kosa kata dilakukan dengan melakukan uji coba. Dalam hal ini pengindeksan manual lebih unggul.

Surrogation, Human Indexing not often used by human indexing. Automatic Indexing being used frequently – often as visual display, such as icons or graphs.

Who wins?

Automatic indexing often uses surrogation, while human indexing does not,” Anderson dan Perez dalam Shield (2005: 5).

Dari variabel penggantian bahwa pengindeksan manual dalam penggantian istilah tidak sering digunakan. Sedangkan pengindeksan otomatis, pergantian sering digunakan sebagai penampilan secara visual seperti ikon dan grafik. Dalam hal ini pengindeksan otomatis jauh lebih unggul.


(33)

Dari pernyataan di atas bahwa pengindeksan otomatis memiliki lebih banyak Keunggulan daripada pengindeksan manual. Keunggulan itu dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain, biaya, waktu, kemampuan mengindeks, kelengkapan, spesifikasi, kemampuan menampilkan indeks saat menelusur, pencarian dan penampilan sintaksis, dan penggantian (surrogation).

2.2 Teknik Pengindeksan Subjek pada Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah merupakan karya tulis yang banyak dimanfaatkan kalangan sivitas akademik untuk bahan rujukan dalam melakukan penelitian. Untuk memudahkan penelusuran artikel ilmiah, diperlukan indeks subjek. Indeks subjek tersebut dibutuhkan dalam rangka memperkecil waktu pencarian serta memaksimalkan keberhasilan penelusuran artikel. Oleh karena itu penggunaan indeks subjek dalam penelusuran artikel menjadi sangat penting.

“Menurut Cortez (2007: 3), ada cara pengindeksan subjek pada artikel. Adapun langkah-langkah tersebut adalah: memilih jurnal elektronik yang akan di indeks subjeknya. Kemudian pilih 1 atau 2 tesaurus atau daftar kontrol vacabulary yang spesifik (misalnya: ERIC atau Medical Subject Heading) untuk topik jurnal dan satu lagi tesaurus yang umum (misalnya: Library of Congres Subject Headings)”.

Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa teknik pengindeksan subjek pada artikel ilmiah dapat dilakukan dengan memilih jurnal yang akan diindeks, kemudian memasukkan istilah ke dalam bahasa indeks yang dikonsultasikan dengan kosa kata terkendali seperti ERIC, Library of Congres Subject Headings, dll. Dalam teknik pengindeksan dikenal istilah kebijakan pengindeksan (indexing policy). Ini berarti sampai sejauh atau sedalam mana pengindeks melakukan analisis dan penentuan istilah indeks terhadap suatu artikel yang diindeks. Dikenal misalnya pengindeksan mendalam (depth indexing) dan pengindeksan ringkas (summarization indexing).Pengindeksan mendalam berusaha mengambil semua konsep utama dari dokumen, termasuk subtopik dan subtema. Pengindeksan mendalam pada umumnya dilakukan dalam dunia pusat dokumentasi informasi dan perpustakaan. Pengindeks hanya berusaha mencari satu konsep utama untuk menentukan isi dari suatu dokumen. Sedangkan pengindeksan ringkas hanya mengeluarkan konsep utama dari


(34)

suatu dokumen dan hanya mengambil konsep yang ada dalam tema utama. Pengindeksan mendalam biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga penerbit informasi, misalnya pengindeks jurnal. Penerbit indeks jurnal biasanya menetapkan konsep yang diambil dari sub-sub bab dari suatu artikel pada jurnal.

2.3 Bahasa Indeks

Pengindeksan secara manual dan otomatis akan menghasilkan bahasa indeks. Bahasa indeks merupakan istilah atau kata yang dipilih menjadi representasi isi dari dokumen. Istilah tersebut boleh berupa istilah alami atau bahasa alamiah (natural language) dan kosa kata terkendali (controlled vocabulary). Bahasa alamiah adalahbahasa asli dari dokumen itu sendiri. Sedangkan kosa kata terkendali adalah istilah yang terkontrol karena telah dikonsultasikan kepada tesaurus.

Ditinjau dari sisi sistem temu kembali informasi, tesaurus adalah suatu daftar pengendali (authority list) istilah-istilah khusus yang digunakan dalam sistem temukembali informasi. Akan tetapi bila ditinjau dari segi fungsinya tesaurus adalah saranapengawasan istilah yang digunakan untuk penerjemahan bahasa alamiah dokumen kebahasa yang lebih terkendali. Tesaurus berisi sejumlah istilah indeks denganmenggunakan bahasa yang terkendali, sehingga sering disebut juga dengan bahasaterkontrol (controlled language). Tujuan utama tesaurus adalah juga untukmemudahkan temu kembali dokumen, dan untuk mencapai konsistensi dalampengindeksan dokumen pada sistem simpan dan temu kembali informasi.

2.3.1 Bahasa Alamiah (Natural Language/Uncontrolled Vocabulary)

Menurut Lancaster, 1986 : 159 dalam Hasugian, 2003 : 5“bahasa alamiah adalah bahasa dari dokumen yang diindeks”. Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa bahasa alamiah adalah bahasa asli dokumen itu sendiri. Biasanya bahasa tersebut merupakan bahasa yang tidak terkendali (uncontrolled vocabulary). Bahasa alamiah yang dihasilkan dari dokumen masih akan dicocokkan dengan tesaurus kemudian dijadikan indeks subjek dari dokumen tersebut.

“Pengindeksan bahasa alamiah adalahpengindeksan yang dilakukan pada semua istilah baik dari judul, abstrak, maupun dariteks lengkap (full text) dokumen,


(35)

terkecuali stopword atau daftar kata umum yangtidak digunakan dalam penelusuran” (Rowley, 1992 : 272). Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pengindeksan bahasa ilmiah adalah pengindeksan yang menghilangkan stopword dan tidak menggunakannya sebagai istilah indeks.

Bahasa alamiah memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari bahasa alamiah adalah:

1. Bahasa alamiah dapat dengan mudah dimengerti oleh pengguna tanpa harus memerluka pelatihan khusus, dan berbagai nuansa makna dapat diekspresikan dengan lebih leluasa (Meadow, 1992 : 37-38).

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa bahasa almiah mudah dimengerti oleh pengguna tanpa memerlukan pelatihan khusus, sehinggga memudahkan bagi pengguna dalam penelusuran dapat mengekspresikan gagasan, perasaan dan keinginan untuk mendapatkan dokumen yang diinginkannya. Bagi praktisi dan ilmuwan, hal ini juga memberi keuntungan karena istilah yang digunakan kurang lebih sama dengan istilah yang terdapat dalam dokumen.

2. Bahasa alamiah memiliki spesifikasi (specification) yang tinggi (Lancaster, 1977 : 23) dalam (Hasugian 2003: 6).

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa spesifikasi istilah muncul karena dapat menggunakan seluruh istilah yang terdapat dalam dokumen sebagai kata kunci. Spesifikasi istilah akan memudahkan pencarian untuk mendapatkan ketepatan (precision) yang tinggi. Semakin tinggi spesifikasi istilah yang digunakan dalam penelusuran, maka akan semakin tinggi ketepatan, sedangkan perolehan (recall) akan semakin rendah. Sebaliknya bila spesifikasi istilah rendah, maka perolehan akan semakin tinggi, sedangkan ketepatan cenderung rendah.

3. Bahasa alamiah memiliki kedalaman (exhaustivity) yang tinggi (Foskett, 1985 : 114). Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa banyak tema atau subjek baru yang dihasilkan dokumen yang dapat dijadikan sebagai istilah baru dalam penelusuran. Karena pada prinsipnya, bahwa semua kata terkecuali stopword dapat dijadikan sebagai keyword dalam penelusuran.


(36)

Selain memiliki sejumlah kelebihan, bahasa alamiah juga memiliki berbagai kelemahan, beberapa diantaranya adalah :

1. Bahasa almiah tidak atau kurang ringkas (lack of consiseness) (Meadow, 1992 : 38).

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa penelusuran cenderung akan menggunakan kata-kata yang sering digunakan atau istilah yang familiar. Istilah yang digunakan penelusur sering berupa kata atau istilah berbeda atau tidak standard sehingga sering terjadi kehilangan informasi saat penelusuran. Sebagai contoh, seorang penelusur mungkin akan menggunakan kata kunci kesusastraan dalam penelusuran informasi mengenai dunia sastra, yang bisa jadi tidak akan menghasilkan dokumen yang diinginkan karena dalam dokumen tersebut tidak ada kata kesusastraan, yang hanya adalah sastra.

2. Mempunyai ambiguitas (ambiguity) yang tinggi. (Meadaw, 1992 : 37) Dari pendapat. tersebut dapat dinyatakan bahwa Ambiguitas adalah kata atau istilah yang dapat memiliki lebih dari satu arti sehingga mengakibatkan kerancuan. Ambiguitas dapat terjadi karena sinomim atau homograf. Sinonim yaitu bentuk kata yang berbeda tetapi artinya sama, dapat menyebabkan terpencarnya informasi mengenai topik yang sama.

3. Kesulitan komputer untuk menginterpretasikan teks (Meadew, 1992 : 37) Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa ketidakmampuan sistem menyerap atau menangkap makna dari suatu pernyataan. Hal ini terjadi karena dalam memproses bahasa alami, komputer tidak bisa bekerja sebagaimana otak manusia, terkecuali komputer tersebut dilengkapi dengan suatu knowledge base.

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa bahasa alamiah memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari alamiah dapat dilihat dari kemudahan pengguna untuk mengerti dan menggunakan dalam menelusur, spesifikasi yang tinggi serta kedalaman (exhaustivity) yang tinggi. Sedangkan kelemahan bahasa alamiah dapat dilihat dari segibahasa yang tidak ringkas, ambiguitas yang tinggi, kesulitan komputer menginpretasikan dan memerlukan penilaian dalam penelusuran.


(37)

2.3.2 Kosa Kata Terkendali (Control Vocabulary)

Kosa kata terkendali merupakan kosakata yang terkontrol karena telah dikonsultasikan kepada tesaurus. Proses pembuatan indeks yang menggunakan bahasa terkontrol dilakukan oleh pengindeks yang dianggap cukup menguasai suatu subjek tertentu. Proses ini melibatkan kemampuan intelektualitas dari pengindeks untuk menentukan kata atau istilah apa yang dianggap bisa mewakili isi dokumen sebagai temu kembali informasi.

Kosa kata terkendali yang dihasilkan dalam pengindeksan subjek memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan kosa kata terkendali dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Proses penelusuran dan temu kembali informasi lebih efisien (Korfhage, 1997 : 24).

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan kosa kata terkontrol seperti indeks subjek atau tesaurus dalam penelusuran, maka ketepatan dari dokumen yang terambil dengan kebutuhan pengguna dapat diperoleh dalam waktu yang relatip singkat.

2. Memudahkan penelusuran dengan menyatukan istilah terkait secara semantis (Lancaster, 1977: 2) dalam (Hasugian 2003: 8) .

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa suatu kosa kata atau indeks subjek tertentu mempunyai hubungan makna dengan indeks yang lain, sehingga dapat digunakan untuk memperkuat pencarian.

3. Memiliki ambiguity yang sangat kecil. Ambiguitas atau kerancuan dapat diminimize dengan sekecil mungkin karena kosa kata dapat mengontrol sinonim dan homograf.

Selain memiliki kelebihan bahasa terkendali juga memiliki kelemahan antara lain:

1. Kosa kata terkendali harus selalu diperbaharui. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan munculnya berbagai subjek baru yang sekaligus juga berdampak terhadap pemunculan atau penghilangan suatu istilah atau kosa kata. Oleh karena itu, suatu tajuk subjek atau tesaurus pada


(38)

suatu periode tertentu harus diperbaharui untuk bisa menyesuaikan diri sesuai perkembangan (Muddamalle, 1998: 881)

2. Kurangnya spesifikasi dalam kosa kata. Berbeda dengan bahasa alamiah, dimana penelusur dapat menggunakan secara bebas kosa kata yang spesifik. Akan tetapi pada kosa kata terkontrol, spesifikasi istilah ditentukan oleh ketersediaannya pada indeks subjek atau tesaurus.

3. Kosa kata terkontrol memiliki struktur yang tidak lengkap. Artinya rincian subjek adalah sangat terbatas untuk pencarian atau penelusuran komprehensif.

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa kosa kata terkendali memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari kosa kata terkendali dapat dilihat dari segi proses penelusuran lebih efisien,penelusuran komprehensif, ambiguity yang kecil. Sedangkan kelemahan kosa kata terkendali dapat dilihat dari segi pembaharuan kosa kata yang harus dilakukan setiap saat, kurangnya spesifikasi dalam kosa kata serta kosa kata terkontrol memiliki struktur tidak lengkap.

2.4 Dalil Zipf’s

2.4.1 Pengertian dan Sejarah Zifp’s

Dalil Zipf’s memiliki peranan penting dalam pengindeksan subjek. Menurut Hasugian, 1999: 1, dalil Zipf’s digunakan untuk mengetahui subjek suatu dokumendengan memberi peringkat kata dalam literatur, distribusi frekwensi kata denganperingkat kata (word frequency). Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa dalil Zipf’s digunakan untuk mengetahui indeks subjek suatu dokumen denganmelihat frekwensi kata.

Dalil Zipf diperkenalkan pertama sekali oleh George Kingsley Zipf, disingkatZipf. Biodata singkat Zipf adalah sebagai berikut:

“George Kingsley Zipf lahir di Freeport, Illiones pada tanggal 7 Januari 1902, lulus Summa Cum Lalude dari Harvard College tahun 1924, melanjutkan sekolah di Bonn dan Berlin, kembali melanjutkan studi di Harvard College dan lulus PhD dengan disertasinya Comparative Philology tahun 1929, menjadi instruktur di German sampai dengan tahun 1935 dan menjadi dosen sampai meninggalnya pada tanggal 25 September 1950 karena penyakit


(39)

kanker, meninggalkan seorang istri dan empat orang anak,” (Hartinah, 2002: 2).

Zipf mulai terkenal dalam bidang bibliometrika setelah karyanya yang berjudul The Psycho-biology of Language, terbit pada tahun 1935. Zipf melalui karya tersebut membawa studi bahasa ke dalam suatu kondisi ilmu eksakta dengan memakai prinsip-prinsip statistik. Empat belas tahun kemudian, Zipf semakin terkenal dengan bukunya yang berjudul, Human Behavior and Principle of Least Effort yang terbit pada tahun 1949. Karya tersebut menyatakan bahwa seseorang lebih mudah untuk memilih dan menggunakan kata-kata umum, yang lebih familiar dari pada kata-kata yang tidak dikenalnya, dengan demikian kemungkinan pemunculan kata-kata umum yang lebih familiar dalam suatu karya biasanya lebih tinggi dari pada kata-kata yang tidak dikenalnya. Sekalipun Zipf adalah seorang ahli bahasa dan filsafat, namun ia tertarik untuk melakukan teknik pengukuran (matrics) terhadap dokumen atau literatur dengan memakai pendekatan statistik.

Zipf berhasil melakukan observasi atau pemeriksaan terhadap sebuah novel yang berjudul Ulysses, karangan James Joice yang pada saat itu merupakan salah satu pemegang hadiah nobel. Hasil observasinya menyatakan bahwa terdapat 29.899 kata yang berlainan dalam karya tersebut, sedangkan jumlah kata seluruhnya adalah 260.430. Dalam hasil pemeriksaan atau observasinya, Zipf juga menemukan beberapa kata yang berkali-kali digunakan (di ulang), dan kata-kata yang penggunaanya rendah, bahkan ada kata yang hanya digunakan sekali. Kata yang dimaksudkannya adalah kumpulan huruf yang diapit oleh dua spasi. Kata bergaris hubung dianggap satu kata, dan tanda kutip dianggap bagian dari satu kata. Semua kata fonetik yang dianggapkata berbeda, kata sandang (stopword) tidak dipergunakan dan diabaikan oleh Zipf. Kemudian Zipf membuat perhitungan peringkat kata. Perhitungan peringkat kata ini yang akhirnya dikenal dengan sebutan dalil Zipf’s.

2.4.2 Perkembangan dan Aplikasi Dalil Zipf’s

Peringkat kata yang diperkenalkan oleh George Kingsley Zipf ini bersifat konsisten dan lebih di kenal dengan sebutan dalil Zipf yang pertama. Adapun isi dari dalil Zipf yang pertama ini adalah sebagai berikut:


(40)

“Bila jumlah pengulangan setiap kata yang berlainan terdapat pada sebuah teks dihitung serta hasilnya dituangkan kedalam sebuah tabel, dengan peringkat I merupakan kata yang memiliki frekuensi pengulangan paling tinggi dan demikian seterusnya dan bila peringkat susunan jajaran itu disebut ranking (r) dan jumlah pengulangan kata disebut frekuensi (f) maka r x f = k (konstanta),” (Sulistyo-Basuki, 1988:70).

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa rumus dalil Zipf’s I digunakan

hanya untuk kata-kata yang muncul dengan frekuensi tinggi. Perhitungan setiap kata yang berbeda cara menulisnya dianggap kata berbeda dan frekuensi pengulangan yang sama memperoleh peringkat yang berbeda pula.

Satu lagi rumus Zipf’s tentang kata yang memiliki frekuensi pengulangan yang rendah, rumus ini disebut sebagai Dalil Zipf’s II. Dalil Zipf’s II ini sama sekali tidak memiliki hubungan dengan dalil Zipf’s I. Karena dalil kedua ini hanya berlaku bagi kata-kata yang muncul dengan frekuensi rendah. Dalil kedua ini telah diperbaiki oleh Booth dengan rumus sebagai berikut:

I1 / In = n (n-1)/ 2

Dimana I1 adalah kata yang diulang 1 (satu) kali sedangkan In adalah kata yang diulang n kali. Rumus Booth dalam (Mustafa 2009: 5)juga menyebutkan adanya titik frekuensi antara kata yang berfrekuensi tinggi dengan kata yang berfrekuensi rendah. Titik frekuensiini terjadi pada saat peralihan dari kata yang memiliki frekuensi khusus ke kata yang memiliki frekuensi pengulangan yang sama.

2.4.2.1 Titik Transisi

Goffman salah seorang peminat hukum Zipf yang telah melakukan serangkaian penelitian dan mengembangkan teori untuk menentukan isi dokumen berdasarkan hukum Zipf. Goffman menemukan fenomena yang disebut sebagai titik transisi. Titik transisi yaitu titik teoritis dimana terjadi perubahan dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah, diduga merupakan daerah yang memuat kata-kata yang menunjukkan isi dokumen.

Titik transisi Goffman merupakan titik dimana dapat ditarik daerah ke atas dan ke bawah untuk mendapatkan daerah transisi. Pada daerah inilah terdapat kata-kata yang menunjukkan isi dari suatu dokumen setelah dihilangkan stopword (kata


(41)

yang biasa diabaikan dalam pengindeksan karena hanya berupa kata bantu, misalnya

the, of, and, dll dalam bahasa Inggris).

Untuk menentukan titik transisi dipakai rumus ABC yang terkenal dalam pelajaran matematika SMA. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai n1,2 berlaku perhitungan rumus ABC sebagai berikut:

n

1,2

=

−�±√�24��

2�

Keterangan:

n1,2 = titik transisi ; a = 1 ; b = 1 dan c = - 2 I1

“Menurut Pao dalam Hasugian (1999:9) menyatakan bahwa setelah diperoleh titik transisi ( dari nilai n di atas), dengan mengambil jumlah kata yang sama di atas dan di bawah titik tersebut, maka diperoleh daerah transisi. Kata-kata yang berada pada daerah transisi setelah dikurangi dengan kata-kata buangan (stopword), merupakan istilah indeks dokumen.”

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa untuk memperoleh titik transisi menggunakan rumus ABC, kemudian mengambil jumlah kata yang di atas dan di bawah titik transisi yang disebut daerah transisi. Kata-kata pada daerah transisi merupakan indeks subjek dari dokumen itu sendiri tetapi kata-kata yang termasuk stopword tidak diikutsertakan.

2.4.3 Prosedur Penentuan Indeks Subjek dengan Dalil Zipf’s

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menentukan indeks subjeksuatu artikel dengan menggunakan dalil Zipf’s yaitu:

1. Memilih dokumen. Dalam memilih dokumen peneliti biasanya memilih dokumen elektronik, karena lebih mudah diolah dalam menghitung frekuensi kata.

2. Menghitung jumlah dan frekuensi kata. Setelah dokumen dipilih kemudian menhitung jumlah dan frekuensi kata. Menghitung jumlah frekuensi kata yang terdapat dalam dokumen, digunakan bantuan bantuan komputer, dengan memakai program aplikasi Microsoft Word. Caranya adalah semua kata yang terdapat pada artikel tersebut diblok (short), dengan menggunakan perintah convert table to text dari menu table, kemudian number colums diisi dengan angka satu (1), lalu di-click kemudian di – ascending, hasilnya ialah bahwa semua kata akan tampil berurut dengan frekuensi pemunculannya, selanjutnya frekuensi kata tersebut dihitung secara manual dan hasil angka frekuensi yang diperoleh


(42)

diketik disamping setiap kata (mulai dari frekuensi kata tertinggi sampai ke frekuensi rendah).

3. Menentukan titik transisi dari suatu dokumen. Untuk menentukan titik transisi, dipergunakan rumus dari dalil Zipf II yang sudah dikembangkan yaitu rumus ABC yaitu:

n

1,2

=

−�

±√�24��

2�

Diketahui bahwa nilai a dan b merupakan nilai konstanta yaitu 1, c adalah -2 x I1, sehingga menghasilkan rumus sebagai berikut :

n

1,2

=

−1±�1+8I1

2�

4. Penentuan daerah transisi. Dilakukan dengan cara mengambil 10 kata diatasdan 10 kata di bawah titik transisi.

5. Penentuan indeks dokumen. Kata-kata yang terdapat pada daerah transisi, setelah kata buangan (stopword) dihilangkan selanjutnya dijadikan menjadi indeks dokumen.

6. Interpretasi terhadap indeks dokumen.Setelah indeks dokumen diperoleh, maka selanjutnya diinterpretasikan atau dinilai apakah indeks tersebut benar-benar dapat menggambarkan isi atau subjek dari artikel atau dokumen yang sebenarnya, (Hasugian, 1999: 11)

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa untuk menentukan indeks suatu artikel terlebih dahulu memilih dokumen, biasanya dokumen berupa artikel elektronik. Menghitung jumlah dan frekunsi kata dapat dilakukan dengan bantuan komputer dengan memakai program Microsoft word. Menentukan titik transisi dapat dilakukan dengan memakai rumus ABC. Menentukan daerah transisi dapat dilakukan dengan mengambil 10 kata diatas dan 10 kata di bawah titik transisi. Menentukan indeks dokumen dilakukan dengan cara membuang stopword (kata buangan). Interpretasi terhadap indeks dokumen apakah indeks tersebut benar-benar dapat menggambarkan isi atau subjek dari artikel atau dokumen yang sebenarnya.

2.5 Masa Depan Pengindeks

Pengindeks tidak hanya mampu membuat indeks dengan thesaurus yang dipakainya sebagai acuan (standard), tetapi pengindeks harus mampu menganalisis tingkat kemanfaatan hasil olahannya.Upaya untuk menghasilkan indeks yang bermutu harus dilakukan bersamaan dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang ada dan membekali pengindeks dengan pendidikan khusus, sehingga pengindeks Indonesia dapat benar-benar matang sesuai pengindeks dunia.


(43)

Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi dewasa ini, tentunya tingkat keprofesionlan pengindeks sangat dituntut. Untuk mencapai tingkat efektifitas pemakaian indeks tentunya profesional indeks harus benar-benar bercermin pada user sebagai pemakai informasi yang dihasilkan, agar hasil yang dicapai benar-benar maksimal dan berdaya guna. Visi indeks sebenarnya sudah digambarkan oleh Paul Otlet (pelopor Universal Decimal Classification dan pendiri International Federation for Information and Documentation) sejak tahun 1934. Otlet dalam Margono (1999: 3) lebih menekankan pentingnya mekanisme pengolahan indeks dalam suatu mesin secara simultan bagi pengembangan indeks secara menyeluruh dengan sistem teks.

Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan oleh profesional indeks dalam mengontrol hasil olahannya, antara lain:

1. Tujuan Pembuatan Indeks

Tujuan ini harus disesuaikan dengan pengindeks (berdasarkan standard atau thesaurus), organisani, user, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal tersebut tidak mudah dicapai oleh profesional indeks, sebab standard yang biasa dipakai jauh lebih lama daripada perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Oleh sebab itu bagi profesional indeks tidak harus mengacu pada thesaurus saja tetapi pada mengikuti perkembangan ilmu yang melalui subject headings dan kepopuleran ilmu pengetahuan yang sedang berkembang pada saat ini.

2. Teknologi

Seharusnya seorang pengindeks langsung mengerjakan indeks pada komputer dan hasilnya dicetak setiap hari untuk dikoreksi dan langsung diperbaiki, sehingga informasi yang diolahnya tidak terlalu lama disimpan dan segera diakses oleh pengguna. “Walaupun teknologi informasi kian canggih, penelusuran melalui indeks tetap dibutuhkan oleh pengguna, karena indeks dapat memberikan analisis terhadap topik yang dicari secara nyata.” (Lathrop, 1998:20-21) dalam Margono (1994: 3). Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam kenyataanya pengguna selalu menginginkan penelusuran secara full text. Namun perlu diingat bahwa informasi full text tersebut selalu memberikan jawaban berkesinambungan, selalu mengacu pada refrensi lain yang berhubungan dengan topik tersebut (ditandai dengan istilah see, see


(44)

related, seealso). Sementar penelusuran yang dilakuakan melalui indeks dapat memberikan seluruh informasi yang terkait secara lengkap, tinggal pengguna memilih alternatif artikel yang tepat. Oleh sebab itu masa depan indekser tetap cerah karena masih banyak informasi yang belum terolah.

3. Etika

Diharapkan pengindeks benar-benar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya sehingga ilmu pengetahuan yang sedang berkembang di masyarakat dapat dijadikan sebagai kata kunci yang penting. Diluar negeri justru indeks dikerjakan oleh ilmuwan yang bersangkutan, disamping mereka mengerjakan penelitian, mereka juga membuat indeks (indeks dikerjakan oleh sarjana tamatan S1 – S3 , dimana S1 merupakan tahap mencari pengalaman dan S2-S3 merupakan subject specialist). Berbeda dengan peneliti di Indonesia, di mana mereka justru kurang memahami indeks dengan benar.

4. Pendidikan profesi

Menurut Wallis (1997: 190) dalam (Margono 1999: 4), “professional indeks dibagi menjadi dua yaitu pengindeks terakreditasi (accredited indexers) yaitu pengindeks yang lulus test berdasarkan standard British Society (BS), yang mencerminkan pekerjaan mengindeks dengan teori mengindeks yang benar; dan pengindeks terdaftar (registered indexers) yaitu pengindeks yang membuktikan pengalamannya berdasarkan keahlian/ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui prosedur pengindeksan yang diterapkan oleh British Society”.

Indexer di Indonesia hampir sebagian besar tidak memiliki pendidikan sebagai pengindeks professional seperti di atas. Indexer tersebut lebih menilai dan mengukur hasil yang diolah oleh pengindeks berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh pengindeks akan berjalan dengan baik asalkan sejalan dengan thesaurus yang diigunakan tanpa meninjau lebih lanjut apakah hasil kerja tersebut benar-benar bermanfaat bagi user.

Melihat kenyataan tersebut sebaiknya PDII-LIPI mulai membekali pengindeksnya melalui kursus yang berhubungan dengan status indekser di atas. Diharapkan indekser yang dimaksud dapat berkiprah lebih jauh untuk dapat membuat standard indeks Indonesia dimasa mendatang, apakah sebagai pengindeks terakreditasi atau pengindeks terdaftar. Hal ini sangat penting untuk mengoptimalkan


(45)

hasil indeks yang selama ini telah dikerjakan agar lebih berdaya guna, mudah ditelusuri/diakses, dan user cepat memperoleh informasinya.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah berdasarkan keilmuan yang dilandasi ilmu untuk mendapatkan data, mengumpulkan data, menganalisis data, menginterpretasi data serta menarik kesimpulan. Dengan cara ilmiah akan mendapatkan data yang objektif, valid dan reliable.

Penelitian ini adalah penelitian komparasi. Menurut Sudjud dalam Arikunto (2002 : 236) menyatakan,

“Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide”

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa penelitian komparasi adalah penelitian yang akan menghasilkan persamaan dan perbedaan dari objek atau subjek yang diteliti. Metode yang dilakukan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003: 54) menyatakan “metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat”. Dari pendapat tersebut dinyatakan bahwa metode deskriptif membuat gambaran faktual dan akurat mengenai fakta-fakta. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif.

3.1 Unit Analisis

Menurut Arikunto (1998: 132), “Unit analisis dalam suatu penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa yang dapat diklasifikasikan sebagai subjek penelitian adalah benda atau manusia”

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa unit analisis suatu penelitian merupakan satuan yang dijadikan sebagai subjek penelitian baik berupa benda atau manusia. Berawal dari pendapat di atas maka penulis menentukan unit analisis


(47)

penelitian ini adalah artikel yang dimuat dalam Journal of Education For Library and Information Science ( Tahun 2011 Volume 52 Issu Winter and Spring) yang dimuat dalam bentuk online dan bersifat free (gratis). Journal of Education For Library and Information Sciencemerupakan jurnal ilmiah di bidang ilmu perpustakaan dan informasi membahas tentang perpustakaan dan ilmu informasi. Jurnal ini terbit setiap tiga bulan sekali, kecuali tahun 2011 bahwa jurnal ini hanya terbit enam bulan sekali.

Journal of Education For Library and Information Scienceyang terbit tahun 2011 menghasilkan 17 artikel. Karena unit analisis yang tidak terlalu besar dan terdokumentasi maka penulis menjadikan semua artikel sebagai unit analisis. Dengan demikian 15 artikel dijadikan sebagai unit analisis penelitian.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: data berupa artikel yang dikumpulkan dengan cara browsing melalui situs

didownload dan dikonversi ke format word dan dicetak. File elektronik digunakan untuk menghitung indeks subjek dengan dalil Zipf, sedangkan objek yang dibandingkan adalah indeks subjek yang tercantum pada tiap – tiap artikel.

3.3 Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut agar pertanyaan-pertanyaan penelitian dapat terjawab. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

3.3.1 Memilih Dokumen Uji

Memilih artikel jurnal yang akan dianalisis dan menentukan subjek dari artikel itu sendiri.

3.3.2 Pengindeksan Subjek dengan Dalil Zipf’s

Dokumen yang sudah dipilih dan berbentuk file elektronik kemudian menentukan subjek dari masing-masing artikel tersebut. Pengindeksan subjek dilakukan dengan dalil Zipf’s. Adapun langkah-langkah dalam penentuan indeks subjek dengan dalil Zips yaitu:


(1)

Diketahui :

Jumlah keseluruan kata (N) = 451

Jumlah kata yag muncul satu kali ( I

1

) = 120

1,2

=

1 ±

1 + 8

1

2

1,2

=

1 ±

1 + 8(120)

2

1,2

=

1 ±

1 + 960

2

1,2

=

1 ±

961

2

1,2

=

1 + 31

2

1,2

=

30

2

n = 15

Jadi yang menjadi subjek adalah LIS, EDUCATION, LEARNING, SUGGEST,

RESEARCH


(2)

IV. Perhitungan Hasil Indeks Subjek Menggunakan Dalil Zipf’s pada artikel

Journal of Education for Library and Information Science

Volume 52 Issue

Spring Tahun 2011

Judul : Education for eScience Professionls: ob Analysis, Curriculum Guidance, and

Program Considerations

Ranking Frekuensi Kata

1 323 the

2 272 and

3 228 of

4 163 in

5 124 to

6 122 a

7 79 student

8 78 that

9 77 for

10 75 data

11 69 research

12 56 with

13 47 Analyses,profession

14 45 information

15 44 we

16 43 internship

17 42 science

18 42 skill

19 40 as

20 39 on DAERAH TRANSISI

21 38 EScience,management

22 37 Or,technological

23 36 work

24 34 Focus,their

25 31 Program,this

26 29 Area,need,scientific TITIK TRANSISI

27 28 project

28 27 Job,these,worked

29 26 Is,use,were

30 25 an

31 24 From,have,role DAERAH TRANSISI

32 23 group

33 22 by

34 21 Course,it,knowledge


(3)

36 19 Code,collaborating,organization

37 18 Importance,manager,report,such

38 17 Capabilities,had,they,two

39 16 Cyberinfrastructure,Database,varied

40 15 All,also,are,education,engineering,into,required,was

41 14 Be,curation,library,Three

42 13 Abilities,at,conference,Large,Other,participants,problem,tools 43 12 Degree,include,infrastructure,qualificative

44 11

Range,system,both,communicate

dataset,five,individual,master,preparation,provide,scripting, software,which,who

45 10

Collect,Curriculum,Describe,each,environment,Fine,,More,process, set,understand

46 9

Activities,Center,Computer,digital,duties,generate,maintained,majo r,may,one,People,some,specific,will

47 8

Between,categories,critical,During,Emerging,has,Involved,librarian s,Logs,Many,Method,New,not,number,obtain,than,There,train

48 7

About,addition,administration,approach,based,Challenge,content,Cr onshaw,design,distributed,extent,finally,framework,Given,Learn,lib rarianship,note,possible,result,specialists,take

49 6

Application,become,complete,coursework,discipline,essential,exper ience,gReat,identified,list,natural,performance,position,practice,pre sent

50 5

Presentation,rating,second,sharing,study,suggested,

summer,team,technical,term,thing,well,Because,been,cases,differen t,domain,effective,either,even,example,explore,,facilitate,find,follo wed,found,goal,,increase,itself,lab,less,manage,metadata,represent,r espect,scale,seem,servers,so,Social,statistical,Technique,them,upon, valuable, Where,While

51 4

Above,academia,any,applied,archive,best,biological,can,change,cha racteristic,Choose,class,clean,close,context,create,curricular,decade, defined,employ,expert,Figure,function,further,grid,Heidorn,help,hig hlighted,human,Institute,investigating,large,scale,light,Limited,mat erial,might,most,Palmer,particularly,recommended,related,responsi bilities,serve,

Setting,show,similar,solutions,structure,target,together,topics,transl ate,University,Utterances,web,workplace,would,Wright

52

2

Acquisition,advocated,allow,among,annotating,appear,,approximate ly,article,articulated,Assigned,author,available,background,bar,belo w,,bioinformatics,Biosciences,Britain,build,certificate,choice,classr oom,clear,cloud,,colleagues,commente,commercial,Comparable,co ncepts,configure,Considerations,contained,,contemporary,core,Corn ell,Cyber,deluge,demands,dimensions,discovery,discussion,,divided ,do,economy,educators,Embodied,enable,end,en,er,entitled,et,evide nce,evident,excel,exposure,fact,Foundation,Front,fulfill,gathered,gr aduate,Health,here,how,however,huge,,hybridized,idea,If,index,inst


(4)

all,International,Inventories,keep,key,language,level,libraries,Likew ise,line,long,mainly,market,Medical,men,mentioned,mixture,must,n ext,Notably,numerous,,objects,observation,offer,once,Only,original, over,overlap,part,physics,play,plot,policies,possess,,possibilities,pra ctical,premiseprevious,prior,,roductively,progress,,protocol,provem ent,public,question,quickly,Rather,Recall,reduced,relevant,repeated ly,say,School,sensor,,Several,shaded,ships,hould,Single,six,small,so phisticated,spent,still,strategies,strategy,,striking,strong,subject,suffi cient,Terminology,throughout,time,took,traditional,triangulate,t,ype s,under,undergraduate,vein,Website,What,wide,Without,women,wo rd,years,zero

53

1

Able,Absent,absolutely,abstractions,accelerating,accepts,accomplis hed,account,achieved,acquired,actieActual,acuity,adapted,added,ad dress,admirably,admission,advantages,age,ago,agreement,Albitz,ali gnedAllen,alongside,Anderson,another,anship,answer,anyone,appli cable,aptly,arbitrary,architectures,arguable,arose,arrays,,arts,aspire, association,assuming,assurance,Atkins,atAtention,,attitudes,average d,avoided,Baker,balance,before,,being,Belts,beneficially,better,bey ond,Blatt,blue,blueprints,body,Booth,Borgman,Branch,Brook,Burto n,cadre,calibrated,capable,capacity,captures,catalogers,cated,central ,Century,,certain,chances,check,cilitating,citation,clarification,clima te,Clinical,clues,cluster,codingcoder,Cognitive,cohort,cohort,all,coi ned,College,,coming,common,commonly,compendium,competencie s,Compiling,complementary,compliance,concerted,conclude,condu ct,consensus,consequent,considered,Consistent,Consortium,constan t,construed,contributed,converged,conversationfour,Conway,cooper ating,coordinating,corollary,corporate,Corporation,corpus,correspo nds,cost,Councils,coworker,Cragin,Croneis,Cronshaw'original,curre nt,customer,dean,,decompose,decrease,deductive,Deeken,defme,def mitions,Delayed,deliberations,dents,deserves,designers,detailed,dét ente,developed,,did,DigCCurr,directly,disablities,displays,distance, diverse,division,doctoral,does,doing,drew,duty,eastern,Ecological,e dge,effete,Electives,electronic,Element,else,embedded,encountered, ended,energy,enhances,ensuring,enterprises,Entire,entry,entwined,e qual,equipment,,especially,established,ethics,evolution,evolving,Ex ercise,expanded,expense,experimental,extremely,faced,familiarity,f athoming,feedback,few,fields,fif,h,firms,Fisher,fixed,footnote,forei gn,foremost,forth,Fortunately,fostering,framed,fulfilled,fully,future, generation.global.gordon.Grace.graphics.grows.Guidance.guided.ha

lf.Hall-Ellis.Hampshire.he.headed.heard.heavy.Henderson.hierarchy.holder s.hospitable.hosts.hours.Hubbard,Hundreds.idiosyncratic.imagined.i mmense.implies.impractical.improvement.Incident.independently,I

ndicators.indispensable.inductive.inevitable,.,informants-lab,innovative,input,Instead,,instructional,instruments,intentionally,

interaction,interconnected,interfacing,intermediate,Inter-University,intervals,interview,intrinsic,introductory,involvementirri table,Judicious,Khurshid,kind,Kinkus,know,Krause,Kwasik,landsca


(5)

pe,Lastly,Laszewski,least,Lee,left,leg,length,library,lifetime,locatin g,lost,medium-sized,meeting,members,memorized,metadata-received,Michigan,,microscopes,Microsoft,mind,minimal,minutes, missions,mixed,modeling,moving,Multiple,non-commercial,non-technical,novel,occupy,occurrences,occurs,offindings,ongoing,,onsi te,Open,open,ended,operating,optimally,optimized,order,oriented,o ught,outlook,overarchingoverloading,Own,ownership,pace,path,pen dulum,perceptual,periodically,pertaining,pessimistic,pharmaceutical Phone,placed,plus,polished,Political,Pomerantz,positive,posting,po werful,preferences,preferred

Principles,priwe,probably,procedures,prognosticator,prominently,pr omising,proteomics,,quite,radarrandom,rapid,rated,raw,reasons,rece ived,record,redoubled,reeognition,reeommended,reexamine,referen ce,regions,relational,relative,releasing,reliable,remedial,remember, Renear,repetition,Repositories,resources,respondents,reuse,Revoluti onizing,ribbon,rich,Ricking,roughlyrouters,Row,rules,sample,scatte rgram,scholars,scope,section,security,seeking,segments,self,self-

guided,semi-structured,sent,sentiments,separate,sequence,sessions,seven,several, Shank,Shortly,side,sidiary,signifies,simulation,situated,size,Smithso nia,sometime,sorne,sought,sources,speaking,staff,Starting,storing,st rength,struggling,sub,components,substantial,subWe,successful,sup ply,swinging,symbols,Syracuse,tail,tangible,tape,recorded,taught,te aching,telephones,textual,themselves,thereafter,Thomas,Though,tho usands,threads,thrilled,Thus,Top,Transform,Travel,trends,trickle,tri partite,truly,unexpectedly,unit,up,updated,us,usage,usually,vanguar d,versus,very,views,virtualization,walls,Waters,Wave,were,Whethe r,Whole,whom,whose,wished,Work,oriented,Workplace,talents,wor kshops,world,worthwhile,worthy,wrote,Yakel,Yarmey,Yet,Zhang


(6)

Diketahui :

Jumlah keseluruhan kata (N) = 8133

Jumlah kata yag muncul satu kali ( I

1

) = 458

1,2

=

1 ±

1 + 8

1

2

1,2

=

1 ±

1 + 8(458)

2

1,2

=

1 ±

1 + 3664

2

1,2

=

1 ±

3667

2

1,2

=

1 + 60,5

2

1,2

=

59,5

2

n = 29,7 = 30

Yang menjadi subjek adalahEScience ,management ,technological ,work,

Focus,Program, technological, scientific, project, area