Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sebagai salah satu pusat sumber informasi bagi masyarakat luas. Siap menampung serta mengelola sumber-sumber informasi tersebut sehingga dapat disajikan kepada pengguna, untuk memenuhi kebutuhan informasi secara cepat dan tepat. Pengolahan yang dimaksud mencakup kegiatan pengatalogan catalouging. Salah satu kegiatan pengatalogan dokumen adalah pengindeksan. Pengindeksan adalah salah satu kegiatan utama yang dapat mendukung proses temu kembali suatu dokumen. Pengindeksan yang dimaksud adalah pengindeksan subyek, yang dikenal dengan indeks subyek. Pengindeksan ini mempunyai tujuan yaitu menghasilkan suatu indeks yang digunakan untuk membantu proses temu balik retrieval dari suatu dokumen. Pengindeksan subjek menghasilkan deskripsi indeks subyek index description yang merupakan deskripsi ringkas mengenai dokumen. Masalah pertama yang dihadapi dalam proses ini adalah menetapkan isi dokumen yang didasarkan pada analisis subjek sehingga harus dikerjakan secara akurat dan konsisten. Indeks merupakan cantuman dari bermacam-macam atribut yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pencarian dokumen. Jika atribut tersebut berupa subjek, maka indeks yang mewakilinya disebut sebagai indeks subjek. Sedangkan bila atribut tersebut berupa pengarang, maka indeks yang mewakilinya disebut sebagai indeks pengarang. Indeks subjek adalah hasil dari proses analisis terhadap isi suatu artikel atau dokumen. Indeks dibuat terutama untuk keperluan temu kembali informasi dari suatu pangkalan data, ataupun dari dalam suatu karya tercetak. Jadi dalam hal ini indeks subjek berperan sebagai alat untuk mengakses sebuah atau sekumpulan dokumen secara cepat dan tepat. Secara umum pembentukan indeks subyek dilakukan dengan dua cara yaitu pertama, secara manual yang biasanya dilakukan oleh seorang indekser. Yang kedua, secara otomatis biasanya dilakukan dengan menggunakan program komputer. Pengindeksan manual akan menghasilkan indeks subjek dengan bahasa terkendali, dan menghasilkan kosa kata yang baku karena menggunakan alat seperti Universitas Sumatera Utara thesaurus,sedangkan pengindeksan otomatis menghasilkan indeks subyek dengan bahasa alami tidak terkendali karena hasil indeks subyek yang dihasilkan dari bahasa dokumen tersebut. Pengindeksan subjek secara manual biasanya dilakukan oleh pustakawan yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang pengindeksan. Seorang indekser harus mampu menganalisis dan mengevaluasi suatu dokumen artikelteks serta harus mampu membuat notasi klasifikasi dari suatu dokumen. Hasil indeks subjek yang dihasilkan para indekser akan dicocokkan dengan thesaurus daftar istilah yang terkandung dalam satu subjek ilmu pengetahuan,LCSH Library of Congress Subject Headings merupakan daftar istilah yang terkandung dalam berbagai subjek ilmu pengetahuan, MeSHMedical Subject Headings, dan lain-lain, sehingga indeks subjek yang dihasilkan oleh indekser merupakan indeks subjek yang terkontrol dan menjadi kosa kata vocabulary yang baku. Permasalahan yang sering terjadi diperpustakaan ialah bahwa proses indeks manual membutuhkan waktu yang lama dan jumlah dokumen yang dapat di indeks terbatas. Dokumen yang datang langsung ke bagian pengadaan kemudian disesuaikan dengan daftar buku-buku yang dibeli. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan stempel inventaris, isi data inventaris, pemeriksaan judul ke OPAC, membuat deskripsi bibliografi dokumen, menentukan nomor kelas, serta menentukan subjek dokumen dimana banyaknya dokumen yang diindeks tergantung dengan banyaknya dokumen yang datang. Pada akhirnya dokumen disajikan bagi pengguna. Hal ini berakibat terhadap pelayanan perpustakaan dimana sebuah dokumen akan lama sampai kepada pengguna sejak dokumen datang. Sebaliknya pengindeksan otomatis prosesnya cepat dan dokumen yang di indeks jumlahnya lebih banyak. Akan tetapi kosakata atau deskripsi indeks yang dihasilkan bukanlah bahasa baku standard melainkan bahasa dokumen. Oleh karena itu sering terjadi perbedaan deskripsi indeks yang di hasilkan secara manual dan otomatis. Penentuan indeks subjek juga dapat dilakukan dengan menggunakan dalil Zipf’s. Pengindeksan seperti ini disebut juga pengindeksan secara otomatis. Pengindeksan ini menghitung frekuensi kata yang sering muncul pada artikel. Universitas Sumatera Utara Frekuensi kata yang muncul dijadikan sebagai subyek, tetapi stopword tidak termasuk dalam penentuan subyek.Pengindeksan yang dilakukan dengan menerapkan dalil Zipf’s biasanya digunakan untuk menentukan indeks subjek dari artikel jurnal ilmiah. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pengindeksan dalil Zipf’s, antara lain yaitu proses pembentukan indeks dan temu kembali informasinya lebih tepat, karena menentukan indeks subyek menggunakan program komputer. Hasil yang diperoleh dengan program komputer bisa memperkecil tingkat kesalahan pengindeksan sampai kepada tingkat yang sangat kecil, akan tetapi istilah indeks dan bahasa indeks yang dihasilkan tidak terkontrol uncontrol vocabulary, karena tidak dikonsultasikan kepada thesaurus atau tajuk subjek yang baku. Bahasa indeks yang dimaksud ialah kosa kata yang telah dimodifikasi maupun sintaksisnya, sehingga tercipta bahasa yang terkendali. Berdasarkan fenomena pustakawan yang terdapat di Indonesia masih banyak balum mengenal dan memahami pengindeksan menggunakan dalil Zipf’s untuk menghasilkan subyek pada artikel. Indeks subjek yang dihasilkan oleh dalil Zipf dapat memiliki tingkat persamaan dan perbedaan dengan indeks subjek yang dihasilkan oleh indekser, dimana istilah subjek telah dicocokkan dengan thesaurus. Penelitian tentang dalil Zipf ini sudah pernah dilakukan oleh Sitohang, Ganda 2009, pada artikel ilmiah dari The Journal of Knee Surgery Tahun 2008 Volume 21, Issu 2, 3, dan 4. The Journal of Knee Surgery merupakan salah satu jurnal ilmiah di bidang ilmu kedokteran yang secara khusus membahas tentang pembedahaan tulang. Kesimpulan yang diambil bahwa, ada 36 artikel yang diuji coba dengan menggunakan dalil Zipf’s. Diperoleh hasil penelitian penggunaan dalil Zipf’s ternyata memiliki tingkat relevan yang tinggi jika dibandingkan dengan hasil relevan marginal dan hasil indeks subjek yang tidak relevan. Hal ini terbukti dari hasil rekapitulasi, dimana tingkat relevan berjumlah 66 sedangkan tingkat relevan marginal dan tingkat non-relevan masing-masing 17. Penulis berkeinginan mencoba untuk menerapkan dalil Zipf’s dalam menentukan indeks subyek artikel ilmiah. Artikel yang akan diindeks adalah artikel Universitas Sumatera Utara ilmiah dari Jurnal Of Education For Library and Information Science Tahun 2011, Volume 52 issu 1winter dan 2spring. Jurnal ini merupakan jurnal ilmiah untuk bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang khusus membahas ilmu perpustakaan. Jurnal ini menyediakan informasi praktis mengenai perpustakaan yang sifatnya membangun ilmu dibidang perpustakaan dan perolehan informasi. Keaslian artikel ini telah diuji dan ditinjau oleh para ahli dibidang ilmu perpustakaan yang disebut pustakawan. Informasi yang terkandung dalam artikel jurnal ini sangat berguna bagi pustkawan atau orang yang sedang belajar bidang ilmu perpustakaan dan informasi. Penentuan Indeks subyek pada setiap artikel pada Jurnal Of Education For Library and Information Science Tahun 2011, Volume 52 issu 1winter dan 2springmenggunakan thesaurus library.

1.2 Rumusan Masalah