Rumusan Masalah Tujuan Kegiatan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian yang Relevan

commit to user 3 menyebabkan langkah menjadi pendek dan kurang cepat, sehingga kecepatan lari yang dicapai menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut perlu upaya pemecahan. Salah satu upaya pemecahan yang dapat dilakukan yaitu, dengan memberikan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki teknik langkah dan meningkatkan kecepatan serta panjang langkah. Salah satu masalah menarik dalam peningkatan teknik dasar lari adalah menyangkut metode pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Dalam praktik pembelajaran lari di sekolah, umumnya guru hanya menekankan pada pencapaian hasil, tanpa berusaha memperbaiki metode dan proses pembelajarannya. Dalam pembelajaran teknik dasar lari yang dilakukan para guru pendidikan jasmani di sekolah pelaksanaannya hanya ke lapangan, lalu siswa diberikan materi teknik lari, kemudian siswa disuruh mempraktikkan secara berulang-ulang dan diukur hasilnya, lalu sudah selesai. Tetapi model pembelajaran seperti itu seringkali tidak menarik dan membosankan, sehingga siswa malas mempelajari gerakannya sehingga hasilnyapun menjadi kurang optimal. Guru perlu mencoba mengadakan pembaharuan dalam pembelajaran, dengan menyesuaikan karakteristik siswa sehingga siswa lebih tertarik untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Anak akan merasa senang jika melaksanakan kegiatan yang sifatnya menggembirakan. Pembelajaran teknik dasar lari dapat dilakukan dengan bentuk lain yang menyerupai dan mengarah pada pembentukan gerak keterampilan lari. Bentuk pembelajaran seperti ini dapat disebut pembelajaran dengan metode tidak langsung. Salah satu bentuk pembelajaran secara tidak langsung adalah metode bermain. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berkeinginan meneliti upaya peningkatan pembelajaran lari menggunakan metode bermain pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu: Apakah pendekatan bermain secara berkelompok dapat meningkatkan commit to user 4 pembelajaran gerak dasar lari pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara ? 1. Bermain berkelompok adalah aktivitas yang dilakukan secara berkelompok dengan sukarela dan didasari oleh rasa senang untuk memperoleh kesenangan dari permainan itu. 2. Gerak dasar lari adalah gerak langkah kaki yang dipercepat sehingga ada kecenderungan badan melayang dan kedua kaki tidak menyentuh tanah atau sekurang-kurangnya satu kaki menyentuh tanah.

C. Tujuan Kegiatan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Untuk membuktikan apakah benar pembelajaran gerak dasar lari dapat ditingkatkan menggunakan pendekatan bermain secara berkelompok. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar gerak dasar lari pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh dengan menggunakan metode bermain.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengajar atletik dan kreatif khususnya mengajar gerak dasar lari cepat, agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal. 2. Bagi siswa, akan meningkatkan kualitas belajar atletik khususnya gerak dasar lari menggunakan metode bermain secara berkelompok. 3. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan bahwa salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran gerak dasar lari cepat adalah metode bermain secara berkelompok. commit to user 5 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran

Pembelajaran terdiri atas proses mengajar dan belajar, dimana mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang saling berkaitan. Dalam penelitian ini akan diuraikan secara terpisah antara pengertian mengajar dan belajar. Hubungan pembelajaran adalah suatu proses yang timbal balik, dimana terjadi suatu komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah pengajar dan siswa yang diajar. Terjadinya proses komunikasi adalah mutlak untuk berhasilnya suatu proses yaitu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, atau ketangkasan. Kegiatan mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap, kecakapan atau keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subjek yang sedang belajar. Sedangkan kegiatan belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri masing-masing individu. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu, apabila terdapat perubahan-perubahan yang bersifat lebih baik dan pada sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain keterampilan, pengetahuan, kecakapan, kebiasaan dan sikap. Berkaitan dengan belajar Sugiyanto dan Sudjarwo 1991: 232 mengemukakan, belajar adalah merupakan sesuatu yang kompleks, yang menyangkut bukan hanya kegiatan berpikir untuk mencari pengetahuan, melainkan juga menyangkut gerak tubuh dan emosi serta perasaan, misalnya dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca, tidak bisa melompat menjadi bisa melompat. Perubahan yang terjadi pada seseorang dari pembelajaran relatif lebih permanen sebagai akibat dan pengalaman, latihan atau belajar secara terus menerus dalam waktu tertentu. 5 commit to user 6 Kegiatan belajar dapat terjadi di rumah, di lingkungan tempat tinggal, di lapangan, dan di lembaga-lembaga yang telah disediakan. Berdasarkan pengertian mengajar dan belajar yang telah uraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, pembelajaran keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan efektivitas dalam melakukan gerak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pembelajaran lari adalah proses pembelajaran lari agar siswa memperoleh pengertian, kecakapan, ketangkasan atau keterampilan tentang gerak yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa dalam proses belajar dan guru yang memberikan materi pembelajaran mengajar. Untuk menyajikan seperangkat kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk tercapainya tujuan yang diinginkan, salah satunya menerapkan metode pembelajaran yang baik dan tepat. Metode pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan pendekatan yang membantu tercapainya tujuan dengan mengacu pada metode pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan. Metode pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat mempengaruhi pencapaian pembelajaran. Berhasil dan tidaknya tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru atau pelatih. Dalam memilih metode pembelajaran banyak pertimbangan yang dapat dipergunakan, secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa terhadap hakikat belajar yang spesifik, membangkitkan motivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan segera, memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses pendidikan pada umumnya. Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. commit to user 7 Dengan metode pembelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian pembelajaran lebih optimal. Menurut Winarno Surakhmad 1984: 69, metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat suatu mencapai tujuan. Sedangkan menurut Aip Syarifuddin 1992: 185 bahwa, metode adalah cara atau jalan atau aturan untuk mencapai tujuan. Suatu metode atau cara yang dipilih tentunya telah dipikirkan dengan seksama sehingga merupakan pola tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian metode yang dikemukakan oleh dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode adalah suatu cara yang dipilih serta yang dilakukan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Dalam hal ini metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan lari.

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Guru selalu dihadapkan pada berbagai hal yang memerlukan pengambilan keputusan sehubungan dengan tugasnya baik sebelum, selama maupun sesudah terjadinya proses atau situasi belajar mengajar. Guru harus mengambil keputusan-keputusan tentang apa, bagaimana, kapan, untuk apa dan sebagainya mengenai setiap situasi atau kondisi belajar yang perlu diciptakan. Termasuk mengambil keputusan mengenai pelaksanaan rencana yang telah dibuat, dan mengenai berhasil atau tidaknya pelaksanaan rencana. Berhasil tidaknya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah dilakukan kegiatan evaluasi. Disamping itu, hasil evaluasi bisa juga digunakan sebagai masukan dalam penyusunan dan pelaksanaan program selanjutnya. Kegiatan yang paling strategis dalam proses pembelajaran adalah pemilihan dan penetapan metode pembelajaran sebelum proses tersebut dilaksanakan. Untuk kepentingan penyusunan strategi proses belajar mengajar perlu dipahami tentang segala hal yang bersangkutan dengan proses tersebut. Unsur-unsur metode yang berkenaan dengan strategi belajar mengajar merupakan unsur penting. Metode pembelajaran dalam pendidikan commit to user 8 jasmani sangat kompleks dan banyak macamnya. Rusli Lutan 1994 : 39, menyatakan bahwa, Metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu metode mengajar langsung dan tidak langsung. Metode mengajar langsung meliputi : metode mengajar komando, metode mengajar individual, metode mengajar resiprokal, metode mengajar inklusi. Sedangkan yang dikategorikan sebagai metode mengajar tidak langsung adalah metode mengajar eksplorasi, metode guide diseovery, metode mengajar divergent production. Sedangkan Supandi 1992 : 24-42, menyatakan bahwa Secara garis besarnya berbagai metode proses belajar mengajar pendidikan jasmani itu meliputi : metode komando, metode tugas, metode resiprokal, metode mandiri berstruktur, metode diskoveri terbimbing dan metode pemecahan masalah.

3. Metode Bermain

Menurut John Dewey dalam Soetoto Pontjopoetro 2004: 1.3 berpendapat bahwa, bermain adalah suatu pandangan atau sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasi. Bermain merupakan bentuk aktivitas permainan. Permainan merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi tiap orang, terutama bagi anak-anak. Rusli Lutan 1991: 4 memberikan batasan tentang permainan sebagai berikut, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan peraturan. Permainan merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. Perlu dipahami dan dimengerti, setiap metode pembelajaran tentu memiliki ciri tersendiri. Demikian juga metode pembelajaran bermain juga memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra 1999:74-75 mengemukakan mengenai ciri- ciri bermain sebagai berikut: a. Permainan merupakan kegiatan yang dilakukan secara bebas dan suka rela. b. Permainan bukanlah kehidupan bisa atau yang nyata. Karena itu bila diamati secara seksama perilaku anak selama permainan, mereka berbuat berpura-pura atau tidak sungguhan. commit to user 9 c. Permainan berbeda dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam tempat dan waktu. Permainan selalu bermula dan berakhir, dan dilakukan di tempat tertentu. Bertalian dengan syarat di atas, permainan memerlukan peraturan. d. Permainan memiliki tujuan yang terdapat dalam kegiatan itu, dan tak berkaitan dengan perolehan keuntungan material. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan bermain jika aktivitas itu dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dengan tanpa adanya tujuan untuk memperoleh keuntungan material, dan terikat pada peraturan tertentu yang harus dipatuhi bersama. Bermain dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pembelajaran lari, khususnya di Sekolah Dasar. Penyajian pelajaran di SD perlu kreatifitas guru, agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Berkaitan dengan pemberian pelajaran di SD, Depdikbud 1993: 4 mengemukakan bahwa, cara pelaksanaannya dapat dengan pembelajaran, menirukan, permainan, perlombaan, pertandingan, dan atau tes. Sedangkan pengertian pendekatan permainan menurut Wahjoedi 1999:121 adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa di Sekolah Dasar, pembelajaran gerak dasar lari untuk siswa di Sekolah Dasar dapat diberikan dalam bentuk permainan, menirukan atau perlombaan. Bentuk permainan yang diterapkan dalam pembelajaran lari dapat berupa perlombaan. Bentuk permainan dalam bentuk pertandingan atau perlombaan dapat disebut agon. Rusli Lutan 1991: 5 menyatakan bahwa, agon merupakan jenis permainan yang mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan. Bentuk bermain dan perlombaan untuk pembelajaran teknik lari, khususnya bagi siswa SD, menurut Aip Syarifuddin l992: 55 antara lain adalah: a. lari dalam bentuk permainan hijau-hitam. b. lari bolak-balik memindahkan benda. c. lari melewati bangku-bangku pendek bangku Swedia jika ada. d. lari sambil menggendong temannya secara bergantian. e. lari dengan ujung kaki sambil mengangkat lutut atau paha. commit to user 10 f. lari menirukan binatang kijang. g. lari sambil melompat-lompat dengan langkah panjang. h. lari pada lubang-lubang ban mobil bekas atau simpai. Sedangkan bentuk bermain yang dapat digunakan melatih kecepatan menurut Soetoto Pontjopoetro,dkk 2004 diantaranya adalah : a. ambil balok dari lingkaran tengah b. mengibarkan sapu tangan c. main galah gobak sodor d. cepat dapat e. orang kaya dan si miskin f. memindahkan balok ke sana ke sini g. lari melewati lorong Pada pembelajaran lari dapat dilakukan dengan permainan. Permainan yang dilaksanakan pada penelitian ini dalam bentuk lomba atau kompetisi secara berkelompok. Bagi siswa Sekolah Dasar permainan merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan, sehingga bentuk permainan akan dapat meningkatkan gairah dan motivasi mereka untuk menguasai teknik yang diberikan. Pembelajaran ini harus dirancang secara sederhana dengan aturan-aturan yang dapat dipahami oleh anak sehingga mereka dapat permainan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai. Bermain merupakan cara untuk menciptakan suasana kompetitif pada siswa, seperti untuk mencapai kemenangan yang peraturannya telah disepakati terlebih dahulu. Motivasi atau dorongan belajar berperanan penting bagi tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu pelajar perlu ditumbuhkan motivasi dan semangat belajarnya. Motivasi belajar dapat ditumbuhkan diantaranya melalui penciptaan rasa kompetitif. Sugiyanto 1998: 330 mengemukakan bahwa, mengenai semangat berusaha bisa ditimbulkan atau ditingkatkan antara lain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara pelajar. Dengan adanya suasana kompetitif, pelajar akan berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dari teman-teman yang lain. Adanya sifat kompetitif ini membawa peserta merasa tertantang untuk memperoleh kemajuan dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui dalam permainan. Sedangkan dengan adanya peraturan dapat menumbuh commit to user 11 kembangkan sikap disiplin, saling menghargai dan bertanggung jawab dalam mentaati peraturan yang berlaku secara seksama. Terciptanya situasi yang kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas gerak dengan sebaik-baiknya. Pembelajaran lari dengan metode bermain merupakan cara belajar yang dalam pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk permainan. Pembelajaran lari dengan metode bermain adalah cara belajar yang menuntut kemandirian siswa. Kreativitas, inisiatif, kemampuan siswa untuk berpikir dan memahami pola permainan serta memecahkan masalah yang terjadi di dalam permainan sangat dituntut. Siswa berperan penting untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam permainan. Manfaat permainan bagi anak-anak tidak dapat diragukan lagi. Sesuai pendapat Gustmuts, Monessori dan Frobel dalam Soetoto Pontjopoetro 2004: 1.12 menyatakan bahwa permainan menjadi alat pendidikan yang utama bagi anak-anak. Adapun kegunaan permaian itu adalah: a. Permainan merupakan alat penting untuk menumbuhkan sifat sosial untuk hidup bermasyarakat, karena dengan bermain, anak dapat mengenal bermacam-macam aturan dan macam-macam tingkah laku. b. Permainan merupakan alat untuk mengembangkan fantasi, bakat dan kreasi. c. Permainan dapat mendatangkan berbagai macam perasaan, antara lain perasaan senang dalam melakukan permainan. d. Permainan bersama dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan disiplin karena anak harus mentaati peraturan-peraturan. Salah satu karakteristik siswa seusia Sekolah Dasar adalah hasrat bergerak atau senang bermain. Besar kecilnya hasrat bergerak tiap anak itu berlainan, karena sudah merupakan pembawaan masing-masing. Yang dapat kita diberikan hanyalah pengaruh terhadap tujuan hasrat bergerak itu, dengan jalan memberikan permainan-permainan yang menarik perhatian dan bermanfaat. Menurut Soetoto Pontjoputro 2004: 1.7 menyebutkan anak- anak suka bermain karena : a. Ingin bergaul dengan orang lain. b. Ingin tahu akan prestasi sendiri, dibanding dengan prestasi orang lain atau prestasi sendiri yang dahulu. commit to user 12 c. Ingin mengalami suatu kejadian yang tidak sungguh-sungguh yaitu dalam permainan fantasi dan permainan meniru. d. Ingin mengadu kecakapannya, keberaniannya, untuk nasibnya dengan orang lain.

4. Karakteristik Siswa Kelas III SD

Menurut Nursidik Kurniawan bahwa ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik dibahas sebagai berikut: Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat sportif, mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus commit to user 13 merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukanmemperagakan sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep- konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar mengangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan commit to user 14 dirinya. Beberapa tugas pekembangan terutama bersumber dari kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai kepribadian individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat dalam kehidupan. Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu 1 kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya 2 kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan 3 kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa. Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dilakukan oleh Karsiyah, penelitian yang berjudul “Upaya peningkatan pembelajaran gerak dasar lari dengan pemberian model bermain siswa kelas V SD Negeri Legok Pekuncen Banyumas”, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran bermain, menarik dan menyenangkan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar. Siswa yang nilainya belum memenuhi batas minimal ketuntasan pada perlakuan pertama dapat ditingkatkan pada perlakuan kedua. Nilai rata- rata pada pre test sebesar 63,8. Nilai rata-rata pada siklus pertama 67,6, setelah melakukan siklus kedua nilai rata-ratanya 73,05.

C. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN PENDEKATAN PERMAINAN LOMPAT KATAK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 KLAMPOK PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 3 59

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SEPAKBOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN SECARA SIRKUIT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SIRKANDI PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 20102011

2 19 71

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Gerak Dasar Lari Dengan Menggunakan Pendekatan Bermain Pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Karangmojo Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETRAMPILAN GERAK DASAR ANAK MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS III SD N 3 BOLON COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016.

0 5 130

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOKOMOTOR LARI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SUMBER 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 19

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LARI CEPAT MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SOJOKERTO LEKSONO WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014.

0 0 1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LARI CEPAT DENGAN METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MIPITAN SURAKARTA TAHUN 2012/2013.

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PRIGI, PEJAGOAN, KEBUMEN TAHUN 2014/ 2015.

0 1 194

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERMAINAN BOKER PADA SISWA KELAS III SD NEGERI PUCANG KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015 2016 -

0 0 43

TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP IKLAN DI TELEVISI PADA DESA KALIWINASUH KECAMATAN PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012

0 0 12