UPAYA MENINGKATAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERMAIN KELOMPOK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 KALIWINASUH PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 20102011

(1)

commit to user

UPAYA MENINGKATAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERMAIN KELOMPOK

PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 KALIWINASUH PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Skripsi oleh:

LASTE WINARSIH NIM. X4709079

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERMAIN KELOMPOK

PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 KALIWINASUH PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

LASTE WINARSIH NIM. X4709079

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juni 2011

Pembimbing I

Dra. Ismaryati, M.Kes NIP. 19630505 198903 2 001

Pembimbing II

Drs. Wahyu Sulistyo, M.Kes NIP. 19490505 198503 1 001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jum’at Tanggal : 17 Juni 2011

Tim Penguji Skripsi :

( Nama Terang ) ( Tanda Tangan )

Ketua : Drs. Agus Mukholid, M.Pd ……….

Sekretaris : Slamet Riyadi, S.Pd.M.Or ………. Anggota I : Dra. Ismaryati, M.Kes ...……… Anggota II : Drs. Wahyu Sulistyo, M.Kes …….………

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v ABSTRAK

L a s t e W i n a r s i h , UPAYA MENINGKATAN PEMBELAJARAN LARI MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERMAIN KELOMPOK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 KALIWINASUH PURWAREJA

KLAMPOK BANJARNEGARA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan pembelajaran lari menggunakan metode bermain secara berkelompok pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara, berjumlah 22 siswa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 2 siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pada masing-masing siklus dilakukan evaluasi dan refleksi. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tindakan perencanaan adalah skrenario tindakan yang akan dilaksanakan dan memilih materi yang hendak disajikan. Pelaksanaan adalah implimetasi tindakan kedalam kontek proses belajar mengajar. Observasi atau pengamatan berfungsi sebagai proses dokumentasian dampak dari tindakan serta menyediakan informasi untuk tahap refleksi. Refleksi adalah upaya evaluasi diri secara kritis dilakukan oleh peneliti, kolaborator dan orang-orang yang terlibat dalam penelitian.

Pada nilai rata-rata siswa putra dan putri 74,3. Dengan nilai tersebut dapat digolongkan bahwa nilai rata-rata siswa putra dan putri belum memenuhi KKM, karena batas nilai ketuntasan dalam pembelajaran adalah 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada upaya peningkatan pembelajaran lari menggunakan metode bermain pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Laste Winarsih, An Effort to Increase The Study of Running Basic Motion by Using Group Play Approach of The Third Students of SD Negeri 3 Kaliwinasuh, of Purwareja Klampok, Banjarnegara. Skripsi, Surakarta : Teacher Training and Educational Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, May 2011.

The aim of the research is to know whether there is an effort to increase the study of running by using grup play method of the third students of SD Negeri 3 Kaliwinasuh of Purwareja Klampok, the regency of Banjarnegara.

The subject of this research is the third grade students of SD Negeri 3 Kaliwinasuh, Sub district of Purwareja Klampok, the regency of Banjarnegara that consist of 22 students. The research was carried out uses 2 cycles that each cycle consists of 2 meetings. In each cycle there are evaluation and reflection. The monitoring was done in this research are consists of 4 stages, there are planning, implementation, observation and reflection. Planning action is a scenario action that will do and chooses the matter that will shown. Implementation is the implementation action to the context of teaching learning process. Observation or supervision is function as a documentation process, the impact of the action that also prepares the information to the reflection stage. Reflection is an effort of self evaluation critically that was done by the writer, collaborator and the peoples that etangle in this research.

At the beginning of the study, only 31% of students that reach the minimal criteria of completeness with the average 74,3. After the second cycle had an increasing, the student that reach the minimal criteria of completeness that is 73% with the average 77,09. So, there is an effort to increase the study of running basic motion by using group play approach of the third grade students of SD Negeri 3 Kaliwinasuh, of Purwareja Klampok, Banjarnegara.


(7)

commit to user

vii MOTTO

“Ilmu dan kebijaksanaan itu merupakan sahabat yang setia untuk teman hidup sampai kepada penghabisan umur kita”


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada Bapak dan Ibu tercinta, Suami dan anak-anak tersayang,


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

2. Dra. Ismaryati, M.Kes, pembimbing I dan Drs. Wahyu Sulistyo, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar;

3. Sumenti, S.Pd, selaku Guru Pamong, yang telah memberikan pengarahan dan sarannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

5. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebut satu persatu, yang telah memberikan bantuan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Juni 2011


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Kegiatan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Metode Pembelajaran ... 5

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 7

3. Metode Bermain ... 8

4. Karakteristik Siswa Kelas III SD ... 12

B. Penelitian yang Relevan ... 14

C. Kerangka Berpikir ... 14


(11)

commit to user

xi BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

B. Subjek Penelitian ... 17

C. Sumber Data ... 17

D. Teknik Pengolahan Data ... 18

E. Analisis Data ... 18

F. Prosedur Penelitian ... 19

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 22

B. Pembahasan ... 30

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 33

B. Implikasi ... 34

C. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Teknik Pengolahan data ... 18

2. Rekap Nilai Gerak Dasar Lari Studi Awal ... 30

3. Rekap Nilai Hasil Siklus I dan II ... 31

4. Rekap Nilai Gerak Dasar Lari Studi Awal ... 33


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Ijin Penelitian ... 38

2. RPP... 39

3. Penilaian Observasi Pembelajaran ... 49

4. Format Observasi Pembelajaran ... 52

5. Alokasi Waktu Pembelajaran ... 54

6. Format Observasi Pembelajaran ... 55

7. Alokasi Waktu Pembelajaran ... 57

8. Format Observasi Pembelajaran ... 58

9. Alokasi Waktu Pembelajaran ... 60

10. Format Observasi Pembelajaran ... 61

11. Alokasi Waktu Pembelajaran ... 63

12. Pendapat Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 64

13. Rekapitulasi Hasil Angket Siswa ... 67

14. Rekapitulasi Pendapat Siswa ... 68

15. Daftar Nilai ... 69

16. Daftar Nilai Siklus I ... 70

17. Daftar Nilai Siklus II ... 71

18. Daftar Penilaian Afektif ... 72

19. Daftar Penilaian Kognitif ... 73

20. Daftar Penilaian Psikomotorik ... 74

21. Rekapitulasi Penilaian ... 75

22. Daftar Penilaian Afektif ... 76

23. Daftar Penilaian Kognitif ... 77

24. Daftar Penilaian Psikomotorik ... 78

25. Rekapitulasi Penilaian ... 79

26. Dokumentasi Penelitian ... 80


(15)

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportifitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Seorang guru akan merasa puas jika siswanya belajar dengan kesungguhan hati, semangat serta kesadaran diri yang tinggi. Hal ini akan dapat dicapai apabila guru memiliki sikap dan kemampuan secara professional untuk mengelola proses belajar mengajar yang menyenangkan dan efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu proses komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru kepada peserta didik. Melalui proses komunikasi, peran atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Supaya tidak ada kesesatan dalam proses komunikasi, perlu digunakan sarana atau alat untuk membantu proses belajar mengajar tersebut.

Dari sekian banyak kemampuan yang harus dimiliki dengan baik oleh seorang guru adalah kemampuan membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, mampu menyajikan rencana pembelajaran secara tepat, mampu mengadakan evaluasi terhadap hasil proses pembelajaran serta mampu melaksanakan tindak lanjut.

Pada kenyataannya tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, bahkan ada guru yang mendiamkan begitu saja masalah dikarenakan


(16)

commit to user

2

adanya tuntutan target dan keterbatasan waktu. Akibatnya siswa tidak memperoleh pengetahuan belajar yang cukup, hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan setiap proses pembelajaran berlangsung. Apabila permasalahan tersebut dibiarkan terus-menerus dan tidak segera diatasi, akan berdampak pada kualitas pembelajaran berikutnya, baik dalam proses maupun pembelajaran siswa. Oleh karena itu seorang guru yang professional dituntut jujur pada diri sendiri, mau dan mampu mengungkapkan adanya permasalahan pembelajaran yang dikelolanya. Berbekal kejujuran dan kesadaran tersebut, peneliti mencoba merenung, merefleksikan diri dan akhirnya mencoba mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran yang dilakukan.

Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa. Ketika dilakukan tes formatif mata pelajaran pendidikan jasmani dengan materi cabang lari pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hanya 15 siswa saja dari 22 siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar minimal yaitu 75. Ini membuktikan rendahnya tingkat penyerapan materi yang diajarkan. Jika kondisi ini dibiarkan jelas akan berdampak buruk bagi siswa dalam proses dan pembelajaran selanjutnya. Sadar akan keadaan tersebut, peneliti mencoba melakukan upaya peningkatkan pembelajaran lari dengan metode bermain.

Menurut pengamatan peneliti, siswa-siswa di Sekolah Dasar dalam melakukan lari langkah-langkah kakinya masih kurang baik, sehingga hasil yang dicapai kurang optimal. Secara umum dapat dikemukakan bahwa, unsur utama penyebab kurangnya pencapaian kecepatan lari pada siswa adalah langkahnya kurang panjang dan kurang cepat. Faktor penyebabnya adalah kurangnya power otot tungkai yang dimiliki dan kurang baiknya teknik langkah yang digunakan. Selain teknik langkah, juga harus memiliki kemampuan teknik start dan masuk finish yang baik Dalam upaya meningkatkan teknik dasar lari, perlu memperhatikan faktor-faktor dasar penyebabnya. Pada umumnya, kekurangan yang dimiliki siswa pada saat lari yaitu teknik langkahnya kurang baik dan power tungkainya kurang mendukung. Power tungkai dan teknik langkah yang kurang baik


(17)

commit to user

3

menyebabkan langkah menjadi pendek dan kurang cepat, sehingga kecepatan lari yang dicapai menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut perlu upaya pemecahan. Salah satu upaya pemecahan yang dapat dilakukan yaitu, dengan memberikan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki teknik langkah dan meningkatkan kecepatan serta panjang langkah.

Salah satu masalah menarik dalam peningkatan teknik dasar lari adalah menyangkut metode pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Dalam praktik pembelajaran lari di sekolah, umumnya guru hanya menekankan pada pencapaian hasil, tanpa berusaha memperbaiki metode dan proses pembelajarannya. Dalam pembelajaran teknik dasar lari yang dilakukan para guru pendidikan jasmani di sekolah pelaksanaannya hanya ke lapangan, lalu siswa diberikan materi teknik lari, kemudian siswa disuruh mempraktikkan secara berulang-ulang dan diukur hasilnya, lalu sudah selesai. Tetapi model pembelajaran seperti itu seringkali tidak menarik dan membosankan, sehingga siswa malas mempelajari gerakannya sehingga hasilnyapun menjadi kurang optimal.

Guru perlu mencoba mengadakan pembaharuan dalam pembelajaran, dengan menyesuaikan karakteristik siswa sehingga siswa lebih tertarik untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Anak akan merasa senang jika melaksanakan kegiatan yang sifatnya menggembirakan. Pembelajaran teknik dasar lari dapat dilakukan dengan bentuk lain yang menyerupai dan mengarah pada pembentukan gerak keterampilan lari. Bentuk pembelajaran seperti ini dapat disebut pembelajaran dengan metode tidak langsung. Salah satu bentuk pembelajaran secara tidak langsung adalah metode bermain. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berkeinginan meneliti upaya peningkatan pembelajaran lari menggunakan metode bermain pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu: Apakah pendekatan bermain secara berkelompok dapat meningkatkan


(18)

commit to user

4

pembelajaran gerak dasar lari pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara ?

1. Bermain berkelompok adalah aktivitas yang dilakukan secara berkelompok dengan sukarela dan didasari oleh rasa senang untuk memperoleh kesenangan dari permainan itu.

2. Gerak dasar lari adalah gerak langkah kaki yang dipercepat sehingga ada kecenderungan badan melayang dan kedua kaki tidak menyentuh tanah atau sekurang-kurangnya satu kaki menyentuh tanah.

C. Tujuan Kegiatan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum

Untuk membuktikan apakah benar pembelajaran gerak dasar lari dapat ditingkatkan menggunakan pendekatan bermain secara berkelompok.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar gerak dasar lari pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh dengan menggunakan metode bermain.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengajar atletik dan kreatif khususnya mengajar gerak dasar lari cepat, agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

2. Bagi siswa, akan meningkatkan kualitas belajar atletik khususnya gerak dasar lari menggunakan metode bermain secara berkelompok.

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan bahwa salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran gerak dasar lari cepat adalah metode bermain secara berkelompok.


(19)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran

Pembelajaran terdiri atas proses mengajar dan belajar, dimana mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang saling berkaitan. Dalam penelitian ini akan diuraikan secara terpisah antara pengertian mengajar dan belajar. Hubungan pembelajaran adalah suatu proses yang timbal balik, dimana terjadi suatu komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah pengajar dan siswa yang diajar. Terjadinya proses komunikasi adalah mutlak untuk berhasilnya suatu proses yaitu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran.

Mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, atau ketangkasan. Kegiatan mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap, kecakapan atau keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subjek yang sedang belajar. Sedangkan kegiatan belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri masing-masing individu. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu, apabila terdapat perubahan-perubahan yang bersifat lebih baik dan pada sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain keterampilan, pengetahuan, kecakapan, kebiasaan dan sikap. Berkaitan dengan belajar Sugiyanto dan Sudjarwo (1991: 232) mengemukakan, belajar adalah merupakan sesuatu yang kompleks, yang menyangkut bukan hanya kegiatan berpikir untuk mencari pengetahuan, melainkan juga menyangkut gerak tubuh dan emosi serta perasaan, misalnya dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca, tidak bisa melompat menjadi bisa melompat. Perubahan yang terjadi pada seseorang dari pembelajaran relatif lebih permanen sebagai akibat dan pengalaman, latihan atau belajar secara terus menerus dalam waktu tertentu.


(20)

commit to user

6

Kegiatan belajar dapat terjadi di rumah, di lingkungan tempat tinggal, di lapangan, dan di lembaga-lembaga yang telah disediakan.

Berdasarkan pengertian mengajar dan belajar yang telah uraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, pembelajaran keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan efektivitas dalam melakukan gerak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pembelajaran lari adalah proses pembelajaran lari agar siswa memperoleh pengertian, kecakapan, ketangkasan atau keterampilan tentang gerak yang diajarkan.

Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa dalam proses belajar dan guru yang memberikan materi pembelajaran (mengajar). Untuk menyajikan seperangkat kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk tercapainya tujuan yang diinginkan, salah satunya menerapkan metode pembelajaran yang baik dan tepat. Metode pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan pendekatan yang membantu tercapainya tujuan dengan mengacu pada metode pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan.

Metode pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat mempengaruhi pencapaian pembelajaran. Berhasil dan tidaknya tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru atau pelatih. Dalam memilih metode pembelajaran banyak pertimbangan yang dapat dipergunakan, secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa terhadap hakikat belajar yang spesifik, membangkitkan motivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan segera, memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses pendidikan pada umumnya.

Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


(21)

commit to user

7

Dengan metode pembelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian pembelajaran lebih optimal.

Menurut Winarno Surakhmad (1984: 69), metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat suatu mencapai tujuan. Sedangkan menurut Aip Syarifuddin (1992: 185) bahwa, metode adalah cara atau jalan atau aturan untuk mencapai tujuan. Suatu metode atau cara yang dipilih tentunya telah dipikirkan dengan seksama sehingga merupakan pola tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pengertian metode yang dikemukakan oleh dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode adalah suatu cara yang dipilih serta yang dilakukan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Dalam hal ini metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan lari.

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Guru selalu dihadapkan pada berbagai hal yang memerlukan pengambilan keputusan sehubungan dengan tugasnya baik sebelum, selama maupun sesudah terjadinya proses atau situasi belajar mengajar. Guru harus mengambil keputusan-keputusan tentang apa, bagaimana, kapan, untuk apa dan sebagainya mengenai setiap situasi atau kondisi belajar yang perlu diciptakan. Termasuk mengambil keputusan mengenai pelaksanaan rencana yang telah dibuat, dan mengenai berhasil atau tidaknya pelaksanaan rencana. Berhasil tidaknya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah dilakukan kegiatan evaluasi. Disamping itu, hasil evaluasi bisa juga digunakan sebagai masukan dalam penyusunan dan pelaksanaan program selanjutnya.

Kegiatan yang paling strategis dalam proses pembelajaran adalah pemilihan dan penetapan metode pembelajaran sebelum proses tersebut dilaksanakan. Untuk kepentingan penyusunan strategi proses belajar mengajar perlu dipahami tentang segala hal yang bersangkutan dengan proses tersebut. Unsur-unsur metode yang berkenaan dengan strategi belajar mengajar merupakan unsur penting. Metode pembelajaran dalam pendidikan


(22)

commit to user

8

jasmani sangat kompleks dan banyak macamnya. Rusli Lutan (1994 : 39), menyatakan bahwa, "Metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu metode mengajar langsung dan tidak langsung". Metode mengajar langsung meliputi : metode mengajar komando, metode mengajar individual, metode mengajar resiprokal, metode mengajar inklusi. Sedangkan yang dikategorikan sebagai metode mengajar tidak langsung adalah metode mengajar eksplorasi,

metode guide diseovery, metode mengajar divergent production. Sedangkan Supandi (1992 : 24-42), menyatakan bahwa "Secara garis besarnya berbagai metode proses belajar mengajar pendidikan jasmani itu meliputi : metode komando, metode tugas, metode resiprokal, metode mandiri berstruktur, metode diskoveri terbimbing dan metode pemecahan masalah".

3. Metode Bermain

Menurut John Dewey dalam Soetoto Pontjopoetro (2004: 1.3) berpendapat bahwa, bermain adalah suatu pandangan atau sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasi. Bermain merupakan bentuk aktivitas permainan. Permainan merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi tiap orang, terutama bagi anak-anak. Rusli Lutan (1991: 4) memberikan batasan tentang permainan sebagai berikut, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan peraturan. Permainan merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. Perlu dipahami dan dimengerti, setiap metode pembelajaran tentu memiliki ciri tersendiri. Demikian juga metode pembelajaran bermain juga memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (1999:74-75) mengemukakan mengenai ciri-ciri bermain sebagai berikut:

a. Permainan merupakan kegiatan yang dilakukan secara bebas dan suka rela.

b. Permainan bukanlah kehidupan "bisa" atau yang "nyata". Karena itu bila diamati secara seksama perilaku anak selama permainan, mereka berbuat berpura-pura atau tidak sungguhan.


(23)

commit to user

9

c. Permainan berbeda dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam tempat dan waktu. Permainan selalu bermula dan berakhir, dan dilakukan di tempat tertentu. Bertalian dengan syarat di atas, permainan memerlukan peraturan.

d. Permainan memiliki tujuan yang terdapat dalam kegiatan itu, dan tak berkaitan dengan perolehan keuntungan material.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan bermain jika aktivitas itu dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dengan tanpa adanya tujuan untuk memperoleh keuntungan material, dan terikat pada peraturan tertentu yang harus dipatuhi bersama.

Bermain dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pembelajaran lari, khususnya di Sekolah Dasar. Penyajian pelajaran di SD perlu kreatifitas guru, agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Berkaitan dengan pemberian pelajaran di SD, Depdikbud (1993: 4) mengemukakan bahwa, cara pelaksanaannya dapat dengan pembelajaran, menirukan, permainan, perlombaan, pertandingan, dan atau tes. Sedangkan pengertian pendekatan permainan menurut Wahjoedi (1999:121) adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan.

Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa di Sekolah Dasar, pembelajaran gerak dasar lari untuk siswa di Sekolah Dasar dapat diberikan dalam bentuk permainan, menirukan atau perlombaan. Bentuk permainan yang diterapkan dalam pembelajaran lari dapat berupa perlombaan. Bentuk permainan dalam bentuk pertandingan atau perlombaan dapat disebut agon. Rusli Lutan (1991: 5) menyatakan bahwa, "agon merupakan jenis permainan yang mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan". Bentuk bermain dan perlombaan untuk pembelajaran teknik lari, khususnya bagi siswa SD, menurut Aip Syarifuddin (l992: 55) antara lain adalah:

a. lari dalam bentuk permainan hijau-hitam. b. lari bolak-balik memindahkan benda.

c. lari melewati bangku-bangku pendek (bangku Swedia jika ada). d. lari sambil menggendong temannya secara bergantian.


(24)

commit to user

10

f. lari menirukan binatang (kijang).

g. lari sambil melompat-lompat dengan langkah panjang. h. lari pada lubang-lubang ban mobil bekas atau simpai.

Sedangkan bentuk bermain yang dapat digunakan melatih kecepatan menurut Soetoto Pontjopoetro,dkk (2004) diantaranya adalah :

a.ambil balok dari lingkaran tengah b.mengibarkan sapu tangan

c.main galah (gobak sodor) d.cepat dapat

e.orang kaya dan si miskin

f. memindahkan balok ke sana ke sini g.lari melewati lorong

Pada pembelajaran lari dapat dilakukan dengan permainan. Permainan yang dilaksanakan pada penelitian ini dalam bentuk lomba atau kompetisi secara berkelompok. Bagi siswa Sekolah Dasar permainan merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan, sehingga bentuk permainan akan dapat meningkatkan gairah dan motivasi mereka untuk menguasai teknik yang diberikan. Pembelajaran ini harus dirancang secara sederhana dengan aturan-aturan yang dapat dipahami oleh anak sehingga mereka dapat permainan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Bermain merupakan cara untuk menciptakan suasana kompetitif pada siswa, seperti untuk mencapai kemenangan yang peraturannya telah disepakati terlebih dahulu. Motivasi atau dorongan belajar berperanan penting bagi tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu pelajar perlu ditumbuhkan motivasi dan semangat belajarnya. Motivasi belajar dapat ditumbuhkan diantaranya melalui penciptaan rasa kompetitif. Sugiyanto (1998: 330) mengemukakan bahwa, mengenai semangat berusaha bisa ditimbulkan atau ditingkatkan antara lain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara pelajar. Dengan adanya suasana kompetitif, pelajar akan berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dari teman-teman yang lain.

Adanya sifat kompetitif ini membawa peserta merasa tertantang untuk memperoleh kemajuan dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui dalam permainan. Sedangkan dengan adanya peraturan dapat menumbuh


(25)

commit to user

11

kembangkan sikap disiplin, saling menghargai dan bertanggung jawab dalam mentaati peraturan yang berlaku secara seksama. Terciptanya situasi yang kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas gerak dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran lari dengan metode bermain merupakan cara belajar yang dalam pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk permainan. Pembelajaran lari dengan metode bermain adalah cara belajar yang menuntut kemandirian siswa. Kreativitas, inisiatif, kemampuan siswa untuk berpikir dan memahami pola permainan serta memecahkan masalah yang terjadi di dalam permainan sangat dituntut. Siswa berperan penting untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam permainan.

Manfaat permainan bagi anak-anak tidak dapat diragukan lagi. Sesuai pendapat Gustmuts, Monessori dan Frobel dalam Soetoto Pontjopoetro (2004: 1.12) menyatakan bahwa permainan menjadi alat pendidikan yang utama bagi anak-anak. Adapun kegunaan permaian itu adalah:

a. Permainan merupakan alat penting untuk menumbuhkan sifat sosial untuk hidup bermasyarakat, karena dengan bermain, anak dapat mengenal bermacam-macam aturan dan macam-macam tingkah laku.

b. Permainan merupakan alat untuk mengembangkan fantasi, bakat dan kreasi.

c. Permainan dapat mendatangkan berbagai macam perasaan, antara lain perasaan senang dalam melakukan permainan.

d. Permainan bersama dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan disiplin karena anak harus mentaati peraturan-peraturan.

Salah satu karakteristik siswa seusia Sekolah Dasar adalah hasrat bergerak atau senang bermain. Besar kecilnya hasrat bergerak tiap anak itu berlainan, karena sudah merupakan pembawaan masing-masing. Yang dapat kita diberikan hanyalah pengaruh terhadap tujuan hasrat bergerak itu, dengan jalan memberikan permainan-permainan yang menarik perhatian dan bermanfaat. Menurut Soetoto Pontjoputro (2004: 1.7) menyebutkan anak-anak suka bermain karena :

a. Ingin bergaul dengan orang lain.

b. Ingin tahu akan prestasi sendiri, dibanding dengan prestasi orang lain atau prestasi sendiri yang dahulu.


(26)

commit to user

12

c. Ingin mengalami suatu kejadian yang tidak sungguh-sungguh yaitu dalam permainan fantasi dan permainan meniru.

d. Ingin mengadu kecakapannya, keberaniannya, untuk nasibnya dengan orang lain.

4. Karakteristik Siswa Kelas III SD

Menurut Nursidik Kurniawan bahwa ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik dibahas sebagai berikut:

Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus


(27)

commit to user

13

merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep-konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar mengangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan


(28)

commit to user

14

dirinya. Beberapa tugas pekembangan terutama bersumber dari kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai kepribadian individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat dalam kehidupan.

Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1) kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (2) kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.

Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dilakukan oleh Karsiyah, penelitian yang berjudul “Upaya peningkatan pembelajaran gerak dasar lari dengan pemberian model bermain siswa kelas V SD Negeri Legok Pekuncen Banyumas”, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran bermain, menarik dan menyenangkan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar. Siswa yang nilainya belum memenuhi batas minimal ketuntasan pada perlakuan pertama dapat ditingkatkan pada perlakuan kedua. Nilai rata-rata pada pre test sebesar 63,8. Nilai rata-rata-rata-rata pada siklus pertama 67,6, setelah melakukan siklus kedua nilai rata-ratanya 73,05.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi dari hasil ulangan harian dengan materi gerak dasar lari pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh


(29)

commit to user

15

yang tingkat penyerapan materi yang diajarkan masih rendah. Untuk memperbaiki tingkat penyerapan materi gerak dasar lari tersebut, guru melakukan perbaikan pembelajaran yaitu dengan mengganti metode pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Metode yang dipilih adalah metode yang di sesuaikan dengan karakteristik anak yaitu bermain.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan terutama bagi anak-anak. Apalagi bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan keterampilan gerak anak. Melalui bermain anak juga akan mendapatkan pengalaman belajar yang sangat berharga. Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan sosial untuk mengungkap perasaannya sesama teman menyalurkan bakatnya.

Dengan mengetahui manfaat bermain bagi anak, diharapkan guru dapat melahirkan ide mengenai bagaimana cara mengemas kegiatan bermain untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar pada anak, termasuk didalamnya keterampilan gerak dasar sikap lari. Agar bermain memberikan sumbangan yang positif bagi peningkatan pembelajaran gerak dasar lari, maka guru dituntut dapat merancang kegiatan bermain yang menarik, menyenangkan dan mengandung unsur-unsur peningkatan gerak yang menunjang keterampilan gerak dasar lari. Melalui metode bermain siswa mengalami suasana kompetitif. Adanya sifat kompetitif ini membawa siswa merasa tertantang untuk memperoleh kemajuan dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui dalam permainan. Terciptanya situasi yang kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas gerak dengan sebaik-baiknya.

Untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar sikap lari dengan menggunakan metode bermain, dalam penelitian ini peneliti membuat langkah-langkah penelitian menggunakan 2 siklus dengan 4 perlakuan. Perlakuan pertama: siswa melakukan permainan yang mengarah pada pengembangan unsur-unsur keterampilan gerak dasar sikap lari cepat yaitu mengangkat paha ke atas, gerakan langkah panjang dan ayunan tangan. Perlakuan ke dua: siswa melakukan permainan yang mengarah pada kordinasi


(30)

commit to user

16

gerakan angkat paha ke atas, langkah panjang dan ayunan tangan. Agar supaya kerangka berpikir ini lebih mudah dipahami, peneliti membuat skema kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan

Pendekatan bermain secara berkelompok diduga dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar lari cepat pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011.

Kondisi Awal Perlakuan Penelitian Kondisi Akhir Guru belum menerapkan pembelajaran keterampilan gerak dasar dengan bermain Hasil belajar gerak dasar lari

siswa masih rendah Penerapan metode bermain dalam pembelajaran gerak dasar lari

PERLAKUAN I - Berbagai pola

gerak lokomotor dengan cepat. - Melompati bilah

dan kardus

Diduga melalui metode bermain dapat

meningkatkan gerak dasar lari

PERLAKUAN II - Lari melompati

bilah

- Lari melompati kardus


(31)

commit to user

17

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara.

2. Waktu Penelitian

Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 21 Maret sampai dengan 28 April 2011.

Siklus I

Pertemuan I : Tanggal 21 Maret 2011 (Pertemuan I)

Materi : Mempraktekkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pertemuan II : Tanggal 28 Maret 2011 (Pertemuan II)

Materi : Mempraktekkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Siklus II

Pertemuan III : Tanggal 12 April 2011 (Pertemuan III)

Materi : Mempraktekkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pertemuan IV : Tanggal 28 April 2011 (Pertemuan IV)

Materi : Mempraktekkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh, sejumlah 22 siswa, terdiri dari 10 siswa putra dan 12 siswa putri.

C. Sumber Data

Data penelitian berupa data primer dan data sekunder : 1. Data Primer


(32)

commit to user

18

Data ini diperoleh dari hasil belajar lari cepat melalui pendekatan bermain pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh Banjarnegara. 2. Data Sekunder

Data ini berupa : RPP, silabus hasil observasi selama pembelajaran dan angket.

D. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa catatan hasil pengamatan proses pembelajaran lari serta angket yang diisi siswa pada setelah pelaksanaan siklus terakhir.

Tabel 1. Teknik Pengolahan Data

No Macam data Sumber data Teknik Alat

1.

2. 3.

Proses pembelajaran lari cepat dengan pendekatan bermain Penggunaan alat bantu Penggunaan alat pembelajaran

Siswa sangat antusias, semangat dan gembira Penggunaan rafia Lapangan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Lembar observasi Lembar observasi Lembar observasi

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi angket siswa dan tes hasil belajar.

1. Analisis Data Lembar Observasi

Data obesrvasi diperoleh pada setiap tindakan untuk menilai ada tidaknya perubahan sikap siswa pada setiap siklus. Data ini disajikan secara deskriptif pada hasil penelitian.

2. Analisis Data Angket

Setiap butir pertanyaan angket di kelompokkan sesuai aspek yang diamati, kemudian dihitung jumlah skor pada setiap butir. Jumlah hasil skor yang diperoleh dipersentase dan dikategorikan sesuai dengan jawaban hasil angket pendapat siswa.


(33)

commit to user

19

3. Analisis Hasil Tes Belajar

Hasil tes belajar yang dilaksanakan pada akhir pertemuan dihitung nilai rata-rata, kemudian dikategorikan dalam nilai batas ketuntasan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Pardjono, dkk (2007 : 28) Penelitian tindakan kelas mempunyai 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Perencanaan terdiri dari perencanaan umum dan perencanaan tindakan. Perencaan umum meliputi penentuan tempat penelitian, kolaborator, metode dan strategi mengajar, instrumen monitoring dan lain-lainnya. Rencanan tindakan adalah prosedur dan strategi yang dilakukan oleh guru (peneliti) dalam melakukan tindakan atau perlakuan terhadap siswa.

Pelaksanaan adalah implemetasi tindakan kedalam kontek proses belajar mengajar yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan dapat dilakukan oleh peneliti ataupun kolaborator. Setiap kali tindakan minimal dilakukan oleh dua peneliti yaitu yang melakukan proses belajar mengajar dan sebagai kolaborator untuk memantau terjadinya perubahan akibat suatu tindakan.

Observasi atau pengamatan berfungsi sebagai proses dokumentasian dampak dari tindakan serta menyediakan informasi untuk tahap refleksi. Observasi dilakukan secara cermat dan dirancang sebelumnya dengan baik. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri ataupun kolaborator.

Refleksi adalah upaya evaluasi diri secara kritis dilakukan oleh peneliti, kolaborator dan orang-orang yang terlibat dalam penelutian. Refleksi dilakukan pada akhir siklus, dan berdasarkan refleksi ini dilakukan revisi pada rencana tindakan yang akan diimplementasikan pada siklus berikutnya.

Keempat tahap dalam penelitian ini membentuk sebuah siklus dan setiap siklus dimulai dari perencanaan sampai dengan refleksi. Banyaknya


(34)

commit to user

20

siklus tergantung pada perlu atau tidaknya tindakan yang harus dilakukan. Tindakan dianggap selesai bilamana permasalahan dalam proses pembelajaran lari sudah dipecahkan. Berikut ini dijelaskan dalam siklus penelitian.

1. Siklus Pertama

Pada siklus pertama pembelajaran dilakukan dalam dua kali pertemuan (2 x 30 menit) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Perencanaan

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan analisis nilai pembelajaran dan refleksi awal sebagai bahan untuk merencanakan tindakan yang dilakukan dalam penelitian, menyusun sekenario tindakan yang akan dilaksanakan dan memilih materi yang hendak disajikan.

2) Menyusun tes formatif

3) Mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan observer b. Pelaksanaan

Dengan dilandasi dengan hasil studi awal pembelajaran gerak dasar lari cepat pada siswa kelas III SD Negeri 3 Kaliwinasuh yang menunjukkan masih banyak siswa belum tuntas, maka peneliti mencoba mencari metode lain untuk pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk menyelaraskan antara materi yang diajarkan dengan pendekatan belajar yang memungkinkan.

c. Refleksi

Berdasar hasil refleksi peneliti dan observer pada siklus pertama belum mencapai kriteria yang ditentukan, maka pada proses perbaikan pembelajaran siklus kedua perlu ditanggulangi dengan menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung.

2. Siklus Kedua (2 x 30 menit) a. Perencanaan


(35)

commit to user

21

- Meneliti dengan observer berkolaborasi membuat rencana pembelajaran tentang pembelajaran teknik dasar lari dengan bermain. - Mempersiapkan lembar evaluasi

b. Pelaksanaan

Upaya yang dilakukan pada siklus pertama tetap dilaksanakan, upaya tambahan pada siklus kedua dengan terlebih dahulu menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Dari persepsi awal inilah akan dikembangkan proses pembelajarannya.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh observer dan peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung sejak awal hingga akhir dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Menganalisis data yang diperoleh dari lembar observasi berdasarkan masukan data dari teman (sritical friends), guru penjas yang bersangkutan, kemudian dilakukan refleksi. Refleksi ini dilakukan untuk menilai tindakan penelitian yang telah dilakukan. Selanjutnya mengadakan evaluasi tentang penelitian tindakan kelas selanjutnya, dengan cara mendiskusikan tentang masalah yang muncul dalam pembelajaran.


(36)

commit to user

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini tidak berdasarkan jumlah pertemuan atau tatap muka dalam pembelajaran,tetapi lebih mengutamakan perkembangan dan kemajuan siswa setelah siswa mendapatkan tindakan. Dalam hal ini pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok pada siswa kelas III. Pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok sistimatikanya secara umum terdiri dari pendahuluan yang meliputi membariskan siswa menjadi empat bersaf, apresiasi, menyampaikan materi dan memimpin permainan “ Hijau Hitam “. Berikutnya adalah kegiatan inti, dimana kegiatan inti dalam penelitian ini terdiri dari permainan dan tehnik lari. Terakhir adalah penutup, yang terdiri membariskan siswa, evaluasi pembelajaran, berdoa, dan pembubaran.

Penyampaian materi pembelajaran lari dengan pendekatan bermain kelompok dengan cara guru menyampaikan atau menjelaskan materi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Siswa mendengarkan, memahami dan kemudian mempraktekan. Koreksi atas kesalahan siswa dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pemberian materi dilakukan oleh peneliti, guru bertugas sebagai pengamat (observer) pembelajaran dan dibantu oleh critical friend. Data observasi digunakan sebagai evaluasi kegiatan belajar mengajar antara peneliti, guru dan teman yang tidak berkepentingan dengan penelitian. Kekurangan di siklus pertama akan dicermati sehingga tidak akan muncul lagi.

I. Siklus Pertama a. Perencanaan

Perencanaan diawali dengan kelas yang digunakan untuk penelitian, perencanaan tindakan dan pembuatan RPP. Penentuan waktu tindakan ini kaitannya dengan pelaksanaan tindakan, pelaksanaan tindakan pada hari


(37)

commit to user

23

Selasa 18 Maret 2011. Langkah selanjutnya adalah penentuan permainan yang akan digunakan dan materi pembelajaran. Pemilihan permainan yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kelas dan alat. Penentuan materi bersumber pada buku referensi. Setelah itu pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang memuat perencaan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Persiapan yang terakhir mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam pembelajaran, menyiapkan bilah, ban bekas, dan gardus. b. Tindakan

Siswa dibariskan dengan formasi empat saf, siswa putri di depan dan siswa putra di belakang, guru memimpin berdoa. Setelah itu dilakukan presensi dengan menanyakan pada ketua kelas siswa yang tidak masuk. Ternyata dari 22 siswa tidak masuk 2 siswa, yaitu 1 putri dan 1 putra. Setelah itu guru menjelaskan materi. Penjelasan materi lari meliputi jalan yang benar, lari yang benar, diteruskan lompat yang benar. Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada sebagian kecil yang berbicara dengan teman.

Kegiatan berikutnya adalah pemanasan. Pemanasan digunakan untuk permainan “Hijau Hitam”. Guru menjelaskan cara bermain Hijau Hitam. Cara bermain siswa dibariskan dua bersaf berhadap-hadapan dengan jarak 2 meter. Kelompok A Hitam, Kelompok B Hijau. Kedua kelompok saling berpasangan (dengan memperhatikan postur tubuh seimbang). Apabila guru mengatakan “ Hijau Hitam“ maka kelompok hijau mengejar kelompok hitam sampai batas yang ditentukan. Regu hitam lari secepat-cepatnya sampai batas yang ditentukan. Apabila hitam kena sebelum batas berkenaan maka menggendong, apabila tidak kena sampai batas berkenaan maka dilakukan sebaliknya. Hijau yang menggendong pasangannya sampai ke garis tengah. Demikian seterusnya sampai beberapa kali. Waktu yang digunakan dari membariskan siswa sampai permainan 10 menit. Siswa melakukan permainan dengan gembira dan semangat.

Setelah selesai melakukan permainan, kemudian memasuki kegiatan inti selama 45 menit. Kegiatan inti terdiri atas jalan, lari, dan lompat.


(38)

commit to user

24

1) Kegiatan Inti

Guru mengatur siswa, menjelaskan materi pelajaran meliputi gerak lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif.

a. Gerak Lokomotor

Siswa berbaris menjadi empat bersaf dan memperhatikan penjelasan dan contoh guru. Dengan alat bantu bilah yang tertata dengan ukuran tertentu guru memberi contoh. Berjalan ke depan badan tegak dada dibuka perut agak ditarik ke dalam supaya rata, pandangan ke depan. Tangan diayun dari belakang ke depan, lemas dengan siku agak dibengkokkan di samping badan. Langkahkan kaki kiri ke depan dengan ibu jari lurus dan lutut agak dibengkokkan.

Setelah kontak dengan tanah, segera langkahkan kaki kanan dari belakang ke depan, kaki kiri dan tangan kanan diayunkan dari depan ke belakang. Demikian seterusnya. Pada waktu melangkah ke depan pertama kali ke tanah adalah tumit. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru dan melakukan semua rangkaian tugas guru dengan bergiliran. Kesalahan tetap ada antara langkah kaki dan tangan bersamaan. Contoh kaki kiri melangkah ke depan diikuti ayunan tangan kiri. Guru langsung membetulkan.

b. Gerakan Non Lokomotor

Menggunakan alat bantu ban bekas guru memberi contoh belari dengan angkat paha, kaki selalu selalu berada di dalam ban. Secara bergiliran siswa melakukan lari, kaki selalu berada di dalam ban sesuai dengan contoh. Siswa berlari tepat di dalam ban.

Kemudian diteruskan penjelasan tentang cara melompat. Siswa memperhatikan penjelasan dan contoh dari guru. Menggunakan alat bantu gardus, guru memberi contoh cara melompat ke atas dengan catatan satu kaki tidak boleh ganti langkah dengan melewati gardus yang sudah ditata sedemikian rupa. Siswa secara bergiliran melakukan lari sambil melompati gardus. Ada saja siswa yang melompati gardus dengan ganti langkah. Kemudian guru langsung membetulkan.


(39)

commit to user

25

c. Gerakan Manipulatif

Kemudian diteruskan penjelasan koordinasi gerakan jalan, lari, dan lompat.

Guru memberi contoh dari semua gerakan yaitu jalan, lari, dan lompat. Siswa memperhatikan contoh guru dari awal sampai akhir.

Pertama berdiri di belakang garis star denagan aba-aba peluit. Guru melakukan jalan di sela-sela bilah, kemudian lari, kaki berada di dalam ban. Terakhir lari sambil melompati gardus kemudian jalan lagi di sela-sela bilah sampai garis finish. Secara bergiliran siswa melakukan koordinasi gerakan jalan, lari, dan lompat. Pada gerakan koordinasi gerakan jalan, lari sudah banyak yang betul, hanya pada gerakan lari masih ada anak yang tidak mengangkat paha.

Kemudian pada gerakan lompat gardus masih banyak anak yang gerakannya ganti langkah. Setelah semua sudah melakukan gerakan koordinasi gerakan jalan, lari, dan lompat, guru mengulas kembali dan memberi contoh melakukan gerakan dari jalan, lari, dan lompat dengan benar. Siswa memperhatikan contoh gerakan dari jalan, lari, dan lompat yang benar. Kemudian secara bergiliran siswa melakukan gerakan jalan, lari, dan lompat yang benar. Karena semua siswa memperhatikan, maka pada akhir pembelajaran banyak siswa yang sudah bisa melakukan gerakan sesuai dengan contoh walaupun belum sempurna sekali. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan penutup. Dalam kegiatan penutup siswa dibariskan dalam empat saf. Guru memberikan koreksi atas kesalahan gerakan dari jalan, lari, dan lompat dengan benar. Kemudian selesai pembelajaran diakhiri dengan doa penutup dan pembubaran.

c. Observasi

Hasil dari pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa dalam mengikuti pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok pada siswa kelas III cukup antusias, memahami cara jalan, lari, dan lompat dengan benar. Dengan pembelaran bermain kelompok dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, secara umum siswa


(40)

commit to user

26

dalam satu kelas cukup aktif, ini terlihat dari antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran dari pemanasan sampai gerakan inti dan penenangan. Siswa melakukan apa yang diperintahkan oleh guru.

Pengisian lembar observasi dilakukan oleh guru, berdasarkan pengamatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengisian lembar observasi kaitannya dengan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran, keadaan alat, dan fasilitas yang digunakan selama pembelajaran.

d. Refleksi

Langkah selanjutnya setelah dilakukan observasi adalah melakukan refleksi dan tindakan yang dilakukan. Hambatan atau kendala yang ditemukan dalam proses pembelajaran lari adalah kesalahan awal, karena masih kaku dan canggung. Ada siswa yang melakukan jalan dengan langkah kaki kiri, ayunan juga tangan kiri, dan sebaliknya. Jadi kalau kita melihatnya lucu. Pada pembelajaran lari, langkah lari sudah betul dan lari pada ban bagian dalam namun masih ada anak yang lari kurang mengangkat paha. Pada pembelajaran lompat yang melewati gardus masih ada siswa yang ganti langkah. Jadi pada siklus ke dua masih akan diulang.

Waktu pembelajaran dalam rencana dimulai pukul 07.00 WIB, ternyata baru bisa dimulai pukul 07.10 WIB, ini disebabkan jarak sekolah ke lapangan sedikit jauh, sehingga siswa harus jalan kaki menuju lapangan. Lapangan juga kurang mendukung karena malam harinya baru turun hujan cukup deras, sehingga lapangan becek dan semua siswa melepas sepatu. II. Siklus ke dua

a. Perencanaan

Dari hasil refleksi di siklus pertama diketahui bahwa guru kurang menekankan gerak dasar jalan, lari, dan lompat. Jadi pada siklus ke dua ini lebih ditekankan pada hal tersebut, supaya pembelajaran yang dilaksanakan lebih bermanfaat di siklus ke dua ini. Setelah pembelajaran siklus ke dua diharapkan siswa sudah menguasai dan bisa, sehingga tuntas


(41)

commit to user

27

untuk selanjutnya pengambilan penilaian.

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan ke dua dilaksanakan pada hari Kamis 28 April 2011. Proses pembelajaran dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB sampai pukul 08.00 WIB di lapangan sepak bola Karang Pucung desa Kaliwinasuh. Pelaksanaan tindakan ke dua menggunakan bilah 20 buah, gardus 10 buah yang digunakan sebagai alat bantu. Bilah digunakan untuk langkah kaki dalam berlari, sedangkan gardus untuk dilompati.

Pembelajaran pendidikan jasmani dimulai pukul 07.00 WIB. Diawali dengan membariskan siswa. Setelah berbaris guru menghitung jumlah siswa, presensi dan memimpin berdoa. Siswa dibariskan dengan formasi empat saf, siswa putri di depan dan siswa putra di belakang. Dilanjutkan dengan menanyakan siswa yang tidak masuk atau tidak mengikuti pembelajaran. Dari 22 siswa seluruhnya dapat mengikuti pembelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan materi, kaitannya dengan gerakan lari dan pengambilan nilai. Setelah itu siswa dibariskan menjadi dua kelompok untuk melakukan pemanasan dengan bentuk permainan dengan rentang waktu 10 menit. Permainannya adalah permainan orang kaya dan perampok.

- Kelompok A (orang kaya) dan kelompok B (perampok).

- Kelompok (orang kaya) berada pada baris pertama membelakangi kelompok B (perampok) berdiri di baris ke dua berjarak 2 meter.

- Guru mengatakan “Perampok datang“ dengan segera orang kaya berbalik dan mengejar perampok. Perampok dengan cepat berlari jangan sampai terkatuk lawan.

- Perampok yang terkatuk lawan sebelum melampaui garis perkanaan dinyatakan sebagai sandera. Permainan dilakukan secara bergantian. Kelompok A yang semula sebagai orang kaya bergantian menjadi perampok, dan sebaliknya kelompok B yang semula sebagai perampok menjadi orang kaya.


(42)

commit to user

28

- Siswa melakukan permainan sebagai orang kaya dan perampok dengan senang dan gembira. Dengan semangat dan antusias siswa melakukan permainan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Demikian seterusnya permainan dapat diulang beberapa kali kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti.

- Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan. Dengan alat peraga bilah dan gardus. Guru memberi contoh melakukan lari dengan melewati sela-sela bilah dengan jarak yang telah ditentukan. Diteruskan lari dengan melompat gardus yang dipasang dengan jarak 40 cm.

- Sementara siswa memperhatikannya. - Siswa dibagi menjadi dua kelompok.

- Kelompok pertama melakukan lari dengan melewati sela-sela bilah yang berjarak 20 cm dari bilah satu ke bilah berikutnya.

- Kelompok ke dua berlari dengan melewati gardus sesuai contoh

- Guru melihat gerakan siswa sudah betul atau belum, jika masih ada yang belum betul guru langsung membetulkan baik gerakan lari maupun lompat sampai betul.

- Latihan ini dapat diulang sesuai situasi dan kondisi anak.

- Setelah dianggap semua melakukan dengan benar, kemudian siswa berbaris satu banjar untuk melakukan dua gerakan sekaligus.

- Diakhiri kegiatan evaluasi lari cepat 30 meter.

- Dengan urut absen siswa melakukan lari untuk diambil nilainya. - Kegiatan akhir penenangan

- Siswa dibariskan dua bersaf, sambil duduk selonjor, siswa memperhatikan perbaikan gerakan yang telah dilakukan.

- Setelah selesai kegiatan pembelajaran siswa disiapkan, berdoa lalu dibubarkan untuk istirahat.

c. Observasi

Pada siklus ke dua ini suasana sangat kondusif, tertib, dan siswa terlihat semangat karena siswa sudah bisa lari sesuai dengan teknik yang telah diajarkan oleh guru. Pelaksanaan pengambilan nilai, banyak siswa


(43)

commit to user

29

yang sudah bisa. Tiap siswa mendapat kesempatan lari, yang lain menunggu giliran sambil melihat teman yang sedang melakukan lari.

Pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok yang sudah dilaksanakan, dilihat dari sudut pandang siswa , siswa sangat antusias, gembira dan ceria. Selain itu siswa secara tidak langsung belajar tehnik jalan, lari dan lompat yang benar. Jadi yang perlu dibenahi atau dipelajari pada tehnik jalan, lari, dan lompat adalah langkah berirama, keadaan ini memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Pada umumnya kesalahan yang sering dilakukan siswa selain langkah berirama adalah langkah kurang panjang, dan posisi tangan kurang melenggang. Namun dengan adanya gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok siswa sudah sedikit terbiasa lari dengan tehnik yang benar.

Selanjutnya dilihat dari sudut pandang kelas, suasana kelas kondusif, pengelolaan kelas lebih mudah karena siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Sarana dan prasarana sederhana dan mudah didapat sehingga tidak perlu biaya besar. Pembelajaran berjalan lancer, siswa senang dan bisa sehingga pembelajaran bisa berhasil tanpa kendala. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh guru penjas. Setelah pembelajaran selesai, dari hasil lembar observasi dapat diketahui bahwa siswa dalam mengikuti pembelajaran lari dengan pendekatan bermain kelompok, siswa lebih antusias, aktif, dan lebih siap dengan materi.

d. Refleksi

Setelah dilakukan pengamatan dan evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi lari ditemukan kesalahan yang dilakukan siswa antara lain: langkah kaki kurang panjang, posisi tangan masih melenggang. Walaupun demikian dalam melaksanakan tes tersebut siswa sunguh-sungguh dan penuh semangat


(44)

commit to user

30

dalam melasanakan tes. Dari hasil evaluasi atau tes tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan yang dilakukan sudah tepat.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam proses pendidikan jasmani dengan materi lari dengan pendekatan bermain, dapat meningkatkan semangat siswa, keaktifan siswa, kegembiraan siswa, dan suasana menjadi lebih baik. Hal ini akan mempermudah tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam hal ini penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran jalan, lari, dan lompat dapat dikuasai.

Pembelajaran bermain dalam pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok tidak mengurangi nilai-nilai yang terkandung di dalam pembelajaran seperti rasa percaya diri, tanggung jawab, keseriusan, dan dan yang lainnya. Permainan dalam hal ini sebagai pendekatan kearah teknik atau lari. Sehingga gerak dasar lari dapat menjadi alat gerak atau pemacu siswa untuk bergerak seoptimal mungkin, bukan sebaliknya siswa menjadi malas begitu melihat atau melaksanakan pembelajaran gerak dasar lari.

Tabel I menunjukkan nilai kemampuan siswa dalam melaksanakan pembelajaran gerak dasar lari. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nalai hasil dari pembelajaran sebelum menggunakan permainan kelompok.

Tabel 2. Rekap Nilai Gerak Dasar Lari Studi Awal

Nilai

Hasil Penilaian Sebelum Menggunakan Pendekatan Bermain

Putra Putri

Tertinggi 77 77

Terendah 73 73

Rata-rata 74,3 74,3

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa putra dan putri 74,3. Dengan nilai tersebut dapat digolongkan bahwa nilai rata-rata siswa putra dan putri belum memenuhi KKM, karena batas nilai ketuntasan dalam pembelajaran adalah 75.


(45)

commit to user

31

Pada tabel II menunjukkan hasil tes gerak dasar lari dengan teknik jalan, lari, dan lompat dilaksanakan pada tanggal 28 April 2011, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Rekap Nilai Hasil Siklus I dan II

Nilai Hasil Siklus I Hasil Siklus II

Putra Putri Putra Putri

Tertinggi 78 78 80 80

Terendah 74 74 75 76

Rata-rata 75,2 75,2 77,0 77,0

Berdasar tabel di atas, dapat dilihat perbandingan antara pembelajaran gerak dasar lari dengan pendekatan bermain kelompok dan yang tidak menggunakan pendekatan bermain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam penguasaan materi gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok mengalami peningkatan.

Pembelajaran pendidikan jasmani secara umum tidak hanya mengacu pada nilai semata, tetapi yang paling penting proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini guru harus membuat siswa antusias, senang, dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kebugaran dan kesehatan siswa akan meningkat. Berdasarkan proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa dapat dikatakan bahwa pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok berhasil.

Pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok mendapat tanggapan baik dari siswa. Ini terlihat dari hasil nilai yang meningkat. Alasannya adalah permainan yang digunakan sebagai pendekatan pembelajaran gerak dasar lari menarik. Alasan berikutnya adalah pembelajaran lebih bervariasi sehingga tidak membosankan. Selain itu penyampaian materi oleh guru cukup jelas, sehingga siswa tidak kesulitan dalam mengikuti permainan. Tes yang diujikan sesuai dengan materi yang diajarkan.


(46)

commit to user

32

menggunakan bermain kelompok siswa menyatakan senang dengan alasan yaitu pembelajaran lebih menarik karena ada unsur permainan di dalamnya.


(47)

commit to user

33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil dari pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebelum menggunakan pendekatan bermain siswa kurang bersemangat. Dalam praktik pembelajaran lari di sekolah umumnya guru hanya menekankan pada pencapaian hasil tanpa berusaha memperbaiki metode dan proses pembelajarannya. Dalam pembelajaran teknik dasar lari yang dilakukan para guru pendidikan jasmani di sekolah pelaksanaannya hanya ke lapangan, lalu siswa diberikan materi teknik lari, kemudian siswa disuruh mempraktekkan secara berulang-ulang dan diukur hasilnya, lalu sudah selesai. Tetapi model pembelajaran itu seringkali tidak menarik dan membosankan, sehingga siswa malas mempelajari gerakannya sehingga hasilnyapun menjadi kurang optimal.

Berikut ini peneliti membuat tabel penilaian sebelum pembelajaran menggunakan pendekatan bermain. Diambil dari rata-rata kelas putra dan putri. KKM disekolah peneliti 75.

Tabel 4. Rekap Nilai Gerak Dasar Lari Studi Awal Nilai

Hasil Penilaian Sebelum Menggunakan Pendekatan Bermain

Putra Putri

Tertinggi 77 77

Terendah 73 73

Rata-rata 74,3 74,3

Berikut ini peneliti akan menuliskan pengalaman mengajar dengan menggunakan pendekatan bermain.

Pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok yang sudah dilaksanakan, dilihat dari sudut pandang siswa, siswa sangat antusias, gembira dan ceria. Selain itu siswa secara tidak langsung belajar teknik jalan, lari dan lompat yang benar.

Jadi yang perlu dibenahi atau dipelajari pada teknik jalan, lari dan 33


(48)

commit to user

34

lompat adalah langkah berirama, keadaan ini memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sarana dan prasarana sederhana dan mudah didapat sehingga tidak perlu biaya besar. Pembelajaran berjalan lancar, siswa senang dan bisa sehingga pembelajaran bisa berhasil tanpa kendala.

Berikut ini peneliti akan menuliskan tabel penilaian dari rata-rata kelas sesudah menggunakan pembelajaran menggunakan pendekatan bermain kelompok. Nilai tertinggi dan terrendah dari siswa putra dan putri.

Tabel 5. Rekap Nilai Hasil Siklus I dan II

NILAI

Hasil Penelitian Sesudah Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Bermain Putra Siklus I Putri Siklus I Putra Siklus II Putri Siklus II

Tertinggi 78 78 80 80

Terendah 74 74 75 76

Rata-rata 75,2 75,2 77,0 77,0

Untuk siklus I nilai rata-rata baik putra dan putri sudah ada peningkatan karena nilai sudah memenuhi KKM.

Untuk siklus II nilai rata-rata baik putra dan putri sudah lebih meningkat lagi karena nilai sudah diatas KKM, ini membuktikan bahwa pembelajaran melalui pendekatan bermain lebih antusias, semangat dan gembira, karena bisa di lihat dari hasil nilai.

Dengan demikian peneliti merasa sedikit lega, dengan mempraktekkan pembelajaran melalui pendekatan bermain kelompok dapat berhasil dengan lancar dan sukses.

B. Implikasi

Hasil penelitian yang diperoleh ini mempunyai implikasi bagi perkembangan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah pada umumnya dan pada khususnya di SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara. Guru pendidikan jasmani dapat menerapkan pembelajaran atletik dengan materi gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok. Pendekatan permainan ini juga dapat digunakan untuk pembelajaran atletik cabang dan nomor lainnya sebagai variasi dari


(49)

commit to user

35

pembelajaran dan daya tarik materi sehingga siswa tidak jenuh atau malas terhadap pembelajaran atletik.

C. Saran

Berikut saran-saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pembelajaran pendidikan jasmani dalam hal ini untuk cabang atletik antara lain :

1. Bagi SD Negeri Kaliwinasuh

Alat dan fasilitas yang digunakan untuk pembelajaran ditambah atau dilengkapi, sehingga guru dalam hal ini dapat mengajar dengan baik dan siswa dapat menerima materi dengan maksimal.

2. Bagi Guru SD Negeri Kaliwinasuh

Sebaiknya pembelajaran atletik dalam penyampaian materi ditambah dengan permainan, dalam hal ini permainan yang mengarah pada teknik atau materi yang akan dilaksanakan.


(1)

commit to user

dalam melasanakan tes. Dari hasil evaluasi atau tes tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan yang dilakukan sudah tepat.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam proses pendidikan jasmani dengan materi lari dengan pendekatan bermain, dapat meningkatkan semangat siswa, keaktifan siswa, kegembiraan siswa, dan suasana menjadi lebih baik. Hal ini akan mempermudah tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam hal ini penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran jalan, lari, dan lompat dapat dikuasai.

Pembelajaran bermain dalam pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok tidak mengurangi nilai-nilai yang terkandung di dalam pembelajaran seperti rasa percaya diri, tanggung jawab, keseriusan, dan dan yang lainnya. Permainan dalam hal ini sebagai pendekatan kearah teknik atau lari. Sehingga gerak dasar lari dapat menjadi alat gerak atau pemacu siswa untuk bergerak seoptimal mungkin, bukan sebaliknya siswa menjadi malas begitu melihat atau melaksanakan pembelajaran gerak dasar lari.

Tabel I menunjukkan nilai kemampuan siswa dalam melaksanakan pembelajaran gerak dasar lari. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nalai hasil dari pembelajaran sebelum menggunakan permainan kelompok.

Tabel 2. Rekap Nilai Gerak Dasar Lari Studi Awal

Nilai

Hasil Penilaian Sebelum Menggunakan Pendekatan Bermain

Putra Putri

Tertinggi 77 77

Terendah 73 73

Rata-rata 74,3 74,3

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa putra dan putri 74,3. Dengan nilai tersebut dapat digolongkan bahwa nilai rata-rata siswa putra dan putri belum memenuhi KKM, karena batas nilai ketuntasan dalam pembelajaran adalah 75.


(2)

commit to user

Pada tabel II menunjukkan hasil tes gerak dasar lari dengan teknik jalan, lari, dan lompat dilaksanakan pada tanggal 28 April 2011, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Rekap Nilai Hasil Siklus I dan II

Nilai Hasil Siklus I Hasil Siklus II

Putra Putri Putra Putri

Tertinggi 78 78 80 80

Terendah 74 74 75 76

Rata-rata 75,2 75,2 77,0 77,0

Berdasar tabel di atas, dapat dilihat perbandingan antara pembelajaran gerak dasar lari dengan pendekatan bermain kelompok dan yang tidak menggunakan pendekatan bermain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam penguasaan materi gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok mengalami peningkatan.

Pembelajaran pendidikan jasmani secara umum tidak hanya mengacu pada nilai semata, tetapi yang paling penting proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini guru harus membuat siswa antusias, senang, dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kebugaran dan kesehatan siswa akan meningkat. Berdasarkan proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa dapat dikatakan bahwa pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok berhasil.

Pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok mendapat tanggapan baik dari siswa. Ini terlihat dari hasil nilai yang meningkat. Alasannya adalah permainan yang digunakan sebagai pendekatan pembelajaran gerak dasar lari menarik. Alasan berikutnya adalah pembelajaran lebih bervariasi sehingga tidak membosankan. Selain itu penyampaian materi oleh guru cukup jelas, sehingga siswa tidak kesulitan dalam mengikuti permainan. Tes yang diujikan sesuai dengan materi yang diajarkan.


(3)

commit to user

menggunakan bermain kelompok siswa menyatakan senang dengan alasan yaitu pembelajaran lebih menarik karena ada unsur permainan di dalamnya.


(4)

commit to user BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil dari pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebelum menggunakan pendekatan bermain siswa kurang bersemangat. Dalam praktik pembelajaran lari di sekolah umumnya guru hanya menekankan pada pencapaian hasil tanpa berusaha memperbaiki metode dan proses pembelajarannya. Dalam pembelajaran teknik dasar lari yang dilakukan para guru pendidikan jasmani di sekolah pelaksanaannya hanya ke lapangan, lalu siswa diberikan materi teknik lari, kemudian siswa disuruh mempraktekkan secara berulang-ulang dan diukur hasilnya, lalu sudah selesai. Tetapi model pembelajaran itu seringkali tidak menarik dan membosankan, sehingga siswa malas mempelajari gerakannya sehingga hasilnyapun menjadi kurang optimal.

Berikut ini peneliti membuat tabel penilaian sebelum pembelajaran menggunakan pendekatan bermain. Diambil dari rata-rata kelas putra dan putri. KKM disekolah peneliti 75.

Tabel 4. Rekap Nilai Gerak Dasar Lari Studi Awal Nilai

Hasil Penilaian Sebelum Menggunakan Pendekatan Bermain

Putra Putri

Tertinggi 77 77

Terendah 73 73

Rata-rata 74,3 74,3

Berikut ini peneliti akan menuliskan pengalaman mengajar dengan menggunakan pendekatan bermain.

Pembelajaran gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok yang sudah dilaksanakan, dilihat dari sudut pandang siswa, siswa sangat antusias, gembira dan ceria. Selain itu siswa secara tidak langsung belajar teknik jalan, lari dan lompat yang benar.

Jadi yang perlu dibenahi atau dipelajari pada teknik jalan, lari dan 33


(5)

commit to user

lompat adalah langkah berirama, keadaan ini memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sarana dan prasarana sederhana dan mudah didapat sehingga tidak perlu biaya besar. Pembelajaran berjalan lancar, siswa senang dan bisa sehingga pembelajaran bisa berhasil tanpa kendala.

Berikut ini peneliti akan menuliskan tabel penilaian dari rata-rata kelas sesudah menggunakan pembelajaran menggunakan pendekatan bermain kelompok. Nilai tertinggi dan terrendah dari siswa putra dan putri.

Tabel 5. Rekap Nilai Hasil Siklus I dan II

NILAI

Hasil Penelitian Sesudah Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Bermain Putra Siklus I Putri Siklus I Putra Siklus II Putri Siklus II

Tertinggi 78 78 80 80

Terendah 74 74 75 76

Rata-rata 75,2 75,2 77,0 77,0

Untuk siklus I nilai rata-rata baik putra dan putri sudah ada peningkatan karena nilai sudah memenuhi KKM.

Untuk siklus II nilai rata-rata baik putra dan putri sudah lebih meningkat lagi karena nilai sudah diatas KKM, ini membuktikan bahwa pembelajaran melalui pendekatan bermain lebih antusias, semangat dan gembira, karena bisa di lihat dari hasil nilai.

Dengan demikian peneliti merasa sedikit lega, dengan mempraktekkan pembelajaran melalui pendekatan bermain kelompok dapat berhasil dengan lancar dan sukses.

B. Implikasi

Hasil penelitian yang diperoleh ini mempunyai implikasi bagi perkembangan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah pada umumnya dan pada khususnya di SD Negeri 3 Kaliwinasuh Purwareja Klampok Banjarnegara. Guru pendidikan jasmani dapat menerapkan pembelajaran atletik dengan materi gerak dasar lari menggunakan pendekatan bermain kelompok. Pendekatan permainan ini juga dapat digunakan untuk pembelajaran atletik cabang dan nomor lainnya sebagai variasi dari


(6)

commit to user

pembelajaran dan daya tarik materi sehingga siswa tidak jenuh atau malas terhadap pembelajaran atletik.

C. Saran

Berikut saran-saran yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk meningkatkan pembelajaran pendidikan jasmani dalam hal ini untuk cabang atletik antara lain :

1. Bagi SD Negeri Kaliwinasuh

Alat dan fasilitas yang digunakan untuk pembelajaran ditambah atau dilengkapi, sehingga guru dalam hal ini dapat mengajar dengan baik dan siswa dapat menerima materi dengan maksimal.

2. Bagi Guru SD Negeri Kaliwinasuh

Sebaiknya pembelajaran atletik dalam penyampaian materi ditambah dengan permainan, dalam hal ini permainan yang mengarah pada teknik atau materi yang akan dilaksanakan.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN PENDEKATAN PERMAINAN LOMPAT KATAK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 KLAMPOK PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 3 59

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SEPAKBOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN SECARA SIRKUIT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SIRKANDI PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 20102011

2 19 71

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Gerak Dasar Lari Dengan Menggunakan Pendekatan Bermain Pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Karangmojo Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETRAMPILAN GERAK DASAR ANAK MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS III SD N 3 BOLON COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016.

0 5 130

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOKOMOTOR LARI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SUMBER 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 19

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LARI CEPAT MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SOJOKERTO LEKSONO WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014.

0 0 1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LARI CEPAT DENGAN METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MIPITAN SURAKARTA TAHUN 2012/2013.

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PRIGI, PEJAGOAN, KEBUMEN TAHUN 2014/ 2015.

0 1 194

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERMAINAN BOKER PADA SISWA KELAS III SD NEGERI PUCANG KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015 2016 -

0 0 43

TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP IKLAN DI TELEVISI PADA DESA KALIWINASUH KECAMATAN PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012

0 0 12