DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1. Interaksi Antar Unsur Dalam Belajar Komunikasi 28
Gambar 4.1. Grafik Hasil Belajar Pretes Kelas Kontrol 69
Gambar 4.2. Grafik Hasil Belajar Pretes Pretes Kelas Eksperimen 69 Gambar 4.3. Grafik Hasil Belajar Pretes Postes Kelas Kontrol
74 Gambar 4.4. Grafik Hasil Belajar Pretes Postes Kelas Kontrol
75 Gambar 4.5. Interaksi Model Pembelajaran Group Investigation dan
80 Model Ekspositori pada Motivasi Tinggi dan Rendah
Gambar 4.6. Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar Pretes 84
Pretes dan Postes Model Pembelajaran Ekspositori dengan Model Pembelajaran Group Investigation
Gambar 4.7. Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar Pretes 85
Pretes dan Postes Motivasi Tinggi dan Rendah
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1 : Bahan Ajar
98 Lampiran 2
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 141
Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa
222 Lampiran 4
: Spesifikasi Tes Materi Suhu dan Kalor 231
Lampiran 5 : Angket Motivasi Siswa
243 Lampiran 6
: Uji Validasi, Relibilitas dan Tingkat Kesukaran 245
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan masyarakat modern dewasa ini tidak mungkin dicapai tanpa adanya kehadiran dunia pendidikan sebagai pilar dalam menciptakan
generasi penerus yang berkualitas. Pendidikan merupakan tiang utama dalam negara. Tanpa pendidikan yang berkualitas maka tidak akan pernah tercipta
sumber daya manusia yang berkualitas khususnya para siswa dalam meraih kesuksesan dalam belajar.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui berbagai pelatihan, peningkatan kualifikasi guru,
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, serta peningkatan mutu manajemen sekolah.
Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai Nurhadi dan Senduk, 2003:1.
Faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan masih rendah antara lain: 1 Kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan
individu siswa; 2 Pembelajaran yang kurang dapat menumbuhkan kesadaran akan makna belajar; dan 3 Pembelajaran yang masih bersifat teacher centered
Marpaung, 2001:2. Penggunaan media pembelajaran yang tidak efektif, dimana
media yang digunakan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru, contohnya, karena guru kurang menguasai bahan pelajaran maka media tertentu digunakan,
bukan dari sudut kebutuhan, minat, dan kondisi siswa Sanjaya, 2008:173. Guru masih kurang memperhatikan pengalaman siswa dalam lingkungannya untuk
dapat diangkat dalam proses pembelajaran, kurang memperhatikan penguatan konsep dalam proses belajarnya, serta kurang memperhatikan perolehan belajar
mereka selama proses pembelajarannya Wirahayu, dkk, 2007:17. Pendidikan yang baik di dalamnya terdapat proses belajar mengajar
yang baik karena belajar mengajar merupakan prilaku inti dalam proses pendidikan dimana anak didik dan pendidik saling berinteraksi. Untuk
mewujudkan proses kegiatan belajar dan mengajar diperlukan unsur yang terpenting antara lain adalah bagaimana guru dapat merangsang dan mengarahkan
siswa dalam belajar, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa dalam pencapaian hasil belajar yang optimal, dengan belajar siswa dapat
merangsang otak untuk berpikir dan berkreatifitas dalam mengarahkan perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa tersebut Dalyono, 2005:5
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen pokok yaitu pengirim pesan guru, penerima pesan siswa, dan
komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang- kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi, artinya materi
pelajaran atau pesan tidak dapat diterima secara optimal oleh siswa, tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik bahkan siswa dapat miskonsepsi
terhadap pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru
menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar Sanjaya, 2008:162.
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya kognitif, afektif, dan
psikomotorik dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk
kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan
penghidupannya Erman, 2010:1. Ironisnya, kenyataan di lapangan tidak seperti itu. Guru pada saat mengajar
hanya sebagai pusat perhatian saja dan tidak mengikut sertakan siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Hal inilah yang dapat membuat siswa merasa bosan
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu guru diharapkan mampu menggunakan model pembelajara.
Hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika di SMA Swasta Prayatna menyatakan bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa hasilnya kurang
memuaskan. Model pembelajaran yang sering digunakan disekolah ini model pembelajaran ekspositori dimana pembelajaran ini hanya menerangkan tanpa
mengetahui apakah siswa benar-benar mengerti atau tidak apa yang diajarkannya. Pembelajaran ini terjadi satu arah dimana sumber belajar hanyalah guru tanpa ada
interaksi yang berarti bagi siswa.