9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1. Permasalahan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Di  dalam  pembelajaran  Bahasa  Indonesia,  terdapat  keilmuan  berbahasa dan  bersastra  serta  keilmuan  kebahasaan  dan  kesastraan Suryaman,  2012:  19.
Semua keilmuan  dalam  pembelajaran  Bahasa  Indonesia  tersebut  dapat  dipahami dengan  baik  melalui  keterampilan  berbahasa  yakni  mendengarkan,  berbicara,
membaca,  dan  menulis.  Keempat  aspek  tersebut  saling  memengaruhi  satu  sama lain. Oleh sebab itu, harus berkembang secara bertahap dan berkelanjutan.
Dari  keempat  aspek  tersebut,  kemampuan  membaca  dan  menulis merupakan  aspek  yang  masih  harus  terus  ditingkatkan.  Pembelajaran  saat  ini
masih  belum  bisa  menjadikan  siswa  memiliki  kebiasaan  literasi  yakni  membaca dan menulis dengan baik, Kurniawan, 2014: vi.  Berdasarkan hasil survai PISA
Programme  for  International  Student  Assessment,  kemampuan  membaca  siswa Indonesia  berada di  peringkat  60  dari  65  negara
www.suaramerdeka.com 28
Desember 2013. Rendahnya  kemampuan  membaca  siswa,  tidak  terlepas dari  anggapan
bahwa  pelajaran  Bahasa  Indonesia  dianggap  mudah.  Hal  ini  berdampak  pada kemampuan  pemahaman  siswa  terhadap  bacaan.  Oleh  karena  itu,  dibutuhkan
strategi-strategi agar siswa tertarik untuk membaca, sehingga minat baca semakin meningkat.
10
Rendahnya  minat  baca  siswa  juga  berpengaruh  terhadap  kemampuan mengapresiasi  siswa  terhadap  bacaan.  Dalam  pelajaran  Bahasa  Indonesia,  juga
terdapat  pelajaran  sastra.  Pelajaran  sastra  membutuhkan  kemampuan  membaca yang baik. Namun, jika minat baca siswa saja belum tumbuh dengan baik, maka
pembelajaran sastra belum dapat berjalan dengan optimal. Selain rendahnya kemampuan literasi siswa, permasalahan  yang muncul
dalam  pelajaran  Bahasa  Indonesia  adalah  budaya  masyarakat.  Masyarakat  pada umumnya  memiliki  anggapan  bahwa  membaca  sudah  dikuasai  sejak  anak-anak,
sehingga  mereka  tidak  perlu  belajar  membaca  melalui  kegitan  membaca  dari berbagai  sumber.  Pendapat  tersebut  berlanjut  pada  generasi  berikutnya,  bahkan
dianut oleh para guru termasuk guru Bahasa Indonesia. Permasalahan  lainnya  adalah  ketersediaan  sarana  dan  prasarana.
Ketersediaan  sarana  dan  prasarana  belajar  seperti  perpustakaan,  laboratorium bahasa, ruang kelas, tempat publikasi karya, ruang berekspresi, sampai pada buku-
buku masih menjadi impian banyak sekolah. Dalam konteks ini, kurangnya sarana dan  prasarana  khususnya  perpustakaan  dan  buku-buku,  akan  menghambat
pengembangan  kemampuan  membaca  dan  menulis  siswa,  Suryaman,  2012:  39- 41.
2. Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah
Pembelajaran  merupakan  penguasaan  atau  pemerolehan  pengetahuan tentang  suatu  subjek  atau  sebuah  keterampilan  dengan  belajar,  pengalaman,  atau
instruksi  Brown,  2007:  8.  Kegiatan  apresiasi  sastra  dapat  dikatakan  sebagai