Perubahan Jumlah Kursi Penetapan Jumlah Kursi DPR

55

BAB 5 Penetapan Jumlah Kursi DPR

A. Perubahan Jumlah Kursi

Jumlah kursi DPR senantiasa berubah dari waktu ke waktu, mulai dari Pemilu 1955, pemilu-pemilu Orde Baru, hingga tiga pemilu pasca-Orde Baru. Sejak Pemilu 1955 sampai Pemilu 1999 terdapat sejumlah kursi yang disediakan bagi wakil dari kelompok tertentu tanpa mengikuti pemilu. Akan tetapi sejak Pemilu 2004 tidak ada lagi kursi gratis, sejak itu semua anggota DPR dipilih melalui pemilu, sesuai dengan ketentuan UUD 1945 setelah mengalami empat kali perubahan. 40 Sebagaimana tampak pada Tabel 5.1, jumlah kursi DPR berubah dari pemilu ke pemilu. Pada Pemilu 1955 ditetapkan 272 kursi, dengan 15 di antaranya diangkat untuk mewakili Irian Barat, golongan kecil Eropa, dan Tionghoa. Pada Pemilu 1971, Pemilu 1978, dan Pemilu 1982 jumlah kursi DPR ditetapkan sebanyak 460 kursi. Dari jumlah tersebut hanya 360 kursi yang wakil-wakilnya dipilih melalui pemilu, sedang 100 kursi disediakan untuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI. Tiga pemilu berikutnya, yakni Pemilu 1987, Pemilu 1992, dan Pemilu 1997, jumlah kursi DPR dinaikkan menjadi 500. Pada Pemilu 1987 dan Pemilu 1992 jumlah kursi untuk ABRI tetap 100. Namun pada Pemilu 1997 jumlah kursi ABRI dikurangi menjadi 75, sehingga jumlah anggota DPR yang dipilih pada Pemilu 1999 adalah 425 kursi. Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Kursi DPR RI Pemilu Jumlah Kursi Diisi Melalui Pemilu Jumlah Kursi Disediakan Jumlah Total Kursi 1955 257 15 272 1971 360 100 460 1977 360 100 460 1982 360 100 460 1987 400 100 500 1992 400 100 500 40 Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 19 UUD 1945 56 Pemilu Jumlah Kursi Diisi Melalui Pemilu Jumlah Kursi Disediakan Jumlah Total Kursi 1997 425 75 500 1999 462 38 500 2004 550 - 550 2009 560 - 560 Sumber: Sekretariat Jenderal DPR RI dan Komisi Pemilihan Umum Pada Pemilu 1999, yang merupakan pemilu pertama setelah Orde Baru runtuh, jumlah kursi TNIPolri diturunkan menjadi hanya 38 kursi, sedang jumlah total kursi DPR tetap dipertahankan 500 sehingga anggota yang dipilih melalui pemilu adalah 462 orang. Meskipun sejak Pemilu 2004 tidak lagi disediakan kursi gratis, namun jumlah kursi ditambah 50 sehingga menjadi 550 kursi. Sekali lagi, pada Pemilu 2009, jumlah kursi DPR ditambah 10 sehingga menjadi 560 kursi. 41 Mengapa jumlah kursi DPR dari pemilu ke pemilu cenderung bertambah, dari 272 kursi pada Pemilu 1955 hingga menjadi 560 pada Pemilu 2009? Hal ini terjadi karena sejak Pemilu 1955 hingga Pemilu 2009, dalam menentukan jumlah kursi DPR, undang-undang pemilu menggunakan metode kuota penduduk untuk 1 kursi DPR. Pada Pemilu 1955 kuotanya 300.000 penduduk. Pemilu-pemilu Orde Baru kuotanya antara 300.000 sampai 400.000 penduduk. Pada Pemilu 1999 kuotanya 450.000 orang penduduk. Meskipun undang-undang Pemilu 2004 dan undang-undang Pemilu 2009 masing-masing menetapkan jumlah kursi DPR 550 dan 560 kursi, namun kedua undang-undang tersebut juga menetapkan kuota 1 kursi DPR antara 325.000-425.000. Implikasi atas penggunaan metode kuota penduduk 1 kursi DPR adalah jumlah kursi DPR akan terus bertambah sesuai pertambahan jumlah penduduk. Jika metode ini terus dipertahankan, tidak bisa dibayangkan berapa jumlah kursi DPR pada pemilu-pemilu mendatang. 42 Padahal, seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, perubahan jumlah kursi setiap pemilu akan menimbulkan ketidakpastian politik, khususnya dalam menjaga hubungan partai politik 41 Pasal 21 UU No. 102008 42 Pasal 47 UU No. 122003. 57 dan wakil rakyat dengan pemilih atau konstituennya karena penambahan jumlah kursi akan berdampak pada perubahan daerah pemilihan. Selain itu, penambahan jumlah kursi DPR sama saja dengan menambah anggaran negara untuk memfasilitasi anggota DPR, padahal beban kerja DPR tidak bertambah. Sementara penambahan kursi berarti juga menambah beban kerja DPR karena lebih banyak anggota DPR berarti lebih banyak waktu dan proses yang diperlukan untuk membuat keputusan. Oleh karena itu, penggunaan metode kuota 1 kursi DPR mewakili jumlah penduduk tertentu untuk menetapkan jumlah kursi DPR sebaiknya diubah dengan menggunakan metode ixed seats.

B. Kelebihan Metode Fixed Seats