13
BAB 2 Kerangka Konseptual
A. Prinsip Kesetaraan Suara
Prinsip kesetaraan suara untuk membentuk perwakilan memiliki sejarah panjang. Pada masa lalu, hak pilih hanya dimiliki laki-laki yang mempunyai
harta benda, memegang jabatan tinggi, dan berpendidikan. Sejak awal abad ke-20 semakin banyak negara yang mengadopsi prinsip universal sufrage
dalam konstitusinya. Pada dasarnya prinsip tersebut menjamin hak pilih setiap warga negara tanpa memandang jenis kelamin, ras, suku, agama, serta
status ekonomi dan sosial.
Saat ini penerapan prinsip OPOVOV: one person, one vote, one value atau satu orang, satu suara, dan satu nilai, harus dilihat sebagai deklarasi simbolik
tentang prinsip kesetaraan kekuasaan bagi semua pemilih yang hidup di bawah suatu pemerintahan yang sama. Pengertian kesetaraan politik lebih
dari sekadar setiap orang mempunyai hak sama untuk memberikan suara dalam pemilu. Kesetaraan politik juga berarti suara setiap orang bernilai sama.
Tidak boleh ada suara pemilih yang bernilai lebih daripada suara pemilih lain. Dengan kata lain, masalah kesetaraan politik bukan hanya berarti setiap
orang berhak berpartisipasi, melainkan berpartisipasi pada kedudukan yang sama terlepas dari ras, warna kulit, suku bangsa, agama, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, ataupun status ekonomi.
Hak memiliki suara yang setara dalam hukum dan pemerintahan merupakan fundamen demokrasi. Tanpa hak suara setara, demokrasi tidak ada. Konstitusi
negara demokrasi menjamin hak setiap warga negara diwakili secara setara pada pemerintahan. Konstitusi demokratis menjamin semua warga negara
dewasa memiliki suara setara. Tanpa kesetaraan perwakilan, tidak akan ada jaminan bahwa hukum yang akan dibuat berisi kebaikan bersama common
good. Tanpa kesetaraan perwakilan, undang-undang yang dibuat hanya akan menguntungkan kepentingan mereka yang diwakili. Tanpa kesetaraan
perwakilan, tidak ada jaminan bahwa konstitusi, yang menjamin hak warga negara, takkan dilanggar. Jaminan kesetaraan perwakilan menghendaki
suara dilihat berdasarkan proporsi jumlah suara, bukan berdasarkan jumlah kekayaan atau berdasarkan kelihaian hukum.
14
Jaminan akan kesetaraan suara hanyalah jaminan kesempatan bersuara, bukan jaminan hasilnya. Karena itu untuk dapat didengar, para warga negara harus
menggunakan suara itu dengan menulis, berbicara, dan terutama dengan memberikan suara pada pemilu, yang bertujuan untuk memilih wakil-wakil
rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif.
Dalam sistem pemerintahan demokrasi, dikenal dua jenis lembaga perwakilan legislatif. Pertama adalah lembaga perwakilan rakyat atau house representative
atau majelis rendah, atau DPR, dan yang kedua adalah lembaga perwakilan daerah atau senat atau DPD.
DPR mewakili penduduk atau orang, sehingga setiap anggota DPR harus mewakili jumlah penduduk yang kurang lebih sama. Oleh karena itu, jumlah
wakil yang mewakili penduduk pada setiap provinsi harus dihitung secara proporsional sesuai jumlah penduduk masing-masing provinsi. Dengan
demikian seorang wakil yang duduk di DPR mewakili jumlah penduduk yang hampir sama dengan jumlah penduduk yang diwakili oleh wakil-wakil yang
lain. Untuk itulah berlaku prinsip kesetaraan suara nasional, di mana nilai suara setiap pemilih sama secara nasional.
DPD mewakili ruang atau wilayah, sehingga setiap anggota DPD memiliki kedudukan yang sama tanpa memperhatikan besar kecilnya wilayah yang
diwakilinya. Artinya kalau basis DPD adalah negara bagian atau provinsi, setiap anggota DPD memiliki kedudukan yang sama, tanpa memperhatikan besar
kecilnya negara bagian atau provinsi yang diwakilinya. Dengan demikian dalam memilih anggota DPD berlaku prinsip kesetaraan suara secara negara
bagian atau provinsi. Artinya nilai suara pemilih dalam satu negara bagian atau provinsi untuk memilih anggota adalah sama.
B. Implementasi Prinsip