11
Ketiga, menawarkan formula-formula penentuan jumlah dan alokasi kursi DPR ke provinsi, yang mengacu pada konsep matematika sebagai metode paling
rasional, adil, dan pasti untuk menerapkan prinsip kesetaraan suara.
Keempat, menunjukkan pentingnya basis data yang akurat, periodik, dan dipercaya publik sebagai dasar penghitungan jumlah dan alokasi kursi DPR
ke provinsi. Dengan demikian, penetapan jumlah dan alokasi kursi DPR ke provinsi tidak dipertanyakan keabsahannya oleh semua kalangan.
Kelima, melakukan simulasi-simulasi penghitungan jumlah dan alokasi kursi DPR ke provinsi berdasarkan data Sensus Penduduk 2010 untuk mencari
alternatif terbaik bagi penetapan jumlah dan alokasi kursi pada pemilu- pemilu mendatang.
D. Sistematika Penulisan
Setelah
Bab 1 Pendahuluan ini, akan disajikan Bab 2 Kerangka Konseptual
yang berisi bahasan tentang prinsip kesetaraan suara dan implementasinya. Selain itu, bab ini juga akan menyajikan beberapa konsep metode penetapan
jumlah dan alokasi kursi parlemen, yang sudah dipraktikkan di banyak negara yang sistem demokrasi dan pemilunya sudah mapan. Selanjutnya pada
Bab 3 Jumlah dan Alokasi Kursi DPR ke Provinsi Pada Pemilu Pasca-Orde Baru
akan dibahas tentang pengaturan jumlah dan alokasi kursi dalam undang- undang dan penerapannya pada Pemilu 1999, Pemilu 2004, dan Pemilu 2009.
Hasil evaluasi terhadap praktik penetapan jumlah dan alokasi kursi pada tiga kali pemilu terakhir tersebut, akan menjadi dasar bagi upaya mencari
metode atau formula terbaik penetapan jumlah dan alokasi DPR ke provinsi untuk pemilu-pemilu mendatang. Pertama,
Bab 4 Basis Data Penduduk,
berisi tentang perlunya basis data penduduk yang akurat, periodik, dan dapat dipercaya, sebagai dasar penghitungan jumlah dan alokasi kursi. Kedua,
Bab 5 Penetapan Jumlah Kursi DPR, berisi materi mengenai rasionalitas dan
argumentasi penetapan jumlah kursi DPR, serta metode yang digunakannya. Di sini akan dipilih dua alternatif jumlah kursi DPR, yakni 500 kursi Pemilu
1999 dan 560 kursi Pemilu 2009. Atas dasar dua alternatif tersebut dilakukan simulasi jumlah dan alokasi kursi DPR ke provinsi dengan menggunakan
metode kuota varian HamiltonHareNiemayer dan metode divisor varian WebsterSt Lague.
12
Bab 6 Kesetaraan Suara Nasional akan berisi perhitungan jumlah dan alokasi kursi DPR ke provinsi berdasarkan prinsip OPOVOV nasional, sedang
Bab 7 Kesetaraan Suara Jawa dan Luar Jawa akan berisi perhitungan jumlah dan alokasi kursi DPR ke provinsi berdasarkan prinsip OPOVOV Jawa
dan Luar Jawa. Akhirnya,
Bab 8 Penutup akan merupakan materi kesimpulan
dan rekomendasi. Pada bagian rekomendasi dipertegas metode dan formula penetapan jumlah dan alokasi kursi terbaik yang harus digunakan pada
pemilu-pemilu mendatang: tidak melanggar konstitusi, memenuhi prinsip kesetaraan suara, menciptakan kadilan politik, menjamin kepastian politik,
dan menjaga hubungan wakil, serta yang tidak kalah penting, mendorong terciptanya pemerintahan yang efektif dan eisien.
Buku ini disertai beberapa lampiran berisi tentang usulan perbaikan pengaturan penetapan jumlah dan alokasi kursi DPR ke provinsi, dan penjelasan
lebih lanjut atau rincian tentang penggunaan metode penghitungan alokasi kursi.
Lampiran 1 merupakan daftar invetarisasi masalah terhadap Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2003 dan UU No. 102008 menyangkut materi pengaturan penetapan jumlah dan alokasi kursi DPR ke provinsi, yang disertai
Lampiran 2 berisi draf perubahan undang-undang yang diusulkan oleh kajian ini. Sebagai perbandingan, pada
Lampiran 3 disampaikan pengaturan
tentang penetapan jumlah dan alokasi kursi serta pembentukan daerah pemilihan dalam berbagai undang-undang yang digunakan untuk mengatur
penyelenggaraan Pemilu 1955 dan pemilu-pemilu Orde Baru. Pengaturan yang sama untuk Pemilu 1999, Pemilu 2004, dan Pemilu 2009 dicantumkan
dalam
Lampiran 4.
Buku ini juga mencantumkan berbagai hasil simulasi yang dilakukan dalam kajian ini. Tentu tidak semua hasil simulasi disampaikan, beberapa yang
penting adalah
Lampiran 5 dan Lampiran 6 yang berisi rincian tahapan
penghitungan alokasi kursi dengan metode kuota untuk kursi DPR sebanyak 500 dan 560 kursi. Sedang rincian tahapan penghitungan alokasi kursi dengan
metode divisor untuk kursi DPR sebanyak 500 dan 560 kursi bisa dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
13
BAB 2 Kerangka Konseptual