RAD MDGs Jawa Tengah 13
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
1. Prevalensi Balita dengan berat badan rendahkekurangan gizi
Terdapat hubungan timbal balik antara kekurangan gizi dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah
terjadinya kekurangan gizi selain disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang gizi seimbang bagi sebagian masyarakat terutama di perdesaan dan
kelompok rentan. Proporsi Balita yang kekurangan gizi berbanding lurus dengan jumlah penduduk miskin. Semakin kecil pendapatan penduduk maka
persentase Balita yang kekurangan gizi semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk, semakin rendah persentase
Balita yang kekurangan gizi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita dengan berat badan rendahkekurangan gizi pada tahun 2007 sebesar 16,
turun menjadi 15,7 pada tahun 2010 sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 14,05. Diperkirakan target MDGs tersebut akan dapat tercapai di
Jawa Tengah.
a. Prevalensi Balita gizi buruk
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung disebabkan oleh tiga hal, yaitu: anak tidak mendapat makanan
bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai, dan kemungkinan anak menderita penyakit infeksi. Berdasarkan data
Riskesdas, prevalensi Balita gizi buruk di Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 4 dan pada tahun 2010 turun menjadi 3,3, sedangkan
target MDGs tahun 2015 sebesar 2,15.
b. Prevalensi Balita gizi kurang
Prevalensi kekurangan gizi pada Balita pada tahun 2007 sebesar 12 naik menjadi 12,4 pada tahun 2010, sedangkan target MDGs pada
tahun 2015 sebesar 11,9. Melalui prioritas program dan kegiatan yang semakin intensif utamanya pada kelompok rentan dan kekurangan gizi,
diharapkan Jawa Tengah mampu mencapai target MDGs yang telah ditetapkan.
RAD MDGs Jawa Tengah 14
2. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi
minimum.
Pola konsumsi pangan yang kurang mencukupi kebutuhan energi dan gizi akan mengakibatkan terjangkitnya penyakit serius, bahkan kematian.
Asupan makanan yang seimbang sangat penting bagi ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat
minimum sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan status gizi, sebagian besar disandang oleh masyarakat miskin. Kondisi ini menegaskan bahwa
upaya peningkatan dan perbaikan konsumsi terutama bagi masyarakat miskin sangat mendesak untuk dilakukan.
a. Kategori 1.400 Kkalkapitahari
Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum atau 1.400 Kkalkapitahari pada tahun 2009
sebesar 15,22, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 8,50. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus agar proporsi penduduk dengan
asupan kalori kurang dari 1.400 Kkalkapitahari tersebut dapat diturunkan sesuai target MDGs.
b. Kategori 2.000 Kkalkapitahari
Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum atau 2.000 Kkalkapitahari pada tahun
2009 sebesar 66,89, masih jauh apabila dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 35,32. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus
melalui serangkaian program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan sinergis, sehingga proporsi penduduk dengan asupan kalori
kurang dari 2.000 Kkalkapitahari tersebut dapat diturunkan seoptimal mungkin.
RAD MDGs Jawa Tengah 15
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Mencapai pendidikan dasar untuk semua adalah upaya yang dilakukan agar penduduk usia sekolah dasar seluruhnya dapat menikmati pendidikan SD
MIPaket A pada tahun 2015. Tujuan ke-2 ini memiliki tiga indikator yaitu: Angka Partisipasi Murni APM SDMIPaket A; Proporsi murid kelas 1 yang berhasil
menamatkan SDMIPaket A dan Angka melek huruf penduduk usia 15 – 24
tahun perempuan dan laki-laki. APM SDMIPaket A adalah hasil bagi antara jumlah siswa SDMIPaket A usia 7
– 12 tahun pada satu wilayah administratif dibagi penduduk usia 7
– 12 tahun. Status pencapaian tujuan ke-2 MDGs di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
Tabel 1.7 Status Capaian Tujuan ke-2 MDGs Jawa Tengah
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Capaian target tujuan kedua MDGs untuk indikator APM SDMIPaket A dan angka melek huruf penduduk usia 15 - 24 tahun Provinsi Jawa Tengah
sudah menuju pada pencapaian target 2015 On Track. Pada tahun 2010 Angka
Partisipasi Kasar APK SDMIPaket A telah mencapai 108, Angka Partisipasi
Indikator Acuan
Dasar Saat ini
Target MDGs 2015
Status Sumber
Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar Untuk semua Target 2 A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan
dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
2.1 Angka Partisipasi
Murni APM SD MI Paket A
92,77 20072008
97,08 20092010
100 Dinas
Pendidikan 2.2
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil
menamatkan SD MI 99,44
20072008 99,78
20092010 100
Dinas Pendidikan
2.3 Angka melek huruf
penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan
laki-laki P: 99,80
L: 99,83 20072008
P: 100 L: 100
20092010 100
Dinas Pendidikan
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
RAD MDGs Jawa Tengah 16
Murni APM SDMIPaket A 97,08 dan APK SMPMTsPaket B 99,40. Pada jenjang Pendidikan Dasar, berdasarkan data indikator pembangunan bidang
pendidikan, terdapat peningkatan indikator Angka Partisipasi Murni APM pada jenjang SDMIPaket A dan SMPMTsPaket B sejak tahun 20072008, yakni APM
SDMIPaket A pada tahun 20072008 sebesar 92,77 meningkat menjadi 97,08 pada tahun 2010. Dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar
95,23, posisi Jawa Tengah sudah berada di atas rata-rata nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa akses masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan
pada jenjang Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari tahun 20072008 hingga tahun 2010. Apabila trend peningkatan tersebut dapat dipertahankan,
maka Jawa Tengah diharapkan dapat mencapai target MDGs pada jenjang SDMIPaket A pada tahun 2015.
Perkembangan capaian APK dan APM SDMIPaket A, SMPMTsPaket B dan SMASMKMAPaket C dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dapat
dilihat pada gambar 1.3 dan 1.4. Grafik tersebut menggambarkan bahwa selama kurun waktu tersebut baik APK maupun APM SDMIPaket A, SMPMTs Paket B
dan SMASMKMA Paket C menunjukkan peningkatan.
Gambar 1.3 Perkembangan APK SDMIPaket A, SMPMTs Paket B dan
SMASMKMA Paket C Tahun 2008, 2009, 2010
Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
RAD MDGs Jawa Tengah 17
Gambar 1.4 Perkembangan APM SDMI Paket A, SMPMTs Paket B dan
SMASMKMA Paket C Tahun 2008, 2009, 2010
Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Didukung oleh peraturan perundangan dan berbagai kebijakan serta upaya keras dari seluruh
stakeholder, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah berhasil mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, antar
kelompok pendapatan, dan antar daerah terutama pada tingkat sekolah dasar.
Angka Partisipasi Kasar APK tingkat Sekolah Dasar SDMIPaket A telah melampaui angka 100 . Pada tahun 20092010 APK SDMIPaket A telah
mencapai 108 dan angka partisipasi murni APM sekitar 97,08 . Pada tahun yang sama, APK dan APM jenjang SMPMTsPaket B masing-masing mencapai
99,40 dan 76,87 Gambar 1.3 dan 1.4. Pada tingkat Sekolah Dasar SDMIPaket A, disparitas partisipasi pendidikan antar Kabupaten Kota sudah
sangat kecil. Data Dinas Pendidikan menunjukan bahwa APM SDMIPaket A di semua Kabupaten Kota telah mencapai lebih dari 90,0 , kecuali Kabupaten
Kudus dengan APM sebesar 87,60 Gambar 1.5. Perlu diketahui bahwa capaian APM 100 pada tingkat sekolah dasar tidak mungkin tercapai karena
terdapat kenyataan yang ada saat ini adalah banyak siswa SD kelas satu berusia di bawah usia 7 tahun.
Sebaran APM SDMIPaket A pada masing-masing KabupatenKota menunjukkan bahwa masih terdapat 11 KabupatenKota yang capaian APM
SDMIPaket A masih berada di bawah rata-rata Jawa Tengah. Namun demikian, angkanya sudah berada di atas kisaran 85. Capaian APM SDMIPaket A
92,77
RAD MDGs Jawa Tengah 18
terendah adalah Kabupaten Kudus, dengan APM SDMIPaket A sebesar 87,60. Hal ini disebabkan bahwa kecenderungan bahwa orang tua menyekolahkan anak
ke SDMI di bawah usia 7 tahun. Gambar 1.5 menunjukkan capaian APM SDMIPaket A Kabupaten Kota di Jawa Tengah Tahun 2010.
Gambar 1.5 Capaian APM SDMIPaket A KabupatenKota di Jawa Tengah
Tahun 20092010
Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Indikator murid kelas 1 berhasil menamatkan SDMI mengukur berapa banyak siswa kelas 1 tahun tertentu dalam kurun waktu 6 tahun kemudian
berhasil menamatkan jenjang SDMI. Data pada tahun ajaran 20072008 angka kelulusan SDMI sebesar 99,47 berarti pada tahun ajaran 20022003 jumlah
siswa kelas 1 ada sebesar 588.306 murid. Demikian pula pada tahun ajaran 20092010 jumlah siswa lulus sebesar 99,78 berarti pada tahun ajaran
20042005 jumlah murid kelas 1 sebanyak 573.895 murid. Hal ini menunjukan adanya penurunan angka putus sekolah pada tingkat sekolah dasar termasuk
Madrasah Ibtidaiyah sebesar 0,33 terlihat pada gambar 1.6.
RAD MDGs Jawa Tengah 19
Gambar 1.6 Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Menamatkan Sekolah
Dasar Tahun 2010
Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Angka melek huruf penduduk Provinsi Jawa Tengah berusia 15-24 tahun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Angka melek huruf telah
digunakan sebagai indikator tercapainya Education for All EFA dan MDGs serta
berperanan penting dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia. Melek huruf merupakan prasyarat utama yang memungkinkan seseorang mengakses
informasi dan pengetahuan serta memiliki kemampuan untuk memperoleh pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.
Data Dinas Pendidikan tahun 2009-2010 menunjukan bahwa angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun di Provinsi Jawa Tengah mencapai
100 baik untuk laki-laki maupun perempuan. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 20072008. Angka melek huruf pada tahun 20072008
sebesar 99,79 untuk laki-laki dan 99,85 untuk perempuan. Peningkatan angka melek huruf terjadi antara lain karena peningkatan partisipasi penduduk
usia 15 – 24 tahun yang buta huruf untuk mengikuti program pendidikan
keaksaraan dan pendidikan non formal serta meningkatnya proporsi siswa yang menamatkan SDMIPaket A dan SMPMTsPaket B.
RAD MDGs Jawa Tengah 20
Gambar 1.7 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15-24 Menurut KabupatenKota
di Jawa Tengah Tahun 20092010
Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan
Tujuan mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan memiliki tiga indikator, yaitu 1 rasio perempuan terhadap laki-laki ditingkat
pendidikan dasar menengah dan tinggi; 2 Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian dan 3 Proporsi kursi yang diduduki
perempuan di DPRD. Rasio perempuan terhadap laki-laki tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi adalah angka hasil bagi APM perempuan jenjang
pendidikan tertentu dibagi dengan APM laki-laki pada jenjang pendidikan yang sama. Apabila hasil bagi berada pada kisaran 95
– 105, dapat disimpulkan dalam kategori terjadi kesetaraan gender. Terjadi ketimpangan gender apabila hasil
bagi lebih besar dari 105 atau lebih kecil dari 95. Gambaran status capaian masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
RAD MDGs Jawa Tengah 21
Tabel 1.8 Status Capaian Tujuan ke-3 MDGs Jawa Tengah
Indikator Acuan
Dasar Saat ini
Target MDGs
2015 Status
Sumber Tujuan 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 3 A : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.
3.1 Rasio Perempuan
terhadap laki-laki ditingkat pen
didikan dasar menengah dan
tinggi
- Rasio APM perempuan
laki-laki di SD MIPaket A
93,46 20042005
99,32 20092010
100 BPS
- Rasio APM perempuan
laki-laki di SMP 100,12
20042005 105,66
20092010 100
BPS - Rasio APM
perempuan laki-laki di SMA
92,96 20042005
98,19 20092010
100 BPS
- Rasio APM perempuan
laki-laki di Perguruan
Tinggi 84,13
20042005 124,88
20092010 100
BPS
Indikator Acuan
Dasar Saat ini
Target MDGs
2015 Status
Sumber
3.2 Rasio melek
huruf perempuan terhadap laki-laki
pada kelompok usia 15-24 tahun
95,96 2007
100 2009
100 BPS
3.3 Kontribusi
perempuan dalam pekerjaan
upahan di sektor non pertanian
64,16 2007
65,51 2009
Meningkat Disnakertrans
duk
3.4 Proporsi kursi
yang diduduki perempuan di
DPRD 10,22
Pileg 2004 14,75
Pileg 2009 Meningkat
Kesbangpolin mas
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
RAD MDGs Jawa Tengah 22
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan
tidak lebih dari tahun 2015
Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender di berbagai bidang. Rasio Angka Partisipasi Murni APM perempuan
terhadap laki-laki di SDMIPaket A, SMPMTs Paket B, SMAMAPaket C, dan Pendidikan Tinggi PT berturut-turut sebesar 99,32, 105,66, 98,19, dan 124,88
pada tahun 20092010, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,95. Dengan demikian,
Jawa Tengah sudah secara efektif menuju on-track pencapaian kesetaraan
gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam
pekerjaan upahan di sektor non pertanian sebesar 65,51 pada tahun 2009 meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 64,16 sumber:
Disnakertransduk, 2009. Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPRD Provinsi Jawa Tengah pada Pemilu terakhir juga mengalami
peningkatan menjadi 14,75. Berdasarkan Data BPS tahun 20092010, APM baik perempuan maupun laki-laki, pada SDMIPaket A sudah mencapai lebih dari
90. Disparitas antar KabupatenKota masih merupakan masalah utama,
terutama pada tingkat pendidikan menengah. Data BPS 20092010 menunjukan bahwa disparitas gender APM perempuan terhadap laki-laki pada SDMIPaket A
berkisar antara 93,50 Kota Semarang dan 104,13 Kabupaten Karanganyar yang menunjukan bahwa rasio APM perempuan terhadap laki-laki hampir sama di
semua Kabupaten Kota terlihat pada gambar 1.8. APM perempuan terhadap laki- laki pada SMP MTs Paket B berkisar antara 82,55 Kabupaten Sragen dan
147,15 Kabupaten Wonosobo terlihat pada gambar 1.9, sedangkan pada SMAMAPaket C berkisar antara 54,12 Kabupaten Rembang dan 174,83
Kabupaten Purbalingga terlihat pada gambar 1.10. Rasio perempuan yang duduk di Perguruan Tinggi pada tiga Kabupaten Brebes, Grobogan, Purbalingga
sebesar 0, sedangkan di KabupatenKota lainnya berkisar antara 16,25
RAD MDGs Jawa Tengah 23
Kabupaten Banjarnegara dan 569,26 Kabupaten Blora terlihat pada gambar 1.11. Dari data tersebut terlihat bahwa APM perempuan terhadap laki-laki untuk
jenjang SMPMTsPaket B dan SMAMAPaket C perbedaannya relatif tidak begitu jauh, sedangkan pada jenjang Perguruan Tinggi data antar KabupatenKota
sangat luas.
Gambar 1.8 Rasio APM SDMI Paket A Tahun 20092010
Sumber data : BPS tahun 2009
Gambar 1.9 Rasio APM SMPMTsPaket B Tahun 20092010
Sumber data : BPS tahun 2009
RAD MDGs Jawa Tengah 24
Gambar 1.10 Rasio APM SMAMAPaket C Tahun 20092010
Sumber data : BPS tahun 2009
Gambar 1.11 Rasio APM Perguruan Tinggi Tahun 20092010
Sumber data : BPS tahun 2009
Angka melek huruf perempuan dan laki-laki kelompok usia 15-24 tahun telah mencapai sasaran MDGs. Pada tahun 20092010, Disparitas gender angka
RAD MDGs Jawa Tengah 25
melek huruf antara perempuan dan laki-laki Provinsi Jawa Tengah kelompok usia 15-24 tahun sudah mencapai 100.
Di bidang ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK
perempuan lebih rendah dibandingkan dengan TPAK laki-laki. Data BPS tahun
2010 menunjukan bahwa TPAK perempuan tidak menunjukan peningkatan yang signifikan, hanya berkisar sekitar 27,70 . Angka tersebut jauh lebih rendah jika
di bandingkan dengan TPAK laki-laki yang rata-rata 84 selama periode yang sama.
Persentase perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian memperlihatkan kecenderungan meningkat, yang termasuk pekerja upahan di
sektor non-pertanian adalah buruhkaryawanpegawai dan pekerja bebas yang bekerja di lapangan kerja sektor nonpertanian. Data Disnakertransduk
menunjukan bahwa kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan non- pertanian mengalami peningkatan, dari sebesar 64,16 pada tahun 2007
menjadi sebesar 65,51 pada tahun 2009. Gambar 1.12 menunjukkan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non-pertanian pada
KabupatenKota se Jawa Tengah.
Gambar 1.12 Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan
di sektor non pertanian KabKota Se Jawa Tengah Tahun 2009
Sumber data : Disnakertransduk Provinsi jawa Tengah
RAD MDGs Jawa Tengah 26
Kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan juga diukur berdasarkan proporsi perempuan di lembaga-lembaga publik legislatif, eksekutif,
dan yudikatif, menunjukan adanya peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari proporsi perempuan yang menduduki kursi di DPRD mengalami
peningkatan dari 10,22 pada tahun 2004 menjadi 14,75 pada tahun 2009. Di bidang politik, kemajuan yang dicapai antara lain adalah dengan di
tetapkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Komisi Pemilihan umum KPU, Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, disusul
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang tersebut mengamanatkan dengan jelas 30 keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik di tingkat
pusat dan daerah dalam daftar yang diajukan untuk calon anggota legislatif. Gambar 1.13 menunjukkan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD.
Gambar 1.13 Proporsi Kursi yang Diduduki Perempuan Di DPRD
KabKota Se Jawa Tengah Tahun 2009
Sumber data : Kesbangpolinmas Provinsi jawa Tengah
RAD MDGs Jawa Tengah 27
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah: menurunkan Angka Kematian Balita AKBA hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990
– 2015 dengan indikator 1 Angka Kematian Bayi AKB per 1.000 kelahiran hidup; 2
Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup; dan 3 Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak.
Tabel 1.9 Status Capaian Tujuan 4 MDGs Jawa Tengah
Indikator Acuan
Dasar Saat ini
Target MDGs 2015
Status Sumber
Target 4 A : Mengurangi 23 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015 4.1
Angka Kematian Bayi AKB per 1.000
kelahiran hidup 48,8
SDKI; Jateng
1991 10,62
2010 8,5
Dinkes
4.2 Angka Kematian Balita
AKBA per 1.000 kelahiran hidup
79,8 SDKI;
Jateng 1991
12,02 2010
11,85 Dinkes
BPS
4.3 Proporsi anak berusia
1 tahun diimunisasi campak
72,3 SDKI;
Jateng 2007
95 2010
95 Dinkes
SDKI JATENG
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
Angka Kematian Bayi AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1991 sampai dengan 2010 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1991 AKB
sebesar 48,8 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2010 menurun menjadi 10,62 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 23 1.000
kelahiran hidup kondisi ini telah mencapai target. Pada Tahun 2015 target capaian AKB Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,51.000 kelahiran hidup.
Target 4A: menurunkan angka kematian balita AKBA hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990
– 2015
RAD MDGs Jawa Tengah 28
Gambar 1.14 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002
– 2010 per 1.000 kelahiran hidup
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Gambar 1.15 Perbandingan Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional
Tahun 2003 – 2010 per 1.000 kelahiran hidup
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Jumlah kasus kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah 6.181 kasus yang tersebar di 35 kabupatenkota dengan jumlah kelahiran hidup
582.074.
RAD MDGs Jawa Tengah 29
KabupatenKota dengan kasus kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten Kebumen 540 kasus, Kota Semarang 337 kasus dan Kabupaten Brebes 312
kasus. Kabupaten dengan kasus kematian bayi terendah adalah Kota Magelang 13 kasus, Kota Tegal 15 kasus dan Kota Salatiga 29 kasus.
Gambar 1.16 Jumlah Kematian Bayi di KabKota Se Jawa Tengah Tahun 2010
orang
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Menurunnya AKB di Jawa Tengah disebabkan oleh meningkatnya pelayanan kesehatan pada bayi. Cakupan kunjungan neonatal pertama KN-1 di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 96,82 , dengan cakupan Kabupaten Kota tertinggi adalah Kabupaten Kebumen 101,36 dan Kabupaten dengan
cakupan terendah adalah Kabupaten Wonosobo 83,21 . Masih terdapat 11 kabupaten dengan cakupan kunjungan neonatal pertama dibawah cakupan
Provinsi Jawa Tengah.
RAD MDGs Jawa Tengah 30
Gambar 1.17 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama KN1 KabKota se-Jateng
Tahun 2010
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jateng 2010
Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari
– 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9
– 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2010 sebesar
94,14, KabupatenKota dengan cakupan tertinggi adalah Kota Semarang 109,18 dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten
Pemalang 76,23 . Sampai dengan tahun 2010 cakupan kunjungan bayi yang masih di bawah capaian Jawa Tengah sebanyak 14 KabupatenKota, yaitu
Kabupaten Pemalang, Sragen, Cilacap, Boyolali, Jepara, Karanganyar, Brebes, Kota Tegal, Rembang, Purworejo, Purbalingga, Kota Magelang, Kudus dan
Wonosobo.
RAD MDGs Jawa Tengah 31
Gambar 1.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi KabKota Se Jawa Tengah
Tahun 2010
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Angka Kematian Balita AKBA. AKBA Provinsi Jawa Tengah dari tahun
2005 10,02 1.000 kelahiran hidup sampai dengan tahun 2010 12,021.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan, namun demikian masih dibawah target
MDGs tahun 2015 32 1.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2015 target AKBA Provinsi Jawa Tengah 11,85 1.000 kelahiran hidup dapat tercapai.
RAD MDGs Jawa Tengah 32
Gambar 1.19 Angka Kematian Balita AKBA Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2010 per 1.000 kelahiran hidup
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Jumlah kasus kematian anak balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah 813 kasus yang tersebar di 35 kabupatenkota.
Kabupaten Kota dengan kasus kematian anak balita terbanyak adalah Kota Semarang 90 kasus, Kabupaten Cilacap 84 kasus dan Kabupaten Jepara 59
kasus. Kabupaten Kota dengan kasus terkecil adalah Kota Salatiga 2 kasus, Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Tegal dimana masing masing 4 kasus.
Gambar 1.20 Jumlah Kematian AKBA di Kabkota se - Jawa Tengah Tahun 2010
orang
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
RAD MDGs Jawa Tengah 33
Cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Jawa Tengah sebesar
76,38 , dimana Kabupaten Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Semarang 99,57 dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kota
Salatiga 22,40. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita kabupatenkota yang masih dibawah capaian Jawa Tengah sebanyak 18 kabupatenkota meliputi
Kota Salatiga, Kabupaten Magelang, Pekalongan, Karanganyar, Batang, Kota Pekalongan, Grobogan, Banjarnegara, Kota Surakarta, Blora, Cilacap, Kota Tegal,
Wonosobo, Pemalang, Kota Magelang, Jepara, Sukoharjo, dan Purworejo.
Gambar 1.21 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di KabKota Jawa Tengah
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Proporsi anak - anak berusia 1 tahun di-imunisasi campak di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 94,7 menurun dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 96,7 . Target MDGs untuk indikator ini telah tercapai.
Namun demikian, masih diperlukan berbagai upaya meningkatkan dan mempertahankan cakupan pelayanan imunisasi campak sehingga target Provinsi
Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 95 dapat tercapai. Imunisasi merupakan salah satu cara dalam rangka pencegahan penyakit
menular dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Peningkatan imunisasi sebesar 3 persen dapat menurunkan kematian anak balita sebesar 1
per 1.000 kelahiran hidup UNSD 2009, ADB.
RAD MDGs Jawa Tengah 34
Gambar 1.22 Proporsi Anak-anak Berusia 1 Tahun diimunisasi Campak
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 diolah
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah sebagai berikut: 1. Target 5a: menurunkan Angka Kematian Ibu AKI hingga tiga per empat
dalam kurun waktu 1990
– 2015 dengan indikator sebagai berikut: a. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup
b. Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih