RAD MDGs Jawa Tengah 53
1.2. Permasalahan dan Tantangan
1.2.1 Permasalahan
Berdasarkan kondisi capaian target tujuan pembangunan milennium permasalahan dihadapi dalam rangka akselerasi pencapaian target tujuan
pembangunan milennium di Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US 1,00 PPP per kapita per
hari perhari dalam kurun waktu 1990-2015.
1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia kelompok masyarakat miskin, sebagian besar kelompok usia produktif berpendidikan rendah SD
sederajat. 2. Rendahnya akses terhadap pelayanan dasar pendidikan, kesehatan,
perumahan, air bersih dan sanitasi. 3. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha.
4. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah legalitas. 5. Rendahnya pemilikan aset usaha dan akses terhadap permodalan
sehingga belum dapat melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif baik pada skala mikro maupun kecil.
6. Lemahnya jaminan rasa aman dan kurangnya partisipasi dalam tahap- tahap pembangunan.
7. Sebagian besar penduduk miskin bertempat tinggal dan bekerja di perdesaan 57,72 dan selebihnya di perkotaaan 42,28.
RAD MDGs Jawa Tengah 54
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan
dan kaum muda
1. Masih banyaknya penduduk usia kerja yang bekerja di sektor pertanian dan industri, yang sebagian besar berstatus buruh tani dan buruh
industri karena tingkat pendidikan yang rendah, sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatanya.
2. Masih banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor informal, yang kurang mendapatkan perlindungan kerjasosial serta jaminan
kepastian keberlanjutan usaha. 3. Terdapat sektor-sektor usaha tertentu yang bersifat padat modal,
sehingga berpengaruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja. 4. Masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan
dibanding laki-laki.
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang Pola Gizi Seimbang yang disebabkan rendahnya pengetahuan, belum optimalnya
pemanfaatan potensi pangan lokal dan belum mantapnya sosialisasi kepada masyarakat.
2. Masih terdapat Balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang, terutama kelompok masyarakat miskin di perdesaan.
3. Masih terdapat penduduk miskin dengan tingkat konsumsi kalori di bawah 2.100 Kkalper kapitaper hari, karena belum mantapnya
ketahanan pangan keluarga.
RAD MDGs Jawa Tengah 55
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun
perempuan dimanapun
dapat menyelesaikan
pendidikan dasar
1. Capaian Angka Partisipasi Murni APM SDMIPaket A masih belum optimal, masih terdapat 11 KabupatenKota yang angka APM
SDMIPaket A masih di bawah rata-rata Jawa Tengah. Terdapat satu kabupaten yang angka APM SDMIPaket A masih di bawah angka
90. Beberapa faktor yang menyebabkan beberapa kabupatenkota belum mencapai rata-rata Jawa Tengah adalah kondisi layanan
pendidikan dasar antar kabupatenkota belum berimbang; Masih rendahnya kondisi sarana prasarana pendidikan dasar sesuai Standar
Nasional Pendidikan SNP di KabupatenKota; Disparitas kualifikasi pendidikan pendidik pada pendidikan dasar antar KabupatenKota;
disparitas katagori hasil akreditasi satuan pendidikan dasar antar KabupatenKota.
2. Proporsi anak kelas 1 yang mampu menamatkan pendidikan di SDMIPaket A masih belum optimal. Masih ada siswa SDMIPaket A
yang drop out walaupun persentasenya hanya 0,33 pada tahun
2009. Beberapa faktor yang menyebabkan drop out antara lain faktor
ekonomi dan faktor kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya hingga tamat SDMIPaket A.
3. Upaya pelestarian angka melek huruf Jawa Tengah belum optimal. Pada tahun 2010 angka melek huruf telah mencapai 100. Hal
tersebut berarti bahwa tidak lagi terdapat penduduk yang buta aksara. Capaian tersebut harus dipertahankan atau dilestarikan agar,
mereka yang telah melek huruf tidak kembali buta huruf karena kurang atau tidak ada upaya pelestarian. Pelestarian penduduk yang
RAD MDGs Jawa Tengah 56
sudah melek huruf pada saat ini masih kurang. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pelestarian seperti program Koran Ibu, Kelompok
Belajar Masyarakat KBM, Kelompok Belajar Usaha KBU, frekuensinya masih sangat rendah.
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua
jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
1 Rasio APM perempuan terhadap laki-laki lebih tinggi laki-laki untuk jenjang pendidikan SDMIPaket A dan SMAMAPaket C. Namun untuk
jenjang pendidikan SMPMTsPaket B dan Perguruan Tinggi PT Rasio APM perempuan terhadap laki-laki lebih tinggi perempuan.
2 Rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki data menunjukkan pada angka 100 sehingga yang perlu dilakukan adalah
upaya pelestarian kesetaraan rasio agar tetap terjaga. 3 Belum optimalnya kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di
sektor non pertanian. Produktivitas perempuan di sektor non pertanian lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Sampai dengan tahun
2009, kontribusi perempuan hanya berkisar 65,51 sedangkan laki- laki sebesar 77,47. Faktor yang menyebabkan rendahnya kontribusi
perempuan karena tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor non pertanian lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
4 Belum optimalnya proporsi perempuan yang duduk di DPRD di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Proporsi perempuan di DPRD di Jawa Tengah
belum sesuai dengan harapan, karena masih rendahnya peminatan perempuan di bidang politik di bandingkan dengan laki-laki.
Selain itu partisipasi perempuan di bidang politik, khususnya sebagai pengurus partai relatif masih rendah. Pengurus Partai Politik masih
RAD MDGs Jawa Tengah 57
didominasi oleh laki-laki. Rendahnya perempuan sebagai pengurus partai politik menyebabkan partai kesulitan mencari kader partai
perempuan untuk dicalonkan menjadi anggota legislatif.
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita AKBA hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015
1 Aspek pelayanan :
a Dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar baik di Puskesmas, Puskesmas Pembantu Pustu maupun Poliklinik Kesehatan Desa
PKD, bidan dituntut memiliki kompetensi tekhnis pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak KIA, diantaranya kompetensi untuk
menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS. Pada tahun 2010, di Provinsi Jawa Tengah 52 bidan belum terlatih tentang
MTBS. b Dalam memberikan pelayanan khususnya pelayanan kesehatan bayi
dan balita, bidan sangat dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu, sesuai dengan kompetensi dan kewenangan. Untuk
memberikan pelayanan kesehatan anak di unit pelayanan kesehatan dasar, sudah disusun standar pelayanan kebidanan dan
KIA, prosedur tetap dan Standard Operating Procedure SOP
sesuai dengan kewenangan bidan. Berdasarkan evaluasi, masih ditemukan beberapa bidan yang kurang patuh terhadap standar
pelayanan, prosedur tetap dan SOP kebidanan dan pelayanan KIA. c
Posyandu strata purnama dan mandiri sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar bagi anak usia dini dalam beberapa kurun waktu
terakhir ini menunjukkan penurunan pelayanan kegiatan baik kualitas maupun kuantitas.
RAD MDGs Jawa Tengah 58
2 Aspek Masyarakat :
a Kesehatan adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya instansi kesehatan saja tetapi juga instansi institusi dinas terkait dan
masyarakat itu sendiri. Masyarakat bukan lagi menjadi obyek tetapi subyek yang harus bertanggung jawab terhadap
kesehatannya sendiri, keluarga dan lingkungan untuk itu perlu adanya dukungan berupa perilaku yang menunjang kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui, kesehatan anak dan bayi sangat tergantung pada pola asuh orang tua dan keluarga. Harapannya,
pola asuh yang baik khususnya pola asuh berperilaku hidup bersih dan sehat, pola makan yang bergizi dan seimbang akan
meningkatkan derajat kesehatan bayi dan anak, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
tentang pola asuh bayi dan anak yang sehat yang salah satunya disebabkan oleh minimnya pusat informasi kesehatan, promosi
kesehatan dan penyuluhan pendidikan kesehatan untuk masyarakat secara langsung.
b Sebagian besar masyarakat yang tinggal di pedesaan di Provinsi Jawa Tengah, masih mempercayai pemahaman bahwa meninggal
dunia pada saat melahirkan adalah mati syahid dan masuk surga , sehingga pemahaman ini secara tidak langsung mempengaruhi
motivasi ibu hamil untuk melahirkan dengan aman dan selamat karena hal ini akan menjadi kebanggan tersendiri. Sementara
pemahaman lain adalah apabila anak atau bayi yang belum memiliki dosa meninggal, maka dia akan menolong ibunya
supaya masuk surga, sehingga hal ini secara tidak langsung mempengaruhi motivasi orang tua untuk berusaha semaksimal
mungkin dalam mencari pengobatan dan pemeliharaan kesehatan anaknya khususnya untuk masyarakat miskin.
c Masyarakat khususnya ibu dengan latar belakang pendidikan rendah dan tingkat sosial ekonomi yang rendah, sangat jarang
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan anak baik bayi dan
RAD MDGs Jawa Tengah 59
balita dari tenaga kesehatan. Dalam memberikan perawatan bayi dan anak, ibu cenderung mengandalkan pengalaman orang tua
dan keluarganya serta masukan informasi dari keluarga dan lingkungannya yang terkadang informasi tersebut secara
kesehatan kurang benar, misalnya : memberikan ramuan untuk pusar bayi baru lahir, memberi bayi baru lahir dengan nasi
campur pisang dan lain lain. Kelirunya perilaku masyarakat dalam perawatan bayi dan anak sangat mempengaruhi derajat
kesehatan bayi dan anak dan bisa berujung pada kematian. d Ada sebagian kecil masyarakat tetapi sangat besar pengaruhnya
untuk di contoh masyarakat lain yang memiliki pemahaman bahwa imunisasi adalah haram, karena telah memasukkan
barangbendacairan asing ke dalam tubuh manusia. Pemahaman seperti itu sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
program imunisasi khususnya untuk anak dan bayi yang sangat rentan terhadap penularan beberapa penyakit menular.
e Pengetahuan dan kesadaran orangtua yang memiliki anak usia balita mengenai tumbuh kembang balita yang optimal masih
minim, terutama bagi masyarakat yang berada di pedesaantidak mampu. Disamping itu kualitas kader posyandu di masyarakat
juga sangat terbatas, karena kurangnya dukungan untuk peningkatan kapasitas kader.
RAD MDGs Jawa Tengah 60
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015
1 Aspek Pelayanan :
a Dalam pemberian pelayanan kesehatan ibu khususnya untuk ibu hamil dan melahirkan, terdapat dua tahapan yaitu sarana
pelayanan kesehatan dasar Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik Kesehatan Desa PKD dan pelayanan kesehatan rujukan
PONED rumah sakit. Rumah Sakit Umum pemerintah di kabupatenkota se jawa Tengah belum seluruhnya berkualitas
pelayanannya, khususnya IGD maternal, Bank Darah RS, rujukan konseling ke dokter spesialis, dan kesiapan PONEK 24 jam. Kualitas
pelayanan rujukan meliputi sarana prasarana dan tenaga kesehatan bidan,dokter spesialis obsgyn dan tenaga kesehatan
lainnya, sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan pelayanan ibu hamil melahirkan dengan risiko tinggi.
b Kompleksnya permasalahan yang mempengaruhi meningkatnya Angka Kematian Ibu disebabkan oleh kualitas dan akses pelayanan
kesehatan serta beragamnya kegiatan program kesehatan ibu baik yang dilaksanakan di Provinsi maupun Kabupaten Kota.
Namun kegiatan - kegiatan yang di rencanakan dan dilaksanakan belum
merupakan kegiatan
yang berkelanjutan
sehingga penanganan kesehatan ibu belum dapat dilakukan secara
berkesinambungan. c Untuk dapat memberikan pelayanan kehamilan dan persalinan di
pelayanan kesehatan dasar Puskesmas yang bermutu, dibutuhkan adanya standart peralatan untuk Pelayanan Obsetri Neonatus
Emergency Dasar PONED karena hal ini sangat besar peranannya
RAD MDGs Jawa Tengah 61
dalam menurunkan resiko kematian pada saat ibu melahirkan dan pelayanan yang diberikan dapat lebih cepat dan tepat. Namun
belum semua Puskesmas memiliki peralatan PONED sesuai dengan standard.
d Dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan persalinan di Puskesmas, sangat beresiko tinggi sehingga
dibutuhkan kenyamanan dan ketenangan serta profesionalisme tenaga kesehatan sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk
payung hukum. Sampai saat ini belum ada satupun produk hukum yang dapat melindungi tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan PONED di Puskesmas. e Pelayanan PONED di Puskesmas yang bermutu, membutuhkan
tenaga bidan yang terampil dan profesional sehingga Puskesmas di KabupatenKota membutuhkan tenaga bidan yang telah dilatih
PONED namun sampai akhir tahun 2010, belum semua tenaga bidan di Puskesmas PONED telah mengikuti pelatihan PONED.
Disamping itu, perlu adanya pembinaan dari Tim PONED Rumah Sakit yang rutin setiap bulannya. Namun pada kenyataannya belum
semua Tim PONED Rumah Sakit melakukan pembinaan sesuai dengan yang diharapkan sehingga berdampak pada kurang
optimalnya fungsi PONED di Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal.
f Pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja sebagai calon Pasangan Usia Subur masih sangat minim sehingga mempengaruhi
pencapaian kuantitas dan kualitas kegiatan.
2 Aspek Masyarakat :
a Di beberapa KabupatenKota di Provinsi Jawa Tengah misalnya Kabupaten Banjarnegara melahirkan di rumah tanpa dibantu
tenaga kesehatan merupakan kebanggaan tersendiri bergengsi, sehingga hal ini sangat rentan terhadap kematian ibu berisiko
tinggi misalnya ibu dengan placenta previa, ibu dengan penyakit
RAD MDGs Jawa Tengah 62
jantung dan penyakit menular, ibu yang terkena Pre Eklamsi Eklamsia.
b Keselamatan ibu melahirkan, walaupun menjadi tanggung jawab suami atau keluarga tetapi perlu adanya dukungan, peran dan
partisipasi masyarakat
di sekitarnya
khususnya untuk
mendampingi ibu mulai dari kehamilan sampai dengan melahirkan. Namun pada kenyataannya keselamatan ibu
melahirkan belum dirasakan menjadi tanggung jawab bersama. c Pengetahuan dan pemahaman orangtua yang memiliki anak
remaja mengenai bagaimana tumbuh kembang anak remajanya saat ini masih minim. Selain itu kualitas kader di masyarakat juga
masih perlu ditingkatkan serta membutuhkan dukungan untuk peningkatan kapasitas kader.
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
1 Aspek Pelayanan
Pelayanan KB berkualitas merupakan hak reproduksi klien dan masyarakat yang harus selalu diupayakan untuk dipenuhi. Faktor
penentu kualitas pelayanan KB antara lain aspek sarana prasarana dan ketersediaan SDM terlatih. Kondisi sarana dan prasarana di beberapa
fasilitas pelayanan kesehatan dasar Puskesmas, Pustu dan Poliklinik Kesehatan Desa saat ini masih belum memadai baik dari segi jumlah
maupun kualitas serta dukungan tenaga terlatih pelayanan KB yang memadai.
2 Aspek Masyarakat
a Dinamika pelaksanaan program KB dalam era otonomi daerah mengakibatkan
menurunnya kesadaran
masyarakat dalam
mengikuti program KB. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan penduduk dan TFR Total Fertility Rate yang masih
sekitar 2,3. Artinya perempuan di Jawa Tengah melahirkan rata-rata 2 sampai 3 kali sepanjang siklus reproduksinya.
RAD MDGs Jawa Tengah 63
b Usia remaja 15 – 19 tahun merupakan usia yang sangat rentan
untuk hamil dan melahirkan karena baik secara fisik maupun psikologis masih belum sempurna. Kehamilan pada usia remaja
tidak saja membahayakan yang dapat berujung pada kematian ibunya tetapi juga membahayakan keselamatan bayinya. Di Provinsi
Jawa Tengah, kejadian kehamilan pada usia remaja baik yang sudah menikah maupun diluar nikah masih sangat tinggi.
Tujuan 6. Memerangi HIVAIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya
Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIVAIDS hingga tahun 2015
1 Aspek Pelayanan :
a Sebagai upaya pelayanan Voluntary Counselling Test VCT di
Rumah Sakit Pemerintah bagian penderita HIVAIDS , diperlukan reagen yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan, namun
belum semua Rumah Sakit Pemerintah yang memiliki klinik VCT mampu menyediakan reagen sesuai kebutuhan dikarenakan
anggaran APBD KabupatenKota yang terbatas. b Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
khususnya HIV dan AIDS, diperlukan adanya surveilans sebagai upaya deteksi dini penyakit menular. Deteksi dini penyakit menular
ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih surveilans namun karena keterbatasan tenaga surveilans dan keterbatasan
anggaran maka kegiatan surveilans ini masih kurang intensif dilaksanakan.
2 Aspek Masyarakat :
a Penderita penyakit menular khususnya HIV dan AIDS selama ini masih belum memperoleh keadilan dalam pergaulan di masyarakat
RAD MDGs Jawa Tengah 64
karena sebagian besar masyarakat masih mendiskriminasikan ODHA dikarenakan stigma yang jelek.
b Penderita HIVAIDS seperti fenomena gunung es, selama ini penemuan kasus HIVAIDS masih sangat rendah sementara jumlah
penderita HIVAIDS yang belum ditemukan masih tinggi karena kurangnya
kesadaran masyarakat
untuk memeriksakan
kesehatannya dan informasi tentang layanan dan pencegahan penyakit menular khususnya HIVAIDS masih belum mampu
menyadarkan mereka untuk segera mengenali dan mengobati sakitnya.
c Permasalahan HIVAIDS sudah tidak lagi terjadi pada kelompok kelompok tertentu saja seperti Pekerja Sexual Komersial PSK, atau
pengguna jarum suntik narkoba, tetapi juga pada kelompok yang berhubungan sex bersiko tinggi lainnya.
d Penularan penyakit penyakit HIVAIDS dari satu daerah ke daerah lain, sangat tergantung pada pola migrasi masyarakatnya. Misalnya
jumlah penderita HIVAIDS di luar Pulau Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Jika penderita HIVAIDS dari
luar Jawa masuk di suatu daerah di Jawa maka penularannya perlu diwaspadai dengan surveilans migrasi penduduk. Surveilans migrasi
ini, memerlukan partisipasi dan peran serta masyarakat dengan melapor ke petugas kesehatan unit pelayanan kesehatan tentang
keberadaan penderita penyakit menular, namun pada kenyataannya pemberdayaan masyarakat dalam surveilans migrasi ini masih
rendah.
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIVAIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010
Dalam memberikan pelayanan pengobatan ARV, diperlukan adanya kelengkapan sarana dan prasarana serta tenaga yang kompeten dan
profesional, namun belum semua Rumah Sakit Pemerintah di Provinsi
RAD MDGs Jawa Tengah 65
Jawa Tengah memilikinya sehingga belum bisa memberikan pelayanan pengobatan ARV bagi penderita penyakit HIVAIDS.
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga
tahun 2015
1 Aspek Pelayanan
a Untuk menyembuhkan pasien TB dan mencegah terjadinya penularan TB, maka perlu adanya pengobatan penderita TB.
Pemerintah menganjurkan pengobatan pasien TB dengan strategi DOTS. Namun pada kenyataannya pengobatan strategi DOTS masih
dilakukan di Puskesmas sementara masih banyak Rumah Sakit dan dokter Praktek Swasta yang belum memberikan pengobatan
dengan strategi DOTS. b Akses pelayanan penyakit menular baik di unit pelayanan kesehatan
dasar maupun rujukan sudah meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya, namun sampai saat ini dirasakan komitmen
stakeholder di tingkat Provinsi maupun KabupatenKota belum optimal sehingga
pelayanan yang diberikan masih belum memuaskan semua pihak. c Penyakit Malaria di Provinsi Jawa Tengah memang relatif sedikit,
namun karena Malaria adalah penyakit menular yang perlu diwaspadai penyebarannya maka diperlukan adanya upaya
penemuan penderita secara aktif khususnya di daerah-daerah endemis malaria dan berpotensi terjadi penyebaran Malaria. Dalam
rangka penemuan kasus malaria, telah ditunjuk Juru Malaria Desa JMD di Puskesmas, namun belum semua Puskesmas memiliki JMD
karena keterbatasan tenaga dan anggaran. d Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
khususnya TB, Malaria dan DBD, diperlukan adanya surveilans sebagai upaya deteksi dini penyakit menular. Deteksi dini penyakit
menular ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih surveilans namun karena keterbatasan tenaga surveilans dan
RAD MDGs Jawa Tengah 66
keterbatasan anggaran maka kegiatan surveilans ini masih kurang insentif dilaksanakan.
e Dalam mendiagnosis suatu penyakit, sering terjadi kesulitan diagnosis sehingga sering terjadi overdiagnosis atau under
diagnosis. Over diagnosis artinya diagnosis penyakit Misalnya TBC, DBD yang diberikan oleh dokter terlalu berlebihan atau terlalu
cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun pasien belum tentu menderita TBC atau DBD. Apabila terjadi overdiagnosis
terdapat konsekuensi yang tidak ringan dihadapi oleh pasien, karena harus mengkonsumsi 2 atau 3 obat sekaligus. Bahkan
kadangkala diberikan lebih lama apabila dokter menemukan tidak ada perbaikan klinis. Padahal obat dalam jangka waktu lama
beresiko mengganggu fungsi hati,persyarafan telinga dan organ tubuh lainnya. Padahal belum tentu pasien tersebut mengidap
penyakit tuberculosisDBD. Overdiagnosis dan overtreatment pada pasien dengan gejala hampir sama, sementara mendiagnosis
penyakit tidaklah mudah.
2 Aspek Masyarakat :
a Penderita penyakit menular khususnya TB dan ODHA selama ini masih belum memperoleh keadilan dalam pergaulan di masyarakat
karena sebagian besar masyarakat masih mendiskriminasikan penderita TB dan ODHA dikarenakan stigma yang jelek.
b Penularan penyakit khususnya TB dan malaria dari satu daerah ke daerah lain, sangat tergantung pada pola migrasi masyarakatnya.
Misalnya angka kesakitan penyakit malaria di luar pulau Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Jawa, Jika penderita
Malaria dari luar Jawa masuk di suatu daerah di Jawa maka penularannya perlu diwaspadai dengan surveilans migrasi
penduduk. Surveilans migrasi ini, memerlukan partisipasi dan peran serta masyarakat dengan melapor ke petugas kesehatanunit
pelayanan kesehatan tentang keberadaan penderita penyakit
RAD MDGs Jawa Tengah 67
menular, namun pada kenyataannya pemberdayaan masyarakat dalam surveilans migrasi ini masih rendah.
c Merebaknya kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah perilaku masyarakat dalam upaya
pencegahan dan penularan penyakit DBD. Salah satu upaya yang dianjurkan untuk mencegah terjadinya penyakit DBD adalah
program Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN, namun sebagian besar masyarakat belum menyadari arti pentingnya ber perilaku
hidup bersih dan sehat dan PSN sehingga belum banyak masyarakat yang mau terlibat dalam PSN.
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta
mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan
1.
Permasalahan terkait potensi tutupan pepohonan: a. Masih terdapat lahan kritis dan potensial kritis di luar kawasan
hutan. Pada tahun 2010 luas lahan kritis di luar kawasan hutan masih cukup luas yaitu sebesar 696.797,70 ha.
b. Masih terjadinya gangguan terhadap kawasan hutan untuk pembangunan diluar sektor kehutanan dan penyelesaiannya yang
belum tuntas. c. Masih rendahnya kualitas RTH perkotaan KabKota dan tingginya
tingkat kerusakan ekosistem pesisir pantai ekosistem mangrove yang dapat berfungsi sebagai sabuk hijau. Hasil identifikasi
kerusakan pesisir mencapai 112 km seluas 3.240 ha di Pantai Utara, dan sepanjang 3 km seluas 874 ha di Pantai Selatan Jawa
Tengah.
RAD MDGs Jawa Tengah 68
d. Kemiskinan dan kerentanan sosial penduduk sekitar hutan relatif tinggi yang dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan hutan.
2.
Permasalahan terkait dengan potensi emisi CO
2
e: a. Emisi CO
2
e dihitung dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yakni: sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, energi,
peternakan dan sampah, sehingga diperlukan data yang komplek untuk melakukan penghitungan, sedangkan ketersediaan data
kurang memadai untuk bahan penghitungan emisi CO
2
e setiap tahunnya.
b. Pertambahan kendaraan bermotor sulit dibatasi yang berpengaruh terhadap konsumsi BBM dan timbulnya pencemaran udara, potensi
pencemaran udara dari industri skala rumah tangga relatif tinggi dan belum banyak yang tertangani, juga pencemaran dari emisi
industri menengah besar maupun pertanian.
3.
Permasalahan terkait Bahan Perusak Ozon BPO yaitu peredaran refrigerant ilegal umumnya dari jenis tidak ramah lingkungan yang
sulit terdeteksi untuk keperluan pendataan.
4.
Permasalahan terkait jumlah tangkapan ikan yang melebihi batasan biologis yang aman:
a. Kapal yang beroperasi di perairan teritorial Jawa Tengah didominasi kapal berkapasitas kecil dalam jumlah yang sangat banyak.
b. Masih banyak ditemuinya aktivitas penangkapan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga mempengaruhi
daya pulih perairan laut untuk pertumbuhan ikan.
5.
Permasalahan terkait dengan penanganan limbah bahan-bahan berbahaya dan beracun, terutama dari sektor domestik yang belum
ada fasilitas untuk mengelolanya.
RAD MDGs Jawa Tengah 69
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan
pada tahun 2010.
1. Permasalahan terkait kawasan lindung pada kawasan hutan: a. Kawasan lindung belum berfungsi optimal baik sebagai penyangga
kehidupan maupun perekonomian masyarakat disekitarnya. b. Kapasitas kelembagaan dan kesadaran masyarakat desa di sekitar
hutan dalam pelestarian hutan lindung yang masih rendah. c. Masih rendahnya kondisi perekonomian masyarakat desa di sekitar
hutan sehingga memanfaatkan sumberdaya hutan lindung untuk menunjang kehidupan keluarga.
2. Permasalahan terkait kawasan lindung perairan : a. Masih ditemuinya pelanggaran terhadap pemanfaatan sumberdaya
pada zona perlindungan laut. b. Pemanfaatan sumber daya perairan dengan peralatan tidak ramah
lingkungan obat kimia dan bahan peledak. c. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber daya
perikanan masih rendah.
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan
sanitasi dasar hingga tahun 2015
1. Permasalahan terkait ketersediaan air minum layak : a. Rendahnya akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air
minum; b. Terbatasnya debit mata air yang dapat didayagunakan sebagai
sumber air minum; c. Kualitas air permukaan sebagai sumber air baku menurun akibat
pencemaran lingkungan; d. Lemahnya kinerja institusi dan managemen PDAM dalam pelayanan
air bersih bagi masyarakat;
RAD MDGs Jawa Tengah 70
e. Lemahnya dukungan pelaksanaan kebijakan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan AMPL
secara konsisten
melalui pemberdayaan Pokja AMPL.
2. Permasalahan terkait ketersediaan sanitasi lingkungan : a. Rendahnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana
kesehatan lingkungan; b. Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat PHBS, dan kebiasaan masyarakat yang sulit diubah;
c. Kemampuan masyarakat dalam penyediaan sarana sanitasi dasar masih rendah;
d. Belum dikembangkan potensi dan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum;
e. Lemahnya kinerja institusi dan managemen PDAM dalam pelayanan air bersih bagi masyarakat.
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun
2020
Permasalahan terkait permukiman kumuh, antara lain:
1.
Rendahnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur permukiman terutama pada masyarakat
pedesaan dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah MBR.
2.
Terbatasnya penghasilan penduduk miskin yang tidak mampu membangun atau memperbaiki rumah;
3.
Keterbatasan akses pelayanan sertifikasi tanah.
RAD MDGs Jawa Tengah 71
1.2.2 Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian target tujuan MDGs di Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2015, yaitu sebagai berikut:
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US 1,00 PPP per kapita per
hari dalam kurun waktu 1990-2015.
Tantangan utama adalah mempercepat menurunnya proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tingkat kemiskinan
pada tahun 2015 dan mengurangi kesenjangan tingkat kemiskinan antar KabupatenKota. Hampir sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas dalam rangka
memperluas kesempatan kerja dan peluang berusaha, termasuk bagi kelompok masyarakat miskin. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan pengembangan investasi di Jawa Tengah, maka dibutuhkan upaya penegakan hukum, promosi investasi, peningkatan pendidikan dan
keterampilan tenaga kerja dengan meningkatkan kerjasama antara pemerintah, perguruan tinggi dan kalangan dunia usaha.
Tantangan lainnya adalah menurunkan kesenjangan indeks kedalaman kemiskinan antara wilayah perkotaan dan perdesaan secara
signifikan, mengingat indeks kedalaman kemiskinan di Jawa Tengah pada tahun 2010 untuk daerah perkotaan sebesar 2,09 dan daerah perdesaan
sebesar 2,86. Melihat kondisi tersebut diperlukan langkah kebijakan yang komprehensif dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan sekaligus
meningkatkan pemerataan pembangunan di seluruh KabupatenKota di Jawa Tengah.
RAD MDGs Jawa Tengah 72
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan
dan kaum muda
Sempitnya kesempatan kerja disebabkan oleh 1 ketidak- seimbangan antara kesempatan kerja yang tersedia dengan jumlah
tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, dan 2 rendahnya tingkat penyerapan angkatan kerja dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja,
telah mengakibatkan bertambahnya jumlah penganggur backlog.
Tantangan dalam mewujudkan kesempatan kerja yaitu bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas di tingkat
KabupatenKota sehingga meningkatkan upaya penciptaan lapangan kerja baru.
Tantangan lain yang dihadapi adalah semakin besarnya tenaga kerja yang berusaha sendiri dan membutuhkan fasilitasi dari pemerintah
daerah agar dapat berkembang menjadi kegiatan usaha yang memiliki jaminan perlindungan kerjasosial, sehingga mampu menjamin kepastian
keberlangsungan usaha.
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
Masih terdapat kesenjangan status gizi balita antar kabupatenkota menjadi tantangan yang harus dihadapi Jawa Tengah. Hal ini ditandai
banyaknya anak Balita di perdesaan yang mengalami kekurangan gizi lebih tinggi dibanding wilayah perkotaan. Prevalensi kekurangan gizi pada
anak Balita yang tinggi di wilayah perdesaan terkait erat dengan kemiskinan, pendidikan orang tua yang rendah dan kesadaran
masyarakat tentang Pola Gizi Seimbang belum dipahami secara luas. Tantangan lain, yang perlu mendapatkan perhatian adalah
menurunkan jumlah penduduk dengan tingkat asupan kalorinya 2.100 Kkal per kapita hari, terutama bagi kelompok masyarakat miskin dan
RAD MDGs Jawa Tengah 73
rentan, agar tidak rawan terhadap penyakit menular, infeksi dan ancaman kematian.
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun
perempuan dimanapun
dapat menyelesaikan
pendidikan dasar
Tantangan yang dihadapi dalam mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua:
1 Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDGs pendidikan adalah meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi
semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas di semua daerah. Untuk
meningkatkan akses tersebut perlu diupayakan agar kualitas fasilitas pendidikan dasar ditingkatkan. Sampai dengan tahun 2010 persentase
SDMIPaket A yang memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan standar nasional pendidikan baru sebesar 25,34. Selain itu dana BOS
untuk SDMIPaket A belum sesuai dengan kebutuhan SDMIPaket A dalam menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan dana BOS sesuai dengan kebutuhan SDMIPaket A
untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai SNP. 2 Tantangan yang dihadapi untuk mengoptimalkan siswa kelas 1 agar
dapat menamatkan pendidikannya di SDMIPaket A adalah menurunkan angka drop out SDMIPaket A dari 0,33 menjadi
0,08 atau bahkan 0. 3 Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian angka melek huruf adalah
meningkatkan frekuensi kegiatan pelestarian angka melek huruf yang berkualitas sehingga benar-benar mampu mendorong mereka yang
telah melek huruf untuk terus mengembangkan dirinya sehingga
RAD MDGs Jawa Tengah 74
mereka tidak hanya dapat membaca, menulis dan berhitung tetapi benar-benar terampil membaca, menulis dan berhitung.
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua
jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
Tantangan yang dihadapi dalam Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
: 1 Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian rasio APM perempuan
terhadap laki-laki
pada semua
jenjang pendidikan
adalah meningkatkan partisipasi perempuan dalam menempuh pendidikan
menengah dan tinggi. 2 Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian rasio angka melek huruf
perempuan terhadap laki-laki adalah meningkatkan kesadaran perempuan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pelestarian melek
aksara. 3 Tantangan yang dihadapi dalam peningkatan pencapaian kontribusi
perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian adalah peningkatan angka partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor non
pertanian. 4 Tantangan yang dihadapi adalah keterwakilan perempuan dalam
lembaga legislatif dan partai politik.
RAD MDGs Jawa Tengah 75
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita AKBA hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015
Tantangan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Balita AKBA : 1 Pola asuh anak yang benar antara lain dengan memberikan makanan
yang bergizi dan seimbang, mendapatkan pelayanan tumbuh kembang balita yang benar serta memberikan hak anak untuk
mendapatkan pemeliharaan kesehatan yang maksimal sehingga derajat kesehatan anak akan tercapai. Belum sesuainya pola asuh
anak tentang kesehatan akan menghambat pencapaian derajat kesehatan anak yang optimal. Pada kenyataannya, pola asuh ibu
orang tua terhadap anak di Provinsi Jawa Tengah baik di perkotaan dan pedesaan masih kurang sehingga diperlukan upaya yang lebih
spesifik dan kerja keras untuk merubah pola asuh anak yang keliru. 2 Pertumbuhan dan perkembangan anak mulai dilahirkan sampai
dengan usia 5 lima tahun harus terpantau secara periodik, sehingga dibutuhkan peran serta aktif ibuorang tua untuk memantau dan
memonitoring pertumbuhan dan perkembangan anaknya setiap bulan. Wadah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di
desa adalah posyandu, pos Pendidikan Anak Usia Dini PAUD, Poliklinik Kesehatan Desa PKD, Bidan Praktek SwastaBPS yang
terdapat di setiap desakelurahan. Di Provinsi Jawa Tengah, semua desakelurahan sudah tersedia posyandu, pos PAUD, PKD dan BPS
namun sebagian besar belum berkualitas dan belum melaksanakan kegiatannya secara rutin dan berkesinambungan.
3 Belum mencukupinya ketersediaan buku KIA untuk setiap bayi dan balita sebagai alat komunikasi antara tenaga kesehatankader
kesehatan dengan ibu.
RAD MDGs Jawa Tengah 76
4 Belum semua bidan mengikuti pelatihan penanganan bayi Berat Badan Lahir Rendah BBLR, asfiksia, Stimulasi Deteksi Intervensi
Dini Tumbuh Kembang SDIDTK, Manajemen Terpadu Bayi Muda dan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBMMTBS.
5 Masih kurangnya akses pelayanan kesehatan anak berkualitas di unit pelayanan kesehatan dasar Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Poliklinik Kesehatan Desa PKD.
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015
Tantangan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu : 1 Melahirkan di rumah tanpa bantuan tenaga kesehatan bagi ibu
khususnya ibu hamil dengan risiko tinggi sangat rawan terjadinya kematian ibu dan bayinya. Sehingga perlu kegiatanupaya untuk
menghilangkan budaya masyarakat melahirkan di rumah karena apabila dibiarkan berkembang akan menghambat upaya percepatan
penurunan angka kematian ibu. 2 Kejadian kematian ibu bersalin, sebagian besar terjadi di rumah dan
dalam perjalanan menuju sarana pelayanan kesehatan. Kematian di rumah disebabkan karena proses kelahiran tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan sarana prasarana persalinan yang tidak sterilmemenuhi syarat layanan persalinan sementara kematian dalam
perjalanan menuju sarana pelayanan kesehatan disebabkan karena kurang tanggapnya pihak keluarga untuk segera membawa ibu
bersalin ke sarana pelayanan kesehatan ketika ditemukan masalah persalinan di rumah. Sehingga diperlukan upayakegiatan untuk
mengubah perilaku masyarakat melahirkan di rumah.
RAD MDGs Jawa Tengah 77
3 Poliklinik Kesehatan Desa PKD merupatan unit pelayanan kesehatan terdekat masyarakat karena berada di desa, namun sarana prasarana
yang dimiliki PKD sebagian besar jauh dari cukup dan bermutu, sehingga hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan di PKD. Mengingat
penting dan vitalnya peran PKD dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan upaya untuk meningkatkan
sarana prasarana PKD. 4 Implementasi desa siaga sangat mendukung pencapaian derajat
kesehatan masyarakat mengingat manfaat desa siaga adalah agar masyarakat desa dapat mengenali dan mengatasi permasalahan
kesehatan di desanya dengan Pengawasan Bidan DesaPKD dan Puskesmas. Sementara itu, belum semua desa siaga aktif sehingga
perlu upaya untuk mengaktifkan dan mengembangkan Desa Siaga. 5 Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
masyarakat akan kesehatan demikian juga halnya dengan ibu hamil, ibu balita yang wajib mendapatkan informasipengetahuan tentang
kesehatan. Namun belum semua desa membentuk Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita di desa sebagai wadah pelayanan KIE bagi ibu hamil, ibu
bayi dan ibu balita. 6 Jumlah masyarakat miskin di Provinsi Jawa Tengah semakin meningkat
setiap tahunnya, sehingga perlu adanya penambahan kuota dalam pelaksanaan
Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat
Jamkesmas. Namun pada kenyataannya, belum semua masyarakat miskin ter-
cover program Jamkesmas, padahal mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Untuk itu, setiap KabupatenKota perlu melaksanakan program Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda dengan dana APBD
KabupatenKota. Minimnya anggaran APBD mengakibatkan belum semua KabupatenKota melaksanakan Jamkesda dan belum semua
daerah memiliki Peraturan Daerah Perda tentang Jaminan Kesehatan
RAD MDGs Jawa Tengah 78
Daerah Jamkesda sebagai upaya untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatannya.
7 Salah satu faktor rendahnya minat masyarakat melahirkan di unit pelayanan kesehatan adalah masalah sosial ekonomi biaya tidak
terjangkau terutama pada masyarakat miskin, sehingga mereka lebih memilih melahirkan di rumah dengan bantuan dukun yang rawan
terhadap kematian ibu dan bayi. Untuk mengatasi masalah ini, khususnya masyarakat miskin yang di luar kuota Jamkesmas perlu
bantuan biaya persalinan dari Pemerintah KabupatenKota. Pada kenyataannya, belum semua masyarakat memperoleh bantuan dana
persalinan baik dari Jamkesmas maupun Jamkesda. 8 Dana Bantuan Operasional Kesehatan BOK di Puskesmas khususnya
untuk kegiatan peningkatan kesehatan ibu sangat dirasakan manfaatnya
mengingat keterbatasan
anggaran daerahAPBD
KabupatenKota, namun pemberian dana BOK tersebut masih sangat kurang.
9 Dana pendampingan ibu hamil sangat diperlukan untuk operasional petugas kesehatan bidan dalam melaksanakan pendampingan ibu
hamil dan dana tersebut sangat membantu proses pendampingan, namun demikian masih banyak KabupatenKota yang belum
memperoleh dana pendampingan ibu hamil. Sehingga perlu perencanaan yang terpadu antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
KabupatenKota untuk penganggaran pendampingan ibu hamil karena hal ini terbukti mampu menekan angka kematian ibu hamil di daerah
yang mendapatkan dana. 10 Upaya perbaikan status gizi khususnya untuk ibu hamil dan anak
memerlukan anggaran dana yang tidak sedikit karena sebagian besar masyarakat penderita gizi burukkurang berasal dari masyarakat miskin
dengan jumlah penghasilanpendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan gizinya. Dengan keterbatasan dana,
anggaran yang disediakan masih belum sesuai dengan jumlah
RAD MDGs Jawa Tengah 79
penderita gizi burukkurang di Provinsi Jawa Tengah maka upaya menaikkan status gizi masyarakat masih belum dilaksanakan secara
maksimal.
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
Tantangan dalam upaya mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua yaitu :
1 Beberapa daerah di Jawa Tengah, masih memiliki budaya menikahkan anaknya dalam usia sangat muda di bawah 20 tahun serta faktor
kemiskinan yang juga mendorong para orangtua untuk segera menikahkan anaknya. Kehamilan pada usia dibawah 20 tahun beresiko
tinggi dan
dapat menyebabkan
kematian ibu,
bayi serta
ketidakberhasilan program keluarga berencana. 2 Struktur penduduk Jawa Tengah menggambarkan bahwa jumlah
penduduk usia muda cukup besar. Hal ini menjadi salah satu faktor potensial ledakan penduduk apabila penggunaan kontrasepsi dalam
program KB tidak disosialisasikan dan dipromosikan dengan baik. 3 Beban Petugas Lapangan Program Keluarga Berencana PLKB tidaklah
mudah. Pasalnya, selain harus terjun ke pelosok desa untuk membina para kader, mereka juga harus melakukan pendekatan terhadap tokoh
agama dan tokoh masyarakat, serta melakukan komunikasi informasi dan edukasi KIE. Jumlah Petugas Lapangan KB PLKB di Provinsi Jawa
Tengah yang menurun 2500 orang, tidak sebanding dengan jumlah desa 8000 desa, sehingga ratio PLKB : Desa menjadi 1 : 3-4 desa
bahkan lebih. Hal ini menyebabkan beban kerja PLKB menjadi berat dan sangat mempengaruhi kinerja khususnya dalam mendapatkan akseptor
KB. 4 Dalam melaksanakan program Keluarga Berencana KB, banyak
ditemukan beberapa hambatan diantaranya adalah peran serta partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan program keluarga
RAD MDGs Jawa Tengah 80
berencana dan perlu adanya dukungan lintas program dan lintas sektoral, untuk itu perlu adanya kebijakan dan komitmen mulai dari
pemerintahan DesaKelurahan, Pemerintahan Kecamatan, Pemerintahan KabupatenKota, Provinsi dan Pusat , namun demikian komitmen
sebagian besar KabupatenKota dalam mendukung pelaksanaan program KB sampai ke lini lapangan belum optimal.
Tujuan 6. Memerangi HIVAIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya
Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIVAIDS hingga tahun 2015
Masalah HIV dan AIDS saat ini bukan hanya masalah medik dari penyakit menular semata tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang sangat luas. Oleh karena itu penanganannya juga harus berdasarkan pendekatan masyarakat melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Konseling dan tes sukarela atau Voluntary Conseling and Testing
VCT merupakan pintu masuk untuk membantu setiap orang mendapatkan akses kesemua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi
atau dukungan psikososial. Dengan terbukanya akses, maka kebutuhan akan informasi yang akurat dan tepat dapat dicapai sehingga proses
berpikir dan bertindak dapat diarahkan kepada perubahan perilaku yang lebih sehat. Untuk dapat memberikan pelayanan VCT seperti dimaksud
maka konseling dan tes haruslah berkualitas artinya harus dilakukan secara profesional, namun pada kenyataannya kualitas layanan konseling
dan test sukarela HIV di Provinsi Jawa Tengah masih kurang.
RAD MDGs Jawa Tengah 81
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIVAIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010
Penyakit HIV dan AIDS disebabkan oleh virus HIV Human
Immunodeficiency Virus. Semakin banyak virus di dalam tubuh, akan semakin melemahkan daya tahan tubuh kita. Apabila daya tahan tubuh
kita semakin lemah, maka penyakit lain akan mudah menyerang kita. Penyakit lain tersebut dikenal sebagai infeksi oportunistik infeksi ikutan,
antara lain: Tuberkulosis Paru, Herpes simpleks, Jamur di mulut, Infeksi CMV
Cytomegalovirus, Toksoplasmosis, Hepatitis B dan C. Agar virus HIV tidak terus menerus berkembang biak di dalam tubuh kita, maka pasien
yang terinfeksi HIV harus minum obat ARV Antiretrovirus, untuk
menekan perkembang biakan virus HIV. Jika obat ARV diminum secara teratur sesuai anjuran dokter, maka obat ini akan efektif membantu
pasien. Pasien akan merasakan kesegaran badan yang lebih baik. Berat badan meningkat setiap bulan. Jumlah virus akan menurun, dan
kekebalan tubuh akan meningkat yang ditandai dengan peningkatan kadar CD4. Namun demikian, belum semua Rumah Sakit Pemerintah di
KabupatenKota se-Provinsi Jawa Tengah menyediakan 19 layanan perawatan dukungan dan pengobatan ARV.
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga
tahun 2015
Tantangan dalam upaya mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya yaitu :
1 Tingginya mobilitas penduduk kedari luar Jawa, sedangkan kasus di luar Jawa masih tinggi, hal ini dikarenakan upaya penduduk dalam
mencari pekerjaan, berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut banyak dilakukan di pulau Sumatera dan
Kalimantan yang notabene merupakan daerah endemis malaria sehingga kemungkinan penularan malaria pada pekerja tersebut
RAD MDGs Jawa Tengah 82
sangat tinggi. Para pekerja merupakan penduduk yang tidak menetap dan sering pulang ke kampung halamannya. Hal ini yang menyebabkan
penularan malaria masih terus terjadi di pulau Jawa karena vektor malaria yang masih ditemukan, selain itu didukung dengan adanya
penderita malaria yang datang dari daerah endemis di luar Jawa dan belum terpantau oleh petugas kesehatan karena tidak adanya
informasi dari masyarakat. 2 Jawa Tengah merupakan daerah reseptif yang potensial terjadi
penularan malaria. Kondisi seperti ini dikarenakan Jawa Tengah memilki 3 hal yang mendukung penularan malaria masih terus terjadi :
Masih ditemukan vektor malaria Kondisi geografis yang mendukung berkembangnya vektor malaria
Mobilitas penduduk yang tinggi
3 Persepsi masyarakat selama ini terhadap penanggulangan DBD adalah dengan melakukan
foggingpengasapan, hal ini masih diperkenankan selama telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu bila di
suatu wilayah ditemukan adanya penderita DBD dan adanya 3 penderita panas tanpa sebab yang jelas. Selanjutnya pengasapan
harus dilakukan 2 kali dengan rentang waktu selama 7 hari dalam radius 200 meter. Kenyataan di masyarakat selama ini, bahwa
pengasapan yang dilakukan masih kurang memperhatikan kualitas dosis penggunaan insektisida dan kuantitas frekuensi sehingga hasil
yang dicapai tidak bisa optimal. Kondisi demikian pada akhirnya mengakibatkan terjadinya kekebalanresisten pada vektor DBD.
4 Penularan penyakit DBD bisa secara trans ovarian, yaitu penularan dilakukan oleh anak dari nyamuk
aedes aegypti yang sudah mengandung virus Dengue. Artinya, penularan dapat dilakukan oleh
nyamuk aedes aegypti yang belum pernah menggigit orang yang
terinfeksi virus Dengue. Keadaan yang demikian dapat terjadi karena virus Dengue yang ada dalam tubuh seekor nyamuk dewasa dapat
memasuki telur nyamuk, sehingga begitu telur tersebut menetas menjadi larva, pupa, yang selanjutnya menjadi nyamuk
aedes aegypti
RAD MDGs Jawa Tengah 83
baru maka dalam tubuh nyamuk tersebut sudah mengandung virus Dengue yang dapat ditularkan kepada manusia. Sehingga keadaan ini
menjadikan kita harus lebih waspada terhadap lingkungantempat –
tempat perindukan nyamuk. 5 Pemanasan global
Global Warming memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pada bidang kesehatan.
Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur panas secara global yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan panas heat stroke dan kematian,
terutama pada orang tua, anak-anak dan mereka yang berpenyakit kronis. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada
penyebaran penyakit melalui air waterborne diseases maupun
penyebaran penyakit melalui vektor vector-borne diseases. Sebagai
contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk aedes
aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan
penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan
terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global,
maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang ekosistem baru untuk nyamuk ini berkembang
biak. Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada
waterborne diseases dan vector- borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas
pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit
saluran pernafasan
seperti asma,
alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
6 International Standard for Tuberculosis Care ISTC merupakan
standar yang melengkapi guideline program penanggulangan
tuberkulosis nasional yang konsisten dengan rekomendasi WHO terdiri dari 17 standar yaitu 6 standar untuk diagnosis , 9 standar untuk
pengobatan dan 2 standar yang berhubungan dengan kesehatan
RAD MDGs Jawa Tengah 84
masyarakat. Di Provinsi Jawa Tengah, belum semua Rumah Sakit baik Pemerintah maupun swasta dan praktek swasta belum menerapkan
ISTC. 7 Dalam melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular khususnya HIVAIDS, Malaria, TB dan DBD perlu payung hukum berupa peraturan daerah, namun sebagian besar
Kabupaten Kota belum memiliki Peraturan Daerah yang mengatur tentang pencegahan dan penangulangan penyakit menular HIVAIDS,
TB, Malaria dan DBD.
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta
mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan
1. Tantangan terkait rasio luas kawasan tertutup pepohonan, yaitu isue pemanasan global dan perubahan iklim, serta kerusakan lingkungan,
terutama hutan dan lahan. Pemanasan global dan perubahan iklim yang ditandai: meningkatnya suhu bumi, kenaikan muka air laut, pola
curah hujan yang lebih bervariasi dapat menyebabkan banjir dan kekeringan, serta perubahan lainnya. Perubahan iklim dapat berakibat
pada kelangkaan pasokan air, penurunan hasil panen, dan berkurangnya produktivitas ekosistem pesisir. Lebih jauh perubahan
iklim akan menyebabkan terjadinya bencana-bencana alam seperti banjir, angin topan, siklon dan kekeringan. Kerusakan hutan dan lahan
yang dapat terjadi antara lain disebabkan oleh kebakaran hutan, pembalakan liar, konversi hutan, dan praktik pengelolaan hutan yang
tidak lestari. 2. Tantangan terkait jumlah emisi karbon dioksida, yaitu penambahan
jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak dan sulit dibatasi.
RAD MDGs Jawa Tengah 85
Pada tahun-tahun mendatang penggunaan kendaraan bermotor semakin banyak, karena masyarakat semakin mudah mendapatkan
akses kredit kendaraan bermotor. Penggunaan kendaraan bermotor mengakibatkan terjadinya kemacetan dan timbulnya polusi udara.
Pertambahan industri yang semakin banyak pada tahun-tahun mendatang juga akan semakin meningkat. Perkembangan industri,
terutama industri pengolahan yang menggunakan BBM akan menyebabkan timbulnya polusi udara apabila tidak diikuti penghijauan
di sekitar pabrik, pemakaian teknologi ramah lingkungan dan pengolahan emisi gas cerobong. Kebakaran hutan dan pembukaan
hutan melalui pembakaran tidak hanya mengakibatkan menipisnya potensi sumber daya hutan, tetapi juga menghasilkan CO2 dalam
jumlah besar. Konversi hutan untuk memenuhi tuntutan masyarakat untuk budidaya menjadi salah satu penyebab penurunan sumber daya
hutan yang sulit dikendalikan. 3. Tantangan terkait jumlah konsumsi bahan perusak ozon, yaitu
penggunaan HCFC Hydrochlorofluorocarbon sebagai pengganti
sementara CFC Chlorofluorocarbon yang ternyata masih berdampak
negatif pada lapisan ozon walaupun ODP-nya jauh lebih kecil sekarang ini semakin banyak. Penggunaan HCFC antara lain untuk AC,
pendinginan, busa, pelarut, aerosol, dan pemadam kebakaran. Penggunaan berbagai peralatan tersebut tidak dapat dibatasi, karena
menjadi sebuah kebutuhan masyarakat. Tantangan ke depan adalah bagaimana menciptakan bahan refrigrant lain yang lebih ramah
lingkungan dan mengembangkan peralatan yang menggunakan refrigerant ramah lingkungan secara lebih efisien.
4. Tantangan terkait proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman, yaitu meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap sumberdaya laut yang dapat berakibat pada peningkatan aktivitas yang dapat merusak kelestarian ekosistem perairan.
Peningkatan kebutuhan ekonomi nelayan menyebabkan pemanfaatan sumber daya perikanan menggunakan peralatan tidak ramah
RAD MDGs Jawa Tengah 86
lingkungan obat kimia, bahan peledak, yang dapat menyebabkan rusaknya sumber daya kelautan terumbu karang dan ekosistem laut
lainnya.
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan
pada tahun 2010.
1. Tantangan terkait rasio luas kawasan lindung terhadap total luas kawasan hutan, yaitu aktivitas penebangan hutan secara liar, dan
pemanfaatan hasil hutan baik kayu maupun non kayu tanpa memperhatikan kelestariannya, baik yang dilakukan oleh perusahaan
maupun masyarakat di sekitar hutan. Kawasan lindung di luar hutan sebagian besar merupakan lahan milik masyarakat dengan perubahan
pemanfaatannya relatif sulit dilakukan pengendalian. 2. Tantangan terkait rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas
perairan territorial,
yaitu meningkatnya
kebutuhan terhadap
sumberdaya laut, yang dapat berakibat pada meningkatnya aktivitas yang dapat merusak kelestarian ekosistem perairan. Pemanfaatan
sumber daya perairan dengan peralatan tidak ramah lingkungan obat kimia, bahan peledak, dan kesadaran masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan yang rendah dapat menyebabkan rusaknya sumber daya kelautan terumbu karang dan ekosistem laut lainnya.
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan
sanitasi dasar hingga tahun 2015
1. Tantangan terkait proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap air minum layak yaitu: a Berkurangnya jumlah mata air dan
menurunnya kualitas air minum, baik air permukaan maupun air bawah tanah akibat kerusakan
catchment area dan pencemaran lingkungan; dan b meningkatnya kebutuhan air minum seiring
dengan pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah, terutama di wilayah
RAD MDGs Jawa Tengah 87
perkotaan yang belum diiringi pembangunan infrastruktur yang memadai; c lemahnya kapasitas Pokja AMPL dalam mensinergikan
programkegiatan terkait air minum. 2. Tantangan terkait proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap
sanitasi dasar yaitu: a Laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah yang semakin meningkat, terutama di wilayah perkotaan yang
berakibat pada peningkatan cakupan sanitasi dasar yang harus disediakan oleh pemerintah maupun swasta; dan b Meningkatnya
pembuangan limbah secara langsung ke sungai dan penggunaan lahan perkotaan yang padat terbangun sehingga sulit untuk pengembangan
drainase dan penanganan sampah perkotaan; c. Rendahnya kesadaran akan Pola Hidup Bersih SehatPHBS; d. lemahnya
kapasitas Pokja AMPL dalam mensinergikan programkegiatan terkait air minum.
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun
2020
Tantangan terkait proporsi rumah tangga kumuh perkotaan yaitu: 1 Meningkatnya kebutuhan terhadap rumah yang tidak seimbang dengan
kemampuan penyediaan rumah, baik yang diusahakan oleh pengembang, pemerintahpemerintah daerah maupun swadaya masyarakat, sehingga
terjadi backlog; dan 2 Banyaknya perumahan yang tidak layak huni baik
yang berlokasi di pedesaan maupun perkotaan akibat terbatasnya ketersediaan lahan, rendahnya kualitas pengelolaan infrastruktur dan
rendahnya kemampuandaya beli masyarakat; 3. Rendahnya akses masyarakat dalam mengupayakan legalitas, keamanan dan kelayakan di
perumahan dan lingkungan permukiman kumuh.
88
BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERCEPATAN
PENCAPAIAN TARGET MDGs
Setelah dikemukakan kondisi capaian target Tujuan Pembangunan Millennium Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang
dihadapi, berikut ini dikemukakan upaya untuk memecahkan masalah dan menghadapi tantangan melalui arah kebijakan dan strategi pemecahan masalah
dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.
2.1. Arah