RAD Millenium Development Goals (MDGs) 2011-2015

(1)

DAFTAR ISI

Hal

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel dan Gambar ... xii

Daftar Singkatan ... xvi

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah ... 3

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 3

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 5

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 9

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 13

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 15

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 15

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 20

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 22

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 27

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 27


(2)

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 34 Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 35 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 38 Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya ... 39 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015…… 41 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ... 42 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 42 Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 45

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 48 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 50 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 51 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 52


(3)

1.2. Permasalahan dan Tantangan Dalam Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah ... 53

1.2.1 Permasalahan ... 53 Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 53

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 53 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 54 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 54 Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 55

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 55 Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan ... 56 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 56 Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 57

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 57 Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 60

Target 5A: Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 60 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 62 Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya ... 63 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan


(4)

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ... 64 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 65 Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 67

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 67 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 69 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 69 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 70

1.2.2 Tantangan ... 71 Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 71

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 71 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 72 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 72 Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 73

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 73


(5)

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 74 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 74 Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 75

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 75 Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 76

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 76 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 79 Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya ... 80 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ... 80 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ... 81 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 81 Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 84

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 84 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 86 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 86


(6)

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 87

Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pencapaian Target MDGs ... 88

2.1. Arah Kebijakan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG’s) ... 88 Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 88

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 88 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 93 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 94 Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 96

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 96 Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan ... 97 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 97 Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 98

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 98 Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 99

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 99


(7)

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 ... 100 Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya ... 100 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ... 100 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 ………. .. 100 100 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 100 Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 102

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 102 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 103 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 103 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 104

2.2. Strategi Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) ... 105 Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 105

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 105 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 106


(8)

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 106 Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 107

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 107 Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan ... 108 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 108 Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 110

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 110 Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 111

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 111 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 114 Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya ... 114 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015….. 114 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ……… ... 114 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 114


(9)

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 116 Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 116 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 117 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 118 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 119

2.3. Target Kinerja Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) Jawa Tengah ... 119 Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 119 Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 120

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 121 Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 122 Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 122

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 123 Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 125

2.4. Program dan Kegiatan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) ... 127 Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 127

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 127 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 129


(10)

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 130 Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 132

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 132 Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan ... 134 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 134 Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 135

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 135 Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 138

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 138 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 142 Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya ... 144 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ... 144 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ... 145 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 145


(11)

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 148

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 148

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 149

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 150

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 150

BAB III Pemantauan dan Evaluasi ... 152

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 156

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 157

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 157

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 158

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 158

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 159

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 160

BAB IV Penutup ... 163

Lampiran

I. Pagu Indikatif Kebutuhan Anggaran Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian MDGs Jateng Tahun 2011-2015


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Pertemuan World Summits pada bulan September tahun 2000 telah menghasilkan deklarasi yang disebut Millennium Declaration. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Millennium Declaration tersebut kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB ke dalam Resolusi Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 tentang Deklarasi Millenium PBB atau lebih dikenal dengan nama Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs). Deklarasi tersebut mencanangkan komitmen global untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam satu paket kebijakan pembangunan guna mempercepat pencapaian pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan di seluruh dunia pada tahun 2015.

Millenium Development Goals (MDGs) terdiri dari delapan tujuan utama dengan indikator terukur secara kuantitatif serta waktu pencapaiannya. Delapan tujuan utama tersebut adalah :

(1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua;

(3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan angka kematian anak;

(5) meningkatkan kesehatan ibu hamil;

(6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; (7) memastikan kelestarian lingkungan; dan

(8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Waktu pencapaian kedelapan tujuan tersebut adalah 25 tahun dengan tahun dasar 1990. Kedelapan tujuan tersebut diharapkan pada tahun 2015 dapat dicapai sesuai target yang ditetapkan, bahkan dapat dicapai lebih cepat.

Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) berkomitmen mewujudkan delapan tujuan tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan


(13)

kualitas hidup yang lebih baik. Secara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada RPJMN 2010 – 2014 dan Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Meskipun hambatan dan tantangan pencapaian tujuan tersebut cukup banyak, namun berbagai prestasi pembangunan diketahui telah melampaui target MDGs, seperti penanggulangan kemiskinan dan kelaparan berat, dan pendidikan untuk semua (education for all).

Walaupun beberapa indikator menunjukkan arah ketercapaian target MDGs (tahun 2015), namun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa capaian yang masih memprihatinkan, antara lain peningkatan pelayanan air bersih, kesehatan lingkungan dan pemukiman kumuh yang diperkirakan baru dapat dicapai pada tahun 2020. Selain itu beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain terkait dengan upaya sinergitas program dan penganggaran pembangunan, kesenjangan antar daerah terhadap rata-rata capaian nasional dan provinsi serta keterbatasan sumber daya.

Percepatan pencapaian target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) merupakan amanah dari Inpres Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010 dan Inpres Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Pemerintah memandang bahwa pencapaian tujuan MDGs sampai dengan tahun 2010 belum optimal. Beberapa capaian target MDGs stagnan, bahkan menunjukkan kinerja menurun. Percepatan pencapaian MDGs di tingkat nasional tertuang dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia. Sementara itu di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) perlu dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.

Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium Provinsi Jawa Tengah disusun sesuai panduan yang diterbitkan oleh Bappenas, terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, mendeskripsikan gambaran kondisi pencapaian MDGs di Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang dihadapi; Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan


(14)

Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, mendeskripsikan tentang arah kebijakan dan strategi percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium masing-masing tujuan di Jawa Tengah; Bab III Monitoring dan Evaluasi, menggambarkan tentang mekanisme monitoring dan evaluasi percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium di Provinsi Jawa Tengah; dan Bab IV Penutup.

Dalam penyusunan RAD Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium Provinsi Jawa Tengah ini tidak seluruh tujuan (8 tujuan) MDGs dibahas, namun hanya 7 tujuan, mengingat tujuan ke-8 yaitu Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan, kurang relevan untuk dibahas di tingkat daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dan menjadi kompetensi Pemerintah Pusat.

Pada bab ini akan digambarkan kondisi pencapaian tujuan pembangunan millenium di Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang dihadapi dalam percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium.

Gambaran kondisi pencapaian tujuan pembangunan millenium serta permasalahan dan tantangan di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Jawa Tengah

Penyusunan Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millenium Development Goals (MDGs) diawali dengan mendeskripsikan kondisi capaian masing-masing indikator tujuan. Deskripsi pencapaian tujuan MDGs Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tujuan 1.

Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Ringkasan status pencapaian target-target MDGs untuk Tujuan ke-1 Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, dapat dilihat pada tabel berikut :


(15)

Tabel 1.1

Status Capaian Tujuan ke-1 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat Ini

Target MDGs

2015

Status Sumber Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015

1.1 Tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional 17,49% (1990) 16,56%

(2010) 8,75%

BPS, Susenas

1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan

3,51 (2005)

2,49

(2010) Berkurang

BPS, Susenas Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1.4 Laju PDRB per tenaga kerja

3,92 (1990)

2,25

(2009) - -

Buku PDRB Jawa Tengah dan Jawa Tengah Dalam Angka 1.5

Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas

70,07% (1990)

64,19%

(2009) Meningkat

BPS, Sakernas 1.7

Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja

69,77%

(1990) 59,03%

(2009) Menurun

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1.8

Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi

16% (2007)

15,7%

(2010) 14,05%

BPS, Susenas

1.8a Prevalensi balita gizi buruk

4% (2007)

3,3%

(2010) 2,15%

Kemkes, Riskesdas 1.8b Prevalensi balita gizi

kurang

12% (2007)

12,4%

(2010) 11,9%

1.9

Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi

minimum:

BPS, Susenas

< 1.400 Kkal/kapita/

hari -

15,22%

(2009) 8,50%

< 2.000 Kkal/kapita/

hari -

66,89%

(2009) 35,32%


(16)

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.

1. Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari.

Dalam pengukuran tingkat kemiskinan BPS Provinsi Jawa Tengah tidak melakukan pendataan dengan tolok ukur proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 per kapita per hari, karena data ini tidak tersedia (n.a.=not available). Tolok ukur kemiskinan dengan menggunakan garis kemiskinan (poverty line) yang berlaku untuk Indonesia.

2. Persentase Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan nasional.

Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), yaitu kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp 192.435,- per kapita/bulan, dengan demikian penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita/ bulan di bawah nilai tersebut.

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1990 sebanyak 4,16 juta jiwa (17,49%). Pada tahun 1999 terjadi peningkatan yang signifikan jumlah penduduk miskin sebanyak 8,76 juta jiwa atau 28,46%. Meningkatnya angka kemiskinan tersebut karena pada tahun 1997/1998 negara kita mengalami krisis ekonomi dan politik yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah penganggur. Maka sejak tahun 1999 telah dilakukan berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu, sehingga angka kemiskinan cenderung semakin menurun dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2005 - 2006 di Jawa Tengah terjadi peningkatan persentase penduduk miskin dari 20,49% menjadi 22,19%, hal ini disebabkan


(17)

terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi sebanyak 5.369.200 orang (16,56%). Namun demikian persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu sebesar 13,33%. Kondisi tersebut menempatkan Jawa Tengah pada peringkat ke-17 dari 33 provinsi di Indonesia. Namun demikian perlu diwaspadai kemungkinan munculnya penduduk miskin baru akibat kejadian bencana alam, antara lain bencana erupsi dan banjir lahar dingin pasca erupsi Gunung Merapi, yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian di 3 (tiga) kabupaten yaitu : Kab.Magelang, Kab.Klaten dan Kab.Boyolali.

Kecenderungan proporsi penduduk miskin di Jawa Tengah dari tahun 1990–2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990 – 2010

Tahun Garis

Kemiskinan

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Orang)

Persentase Penduduk Miskin (%)

Jawa Tengah Nasional

1990 15.457 4.915,4 17,49 15,10 1999 76.579 8.755,4 28,46 23,43 2003 119.403 6.980,0 21,78 17,42 2004 126.651 6.843,8 21,11 16,66 2005 130.013 6.533,5 20,49 15,97 2006 142.337 7.100,6 22,19 17,75 2007 154.111 6.557,2 20,43 16,58 2008 168.168 6.189,6 19,23 15,42 2009 182.515 5.725,7 17,72 14,15 2010 192.435 5.369,2 16,56 13,33

Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2010

Perlu dikemukakan bahwa data penduduk miskin di Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 17,72%, sebagaimana tersebut pada tabel di atas adalah data yang dikeluarkan BPS kondisi bulan Maret 2009. Untuk mengetahui sebaran penduduk miskin di Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah dapat dilihat pada data penduduk miskin yang dikeluarkan BPS kondisi bulan Juli 2009, dimana persentase penduduk miskin tercatat sebesar 17,48%, menurun sebesar 0,24% dibandingkan data sebelumnya.


(18)

Gambaran distribusi penduduk miskin di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

Gambar 1.1

Grafik Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009.

Berdasarkan data kemiskinan tahun 2009 (bulan Juli 2009), tingkat kemiskinan di kabupaten/kota dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, sebagai berikut :

1. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di atas angka Provinsi Jawa Tengah (17,48%).

Terdapat sebanyak 16 kabupaten, yaitu: Kab. Blora, Pekalongan, Grobogan, Wonogiri, Klaten, Sragen, Demak, Cilacap, Banjarnegara, Banyumas, Pemalang, Brebes, Purbalingga, Kebumen, Rembang dan Wonosobo.

2. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di bawah angka Provinsi Jawa Tengah (17,48%).

Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi Tingkat kemiskinan di bawah angka Provinsi


(19)

Terdapat sebanyak 19 kabupaten/kota yaitu : Kab. Purworejo, Batang, Kendal, Boyolali, Pati, Magelang, Temanggung, Kota Surakarta, Kab. Karanganyar, Tegal, Sukoharjo, Kudus, Semarang, Kota Magelang, Kota Tegal, Kab. Jepara, Kota Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Semarang.

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Data Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2009 sebesar 2,96 kemudian pada tahun 2010 menurun menjadi 2,49 atau terjadi penurunan sebesar 0,47. Kondisi ini sesuai dengan yang ditargetkan dalam MDG’s yakni harus terjadi penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan sampai dengan tahun 2015.

Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 sebanyak 5.369.200 orang (16,56%). Pengukuran kemiskinan menggunakan garis kemiskinan yang berbeda antara daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perkotaan garis kemiskinan pada tahun 2010 sebesar Rp 205.606,00 per kapita/bulan, sedangkan di perdesaan sebesar Rp 179.982,00 per kapita/bulan. Pada periode Maret 2009-2010 penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 162 ribu orang, sedangkan di perdesaan berkurang sebanyak 194,53 ribu orang. Besarnya Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Pada tahun 2010, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 2,09 sedangkan di daerah perdesaan mencapai 2,86. Indeks Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:


(20)

Tabel 1.3

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Provinsi Jawa Tengah Bulan Maret 2005-2010

No Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan

Kota Desa Kota+Desa

1 2005 3,05 3,84 3,51 2 2006 2,75 4,37 3,69 3 2007 3,33 4,32 3,84 4 2008 2,97 3,78 3,39 5 2009 2,56 3,34 2,96 6 2010 2,09 2,86 2,49

Sumber : Kemiskinan Makro Susenas, BPS

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1. Laju PDRB per Tenaga Kerja

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja diperoleh dari total PDRB dibagi jumlah seluruh tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja dapat menunjukkan produktivitas tenaga kerja, sehingga laju PDRB per tenaga kerja memberikan gambaran mengenai kecepatan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di Jawa Tengah.

Pada tahun 1990 laju PDRB Jawa Tengah sebesar 3,92%. Kemudian pada tahun 2006 laju PDRB per tenaga kerja tercatat cukup tinggi yaitu mencapai 8,41%, namun demikian pada tahun 2007 laju PDRB per tenaga kerja tersebut mengalami penurunan hingga -1,49%. Kemudian pada tahun 2008 tumbuh positif sebesar 11,19% dan pada tahun 2009 laju PDRB per tenaga kerja kembali menurun menjadi sebesar 2,25%. Pertumbuhan laju PDRB per tenaga kerja yang tidak konsisten ini, perlu mendapatkan perhatian khusus, agar dapat diupayakan pertumbuhan yang positif dan berkelanjutan.

Perkembangan laju PDRB per tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:


(21)

Tabel 1.4

Perkembangan Laju PDRB per Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2009

No. Tahun

PDRB Berdasarkan Harga Konstan Tahun

2000 (Juta Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja (orang)

PDRB per Tenaga Kerja Berdasarkan

Harga Konstan Tahun 2000 (Rp)

Laju PDRB per

Tenaga Kerja (%) 1 2005 143.051.213,88 15.655.303 9.137.556,38 - 2 2006 150.682.654,74 15.210.931 9.906.208,55 8,41 3 2007 159.110.253,77 16.304.058 9.758.935,71 -1,49 4 2008 167.790.369,85 15.463.658 10.850.626,02 11,19 5 2009 175.685.267,57 15.835.382 11.094.476,13 2,25% Sumber: Data BPS yang telah diolah

2. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas Rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia 15 tahun ke atas menggambarkan perkembangan tenaga kerja yang memasuki lapangan kerja. Besarnya kesempatan kerja bagi penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 70,07%. Sementara itu rasio kesempatan kerja penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar 62,96%. Upaya untuk meningkatkan kesempatan kerja di Jawa Tengah antara lain tergantung pada besarnya penanaman modal di daerah dalam rangka penyerapan kerja, kebijakan peningkatan kesempatan berusaha, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dukungan regulasi serta iklim usaha yang kondusif.

Perkembangan rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia 15 tahun ke atas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.5

Rasio Kesempatan Kerja Untuk Penduduk Kelompok Usia 15 Tahun Ke Atas Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990 - 2009

Tahun

Angkatan Kerja yang bekerja

(orang)

Jumlah Penduduk usia 15 tahun ke atas

(orang)

Rasio Kesempatan kerja untuk penduduk 15 Tahun ke atas (orang)

1990 12.978.070 18.522.256 70,07%

2005 15.655.303 27.323.479 57,30%

2006 15.210.931 27.041.083 56,25%

2007 16.304.058 25.178.172 64,75%

2008 15.463.658 24.411.601 63,35%

2009 15.533.096 24.669.525 62,96%


(22)

Rasio kesempatan kerja di Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009, yaitu sebesar 70,07% (1990) menurun menjadi 56,25% (2006), kemudian meningkat menjadi 64,75% (2007) dan menurun kembali menjadi 62,96% (2009). Berdasarkan data tersebut, kondisi kesempatan kerja di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi dua kategori sebagai berikut:

1. Kabupaten/kota yang berada di atas angka kesempatan kerja Provinsi Jawa Tengah.

Terdapat 24 kabupaten/kota, yaitu Kota Pekalongan, Kab. Kebumen, Sukoharjo, Klaten, Pati, Batang, Karanganyar, Demak, Purbalingga, Jepara, Kudus, Kendal, Pekalongan, Semarang, Sragen, Banjarnegara, Rembang, Magelang, Wonogiri, Wonosobo, Temanggung, Boyolali, Blora dan Grobogan.

2. Kabupaten/kota yang berada di bawah angka kesempatan kerja Provinsi Jawa Tengah.

Terdapat 11 Kabupaten/kota yaitu: Kab. Purworejo, Brebes, Banyumas, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kab. Cilacap, Pemalang, Tegal, Kota Tegal dan Kota Magelang.

Gambar 1.2

Grafik Rasio Kesempatan Kerja Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi Tingkat kemiskinan di bawah angka Provinsi


(23)

3. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja.

Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja menunjukkan peningkatan jumlah tenaga kerja yang bekerja secara mandiri atau berwirausaha. Pada tahun 1990 jumlah tenaga kerja yang bekerja mandiri sebesar 69,77% dari angkatan kerja. Kemudian pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja yang bekerja mandiri sebesar 56,71% dan meningkat menjadi 59,03% pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan masih banyak tenaga kerja yang berusaha sendiri dan dibantu tenaga kerja yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja. Tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga baik pada skala usaha mikro, kecil dan kegiatan usaha di sektor informal perlu perhatian untuk mendapatkan fasilitasi keterampilan dan perlindungan tenaga kerja. Besarnya Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.6

Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri Dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja

Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009

No Status Pekerjaan Utama Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 1 Berusaha Sendiri (orang) 3.230.500 3.179.633 2.984.783 2.958.783 2.942.281 2 Berusaha Dibantu Buruh

Tidak Tetap (orang)

2.856.165 2.911.064 3.871.357 3.496.142 3.650.147

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap (orang)

508.746 481.634 425.021 380.621 405.682 4 Pekerja Bebas di Pertanian

(orang)

1.205.505 1.095.313 1.091.136 1.128.268 1.045.307

5 Pekerja Bebas di Non Pertanian (orang)

1.077.548 1.161.764 1.185.594 1.304.151 1.304.151 Jumlah Tenaga Kerja yang

berusaha sendiri dan pekerja Bebas keluarga (orang)

8.878.464 8.829.408 9.557.891 9.267.965 9.347.568

Jumlah Kesempatan kerja (orang) 15.655.303 15.210.931 16.304.058 15.463.658 15.835.382 Proporsi Tenaga Kerja yang

berusaha sendiri dan pekerja Bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja

56,71% 58,05% 58,62% 59,93% 59,03%


(24)

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1. Prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi Terdapat hubungan timbal balik antara kekurangan gizi dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah terjadinya kekurangan gizi selain disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang gizi seimbang bagi sebagian masyarakat terutama di perdesaan dan kelompok rentan. Proporsi Balita yang kekurangan gizi berbanding lurus dengan jumlah penduduk miskin. Semakin kecil pendapatan penduduk maka persentase Balita yang kekurangan gizi semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk, semakin rendah persentase Balita yang kekurangan gizi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi pada tahun 2007 sebesar 16%, turun menjadi 15,7% pada tahun 2010 sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 14,05%. Diperkirakan target MDGs tersebut akan dapat tercapai di Jawa Tengah.

a. Prevalensi Balita gizi buruk

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung disebabkan oleh tiga hal, yaitu: anak tidak mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai, dan kemungkinan anak menderita penyakit infeksi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita gizi buruk di Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 4% dan pada tahun 2010 turun menjadi 3,3%, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 2,15%.

b. Prevalensi Balita gizi kurang

Prevalensi kekurangan gizi pada Balita pada tahun 2007 sebesar 12% naik menjadi 12,4% pada tahun 2010, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 sebesar 11,9%. Melalui prioritas program dan kegiatan yang semakin intensif utamanya pada kelompok rentan dan kekurangan gizi, diharapkan Jawa Tengah mampu mencapai target MDGs yang telah ditetapkan.


(25)

2. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum.

Pola konsumsi pangan yang kurang mencukupi kebutuhan energi dan gizi akan mengakibatkan terjangkitnya penyakit serius, bahkan kematian. Asupan makanan yang seimbang sangat penting bagi ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat minimum sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan status gizi, sebagian besar disandang oleh masyarakat miskin. Kondisi ini menegaskan bahwa upaya peningkatan dan perbaikan konsumsi terutama bagi masyarakat miskin sangat mendesak untuk dilakukan.

a. Kategori < 1.400 Kkal/kapita/hari

Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum atau <1.400 Kkal/kapita/hari pada tahun 2009 sebesar 15,22%, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 8,50%. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus agar proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari 1.400 Kkal/kapita/hari tersebut dapat diturunkan sesuai target MDGs.

b.Kategori < 2.000 Kkal/kapita/hari

Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum atau < 2.000 Kkal/kapita/hari pada tahun 2009 sebesar 66,89%, masih jauh apabila dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 35,32%. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus melalui serangkaian program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan sinergis, sehingga proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari 2.000 Kkal/kapita/hari tersebut dapat diturunkan seoptimal mungkin.


(26)

Tujuan 2.

Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Mencapai pendidikan dasar untuk semua adalah upaya yang dilakukan agar penduduk usia sekolah dasar seluruhnya dapat menikmati pendidikan SD/ MI/Paket A pada tahun 2015. Tujuan ke-2 ini memiliki tiga indikator yaitu: Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A; Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A dan Angka melek huruf penduduk usia 15 – 24 tahun perempuan dan laki-laki. APM SD/MI/Paket A adalah hasil bagi antara jumlah siswa SD/MI/Paket A usia 7 – 12 tahun pada satu wilayah administratif dibagi penduduk usia 7 – 12 tahun. Status pencapaian tujuan ke-2 MDGs di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.7

Status Capaian Tujuan ke-2 MDGs Jawa Tengah

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Capaian target tujuan kedua MDGs untuk indikator APM SD/MI/Paket A dan angka melek huruf penduduk usia 15 - 24 tahun Provinsi Jawa Tengah sudah menuju pada pencapaian target 2015 (On Track). Pada tahun 2010 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A telah mencapai 108%, Angka Partisipasi

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target

MDGs 2015 Status Sumber Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar Untuk semua

Target 2 A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

2.1

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/ MI/ Paket A

92,77% (2007/2008)

97,08%

(2009/2010) 100%

Dinas Pendidikan

2.2

Proporsi murid kelas 1 yang berhasil

menamatkan SD/ MI

99,44% (2007/2008)

99,78%

(2009/2010) 100%

Dinas Pendidikan

2.3

Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki P: 99,80% L: 99,83% (2007/2008) P: 100% L: 100% (2009/2010)

100% Dinas

Pendidikan


(27)

Murni (APM) SD/MI/Paket A 97,08% dan APK SMP/MTs/Paket B 99,40%. Pada jenjang Pendidikan Dasar, berdasarkan data indikator pembangunan bidang pendidikan, terdapat peningkatan indikator Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B sejak tahun 2007/2008, yakni APM SD/MI/Paket A pada tahun 2007/2008 sebesar 92,77% meningkat menjadi 97,08% pada tahun 2010. Dibandingkan dengan rata-rata nasional (sebesar 95,23%), posisi Jawa Tengah sudah berada di atas rata-rata nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa akses masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari tahun 2007/2008 hingga tahun 2010. Apabila trend peningkatan tersebut dapat dipertahankan, maka Jawa Tengah diharapkan dapat mencapai target MDGs pada jenjang SD/MI/Paket A pada tahun 2015.

Perkembangan capaian APK dan APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/MA/Paket C dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 1.3 dan 1.4. Grafik tersebut menggambarkan bahwa selama kurun waktu tersebut baik APK maupun APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C menunjukkan peningkatan.

Gambar 1.3

Perkembangan APK SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C

Tahun 2008, 2009, 2010


(28)

Gambar 1.4

Perkembangan APM SD/MI/ Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C

Tahun 2008, 2009, 2010

Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Didukung oleh peraturan perundangan dan berbagai kebijakan serta upaya keras dari seluruh stakeholder, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah berhasil mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, antar kelompok pendapatan, dan antar daerah terutama pada tingkat sekolah dasar. Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A) telah melampaui angka 100 %. Pada tahun 2009/2010 APK SD/MI/Paket A telah mencapai 108% dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 97,08 %. Pada tahun yang sama, APK dan APM jenjang SMP/MTs/Paket B masing-masing mencapai 99,40% dan 76,87% (Gambar 1.3 dan 1.4). Pada tingkat Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A), disparitas partisipasi pendidikan antar Kabupaten/ Kota sudah sangat kecil. Data Dinas Pendidikan menunjukan bahwa APM SD/MI/Paket A di semua Kabupaten/ Kota telah mencapai lebih dari 90,0 %, kecuali Kabupaten Kudus dengan APM sebesar 87,60% (Gambar 1.5). Perlu diketahui bahwa capaian APM 100 % pada tingkat sekolah dasar tidak mungkin tercapai karena terdapat kenyataan yang ada saat ini adalah banyak siswa SD kelas satu berusia di bawah usia 7 tahun.

Sebaran APM SD/MI/Paket A pada masing-masing Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa masih terdapat 11 Kabupaten/Kota yang capaian APM SD/MI/Paket A masih berada di bawah rata-rata Jawa Tengah. Namun demikian, angkanya sudah berada di atas kisaran 85%. Capaian APM SD/MI/Paket A


(29)

terendah adalah Kabupaten Kudus, dengan APM SD/MI/Paket A sebesar 87,60%. Hal ini disebabkan bahwa kecenderungan bahwa orang tua menyekolahkan anak ke SD/MI di bawah usia 7 tahun. Gambar 1.5 menunjukkan capaian APM SD/MI/Paket A Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun 2010.

Gambar 1.5

Capaian APM SD/MI/Paket A Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2009/2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Indikator murid kelas 1 berhasil menamatkan SD/MI mengukur berapa banyak siswa kelas 1 tahun tertentu dalam kurun waktu 6 tahun kemudian berhasil menamatkan jenjang SD/MI. Data pada tahun ajaran 2007/2008 angka kelulusan SD/MI sebesar 99,47% berarti pada tahun ajaran 2002/2003 jumlah siswa kelas 1 ada sebesar 588.306 murid. Demikian pula pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa lulus sebesar 99,78% berarti pada tahun ajaran 2004/2005 jumlah murid kelas 1 sebanyak 573.895 murid. Hal ini menunjukan adanya penurunan angka putus sekolah pada tingkat sekolah dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah sebesar 0,33% terlihat pada gambar 1.6.


(30)

Gambar 1.6

Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar Tahun 2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Angka melek huruf penduduk Provinsi Jawa Tengah berusia 15-24 tahun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Angka melek huruf telah digunakan sebagai indikator tercapainya Education for All (EFA) dan MDGs serta berperanan penting dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia. Melek huruf merupakan prasyarat utama yang memungkinkan seseorang mengakses informasi dan pengetahuan serta memiliki kemampuan untuk memperoleh pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.

Data Dinas Pendidikan tahun 2009-2010 menunjukan bahwa angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun di Provinsi Jawa Tengah mencapai 100% baik untuk laki-laki maupun perempuan. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2007/2008. Angka melek huruf pada tahun 2007/2008 sebesar 99,79% untuk laki-laki dan 99,85% untuk perempuan. Peningkatan angka melek huruf terjadi antara lain karena peningkatan partisipasi penduduk usia 15 – 24 tahun yang buta huruf untuk mengikuti program pendidikan keaksaraan dan pendidikan non formal serta meningkatnya proporsi siswa yang menamatkan SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B.


(31)

Gambar 1.7

Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15-24 Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2009/2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Tujuan 3.

Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Tujuan mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan memiliki tiga indikator, yaitu (1) rasio perempuan terhadap laki-laki ditingkat pendidikan dasar menengah dan tinggi; (2) Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian dan (3) Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD. Rasio perempuan terhadap laki-laki tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi adalah angka hasil bagi APM perempuan jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan APM laki-laki pada jenjang pendidikan yang sama. Apabila hasil bagi berada pada kisaran 95 – 105, dapat disimpulkan dalam kategori terjadi kesetaraan gender. Terjadi ketimpangan gender apabila hasil bagi lebih besar dari 105 atau lebih kecil dari 95. Gambaran status capaian masing-masing indikator adalah sebagai berikut:


(32)

Tabel 1.8

Status Capaian Tujuan ke-3 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target MDGs

2015

Status Sumber Tujuan 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3 A : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

3.1 Rasio Perempuan terhadap laki-laki ditingkat pen didikan dasar menengah dan tinggi

- Rasio APM perempuan/ laki-laki di SD/ MI/Paket A

93,46 (2004/2005)

99,32

(2009/2010) 100

BPS

- Rasio APM perempuan/ laki-laki di SMP

100,12 (2004/2005)

105,66

(2009/2010) 100 BPS

- Rasio APM perempuan/ laki-laki di SMA

92,96 (2004/2005)

98,19

(2009/2010) 100 BPS

- Rasio APM perempuan/ laki-laki di Perguruan Tinggi 84,13 (2004/2005) 124,88

(2009/2010) 100

BPS

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target MDGs

2015

Status Sumber

3.2

Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun

95,96 (2007)

100

(2009) 100

BPS

3.3

Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian

64,16% (2007)

65,51%

(2009) Meningkat

Disnakertrans duk 3.4 Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD 10,22% (Pileg 2004) 14,75%

(Pileg 2009) Meningkat

Kesbangpolin mas


(33)

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender di berbagai bidang. Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B, SMA/MA/Paket C, dan Pendidikan Tinggi (PT) berturut-turut sebesar 99,32, 105,66, 98,19, dan 124,88 pada tahun 2009/2010, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,95%. Dengan demikian, Jawa Tengah sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian sebesar 65,51% pada tahun 2009 meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 64,16% (sumber: Disnakertransduk, 2009). Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPRD Provinsi Jawa Tengah pada Pemilu terakhir juga mengalami peningkatan menjadi 14,75%. Berdasarkan Data BPS tahun 2009/2010, APM baik perempuan maupun laki-laki, pada SD/MI/Paket A sudah mencapai lebih dari 90%.

Disparitas antar Kabupaten/Kota masih merupakan masalah utama, terutama pada tingkat pendidikan menengah. Data BPS 2009/2010 menunjukan bahwa disparitas gender APM perempuan terhadap laki-laki pada SD/MI/Paket A berkisar antara 93,50 (Kota Semarang) dan 104,13 (Kabupaten Karanganyar) yang menunjukan bahwa rasio APM perempuan terhadap laki-laki hampir sama di semua Kabupaten/ Kota terlihat pada gambar 1.8. APM perempuan terhadap laki-laki pada SMP/ MTs/ Paket B berkisar antara 82,55 (Kabupaten Sragen) dan 147,15 (Kabupaten Wonosobo) terlihat pada gambar 1.9, sedangkan pada SMA/MA/Paket C berkisar antara 54,12 (Kabupaten Rembang) dan 174,83 (Kabupaten Purbalingga) terlihat pada gambar 1.10. Rasio perempuan yang duduk di Perguruan Tinggi pada tiga Kabupaten (Brebes, Grobogan, Purbalingga) sebesar 0, sedangkan di Kabupaten/Kota lainnya berkisar antara 16,25


(34)

(Kabupaten Banjarnegara) dan 569,26 (Kabupaten Blora) terlihat pada gambar 1.11. Dari data tersebut terlihat bahwa APM perempuan terhadap laki-laki untuk jenjang SMP/MTs/Paket B dan SMA/MA/Paket C perbedaannya relatif tidak begitu jauh, sedangkan pada jenjang Perguruan Tinggi data antar Kabupaten/Kota sangat luas.

Gambar 1.8

Rasio APM SD/MI/ Paket A Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Gambar 1.9

Rasio APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2009/2010


(35)

Gambar 1.10

Rasio APM SMA/MA/Paket C Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Gambar 1.11

Rasio APM Perguruan Tinggi Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Angka melek huruf perempuan dan laki-laki kelompok usia 15-24 tahun telah mencapai sasaran MDGs. Pada tahun 2009/2010, Disparitas gender angka


(36)

melek huruf antara perempuan dan laki-laki Provinsi Jawa Tengah kelompok usia 15-24 tahun sudah mencapai 100.

Di bidang ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan lebih rendah dibandingkan dengan TPAK laki-laki. Data BPS tahun 2010 menunjukan bahwa TPAK perempuan tidak menunjukan peningkatan yang signifikan, hanya berkisar sekitar 27,70 %. Angka tersebut jauh lebih rendah jika di bandingkan dengan TPAK laki-laki yang rata-rata 84 % selama periode yang sama.

Persentase perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian memperlihatkan kecenderungan meningkat, yang termasuk pekerja upahan di sektor non-pertanian adalah buruh/karyawan/pegawai dan pekerja bebas yang bekerja di lapangan kerja sektor nonpertanian. Data Disnakertransduk menunjukan bahwa kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan non-pertanian mengalami peningkatan, dari sebesar 64,16 % pada tahun 2007 menjadi sebesar 65,51 % pada tahun 2009. Gambar 1.12 menunjukkan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non-pertanian pada Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

Gambar 1.12

Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian Kab/Kota Se Jawa Tengah

Tahun 2009


(37)

Kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan juga diukur berdasarkan proporsi perempuan di lembaga-lembaga publik (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), menunjukan adanya peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari proporsi perempuan yang menduduki kursi di DPRD mengalami peningkatan dari 10,22 % pada tahun 2004 menjadi 14,75 % pada tahun 2009. Di bidang politik, kemajuan yang dicapai antara lain adalah dengan di tetapkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Komisi Pemilihan umum (KPU), Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, disusul dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang tersebut mengamanatkan dengan jelas 30 % keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik di tingkat pusat dan daerah dalam daftar yang diajukan untuk calon anggota legislatif. Gambar 1.13 menunjukkan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD.

Gambar 1.13

Proporsi Kursi yang Diduduki Perempuan Di DPRD Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2009


(38)

Tujuan 4.

Menurunkan Angka Kematian Anak

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah: menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 dengan indikator (1) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup; (2) Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup; dan (3) Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak.

Tabel 1.9

Status Capaian Tujuan 4 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target

MDGs 2015 Status Sumber Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015

4.1

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup 48,8 SDKI; Jateng 1991 10,62

(2010) 8,5

Dinkes

4.2

Angka Kematian Balita (AKBA) per 1.000 kelahiran hidup 79,8 SDKI; Jateng 1991 12,02

(2010) 11,85

Dinkes BPS

4.3

Proporsi anak berusia 1 tahun diimunisasi campak 72,3% SDKI; Jateng 2007 95%

2010 95%

Dinkes SDKI JATENG Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1991 sampai dengan 2010 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1991 AKB sebesar 48,8/ 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2010 menurun menjadi 10,62 / 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 23 / 1.000 kelahiran hidup kondisi ini telah mencapai target. Pada Tahun 2015 target capaian AKB Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,5/1.000 kelahiran hidup.

Target 4A: menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015


(39)

Gambar 1.14

Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Gambar 1.15

Perbandingan Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2003 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Jumlah kasus kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah 6.181 kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota dengan jumlah kelahiran hidup


(40)

Kabupaten/Kota dengan kasus kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten Kebumen (540 kasus), Kota Semarang (337 kasus) dan Kabupaten Brebes (312 kasus). Kabupaten dengan kasus kematian bayi terendah adalah Kota Magelang (13 kasus), Kota Tegal (15 kasus) dan Kota Salatiga (29 kasus).

Gambar 1.16

Jumlah Kematian Bayi di Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (orang)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Menurunnya AKB di Jawa Tengah disebabkan oleh meningkatnya pelayanan kesehatan pada bayi. Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN-1) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 96,82 %, dengan cakupan Kabupaten/ Kota tertinggi adalah Kabupaten Kebumen (101,36 %) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Wonosobo (83,21 %). Masih terdapat 11 kabupaten dengan cakupan kunjungan neonatal pertama dibawah cakupan Provinsi Jawa Tengah.


(41)

Gambar 1.17

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Kab/Kota se-Jateng Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jateng 2010

Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari

– 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2010 sebesar 94,14%, Kabupaten/Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kota Semarang (109,18%) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Pemalang (76,23 %). Sampai dengan tahun 2010 cakupan kunjungan bayi yang masih di bawah capaian Jawa Tengah sebanyak 14 Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Pemalang, Sragen, Cilacap, Boyolali, Jepara, Karanganyar, Brebes, Kota Tegal, Rembang, Purworejo, Purbalingga, Kota Magelang, Kudus dan Wonosobo.


(42)

Gambar 1.18

Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Angka Kematian Balita (AKBA). AKBA Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2005 (10,02 / 1.000 kelahiran hidup) sampai dengan tahun 2010 (12,02/1.000 kelahiran hidup) mengalami peningkatan, namun demikian masih dibawah target MDGs tahun 2015 (32 / 1.000 kelahiran hidup). Diharapkan pada tahun 2015 target AKBA Provinsi Jawa Tengah (11,85/ 1.000 kelahiran hidup) dapat tercapai.


(43)

Gambar 1.19

Angka Kematian Balita (AKBA) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Jumlah kasus kematian anak balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah 813 kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota. Kabupaten / Kota dengan kasus kematian anak balita terbanyak adalah Kota Semarang (90 kasus), Kabupaten Cilacap (84 kasus) dan Kabupaten Jepara (59 kasus). Kabupaten / Kota dengan kasus terkecil adalah Kota Salatiga (2 kasus), Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Tegal dimana masing masing 4 kasus.

Gambar 1.20

Jumlah Kematian AKBA di Kab/kota se - Jawa Tengah Tahun 2010 (orang)


(44)

Cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Jawa Tengah sebesar 76,38 %, dimana Kabupaten / Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Semarang (99,57 %) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kota Salatiga (22,40%). Cakupan pelayanan kesehatan anak balita kabupaten/kota yang masih dibawah capaian Jawa Tengah sebanyak 18 kabupaten/kota meliputi Kota Salatiga, Kabupaten Magelang, Pekalongan, Karanganyar, Batang, Kota Pekalongan, Grobogan, Banjarnegara, Kota Surakarta, Blora, Cilacap, Kota Tegal, Wonosobo, Pemalang, Kota Magelang, Jepara, Sukoharjo, dan Purworejo.

Gambar 1.21

Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kab/Kota Jawa Tengah

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Proporsi anak - anak berusia 1 tahun di-imunisasi campak di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 94,7 % menurun dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 96,7 %. Target MDGs untuk indikator ini telah tercapai. Namun demikian, masih diperlukan berbagai upaya meningkatkan dan mempertahankan cakupan pelayanan imunisasi campak sehingga target Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 95% dapat tercapai.

Imunisasi merupakan salah satu cara dalam rangka pencegahan penyakit menular dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Peningkatan imunisasi sebesar 3 persen dapat menurunkan kematian anak balita sebesar 1 per 1.000 kelahiran hidup (UNSD 2009, ADB).


(45)

Gambar 1.22

Proporsi Anak-anak Berusia 1 Tahun diimunisasi Campak

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 (diolah)

Tujuan 5.

Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah sebagai berikut:

1. Target 5a: menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 dengan indikator sebagai berikut:

a. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup

b. Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih

2. Target 5b: mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 dengan indikator sebagai berikut:

a. Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/ CPR) bagi perempuan menikah usia 15 – 49 tahun saat ini, cara modern.

b. Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15 – 19 tahun) per 1,000 perempuan usia 15-19.

c. Cakupan pelayanan antenatal (K4 atau empat kali kunjungan)


(46)

Status pencapaian tujuan 5 MDGs di Jawa Tengah sebagai berikut: Tabel 1.10

Status Capaian Tujuan 5 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target MDGs

2015

Status Sumber Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun waktu 1990 – 2015 5.1

Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup

2005 : 115,57

104,97

(2010) 60

Dinkes BPS

5.2

Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (%)

2009: 84,30% (Susenas)

93,93 %

(2010) 100% Dinkes

Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

5.3

Angka pemakaian kontrasepsi/Contracept ive Prevalence Rate (CPR) pada

perempuan menikah usia 15-49 tahun (Cara Modern)

2007 : 60% (SDKI Jateng)

65,2%

(2010) 70,60%

BKKBN BP3AKB

Dinkes

5.5

Tingkat kelahiran pada remaja (per 1.000 perempuan usia 15 – 19 tahun)

1991 : Kota : 39 Desa : 82 Total : 67 (SDKI)

25,3

(2010) 22,92

BKKBN BP3AKB

Dinkes

5.6 Cakupan pelayanan antenatal (K4)

1995 : K4 : 64,8%

(Profil Kesehatan)

K4 :

92,04% 95% Dinkes

5.7

Unmet need KB (Kebutuhan keluarga berencana / KB yang tidak terpenuhi) 2000 : 12,66% (LUB BKKBN Jateng) 11,59%

(2010) 4,1%

BKKBN BP3AKB

Dinkes Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 (115,57/ 100.000 kelahiran hidup) mengalami penurunan pada tahun 2010 (104,97 / 100.000 kelahiran hidup). Dibandingkan dengan target MDGs (102 per 100.000 kelahiran hidup), target Jawa Tengah tahun 2015 (60 per 100.000 kelahiran hidup) pada kondisi akan tercapai. Upaya yang dilakukan untuk menekan AKI di Jawa Tengah antara lain melalui penerapan program Jampersal sehingga persalinan dilakukan dengan gratis, rencana penerbitan Peraturan Gubernur yang

Target 5A: menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015


(47)

mengatur tentang pelayanan persalinan yang harus berada di sarana kesehatan dan dilakukan oleh petugas/tenaga kesehatan, peningkatan kualitas puskesmas melalui pelayanan PONED dan Rumah Sakit melalui pelayanan PONEK dan peningkatan kualitas tenaga kesehatan.

Menurunnya AKI ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan sebanyak empat kali/ K4) dan meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan. Sampai dengan tahun 2010 cakupan K4 sebesar 92,04% dan kelahiran hidup dengan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) sebesar 93,93%.

Intervensi kunci yang mempengaruhi AKI mencakup pelayanan antenatal yang baik, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perawatan yang memadai untuk kehamilan resiko tinggi termasuk pencegahan ibu hamil komplikasi, program keluarga berencana untuk menghindari kehamilan dini, mengurangi tingkat aborsi tidak aman dan post abortion care serta program-program perubahan perilaku di kalangan perempuan usia subur.

Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar (PONED) sebesar 30,91 % Puskesmas dan persentase RS Kabupaten / Kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) sebesar 40 %.

Gambar 1.23

Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 (Per-100.000 kelahiran hidup)


(48)

Gambar 1.24

Perbandingan Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah dengan Nasional Tahun 2006 – 2010 serta Target 2015

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Jawa Tengah sampai dengan tahun 2010 sebesar 611 kasus, dengan kontribusi terbesar adalah Kabupaten Pemalang sebanyak 48 kasus, diikuti Kabupaten Brebes (36 kasus) sebagaimana pada grafik berikut:

Gambar 1.25

Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (orang)


(49)

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 sebesar 93,93%. Dibandingkan dengan target MDGs kondisi ini sudah tercapai dan pada tahun 2015 akan mencapai target Jawa Tengah (100%). Sampai dengan tahun 2010 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten/kota yang masih dibawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 17 Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Banyumas, Kota Magelang, Banjarnegara, Brebes, Tegal, Blora, Cilacap, Purbalingga, Pati, Wonosobo, Pemalang, Jepara, Klaten, Kota Semarang, Rembang, Kota Pekalongan dan Kab. Batang.

Gambar 1.26

Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Pada tahun 2010 persentase cakupan peserta KB aktif (CPR) perempuan menikah (15-49 tahun) cara modern sebesar 65,5% mengalami peningkatan apabila dibandingkan tahun 2007 (60%) serta telah mencapai Target MDGs di tahun 2015. Target Jawa Tengah tahun 2015 (70,6%), diharapkan dapat tercapai (on track).

Sampai dengan tahun 2010 jumlah persalinan pada anak remaja (15 – 19 tahun) per 1.000 perempuan sebesar 25,3% dan diharapkan pada tahun 2015 turun menjadi 22,92%.

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015


(50)

Cakupan antenatal care (K4) Jawa Tengah Tahun 2010 (77,28%) mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 1995 (64,8%), dan diharapkan dapat mencapai target pada tahun 2015 sebesar 95%.

Jumlah pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi (unmetneed) mengalami penurunan, pada tahun 2000 (LUB BKKBN Jateng) sebesar 12,66% turun menjadi 11,59% tahun 2010. Target unmetneed Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 4,1% diharapkan dapat tercapai.

Tujuan 6.

Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah:

1. Target 6a: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru dengan indikator :

a. Prevalensi HIV dari total populasi.

b. Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi terakhir.

c. Persentase penduduk 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS.

2. Target 6b: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015 dengan indikator proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obat antiretroviral.

3. Target 6c: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 dengan indikator:

a. Angka kejadian Tuberkulosis per 100.000 penduduk.

b. Tingkat prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk.

c. Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS.


(51)

e. Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk.

f. Angka Kesakitan DBD (per 100.000 penduduk).

g. Kematian DBD.

Status pencapaian tujuan ke-6 di Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Tabel 1.11

Status Capaian Tujuan 6 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target

MDGs 2015 Status Sumber Tujuan 6 : Memerangi HIV dan AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015

6.1 Prevalensi HIV

(1990) : 0,16 (Pusdatin

Depkes)

0,25 <0,5 Dinkes

6.2

Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi

(2002/3) : 12,8 (SKRRI-BPS)

30% 70% Dinkes

6.3

Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan

komprehensif tentang HIV dan AIDS

- 14,3% 85% Dinkes

Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015

6.4

Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat obatan antiretroviral

- 35,33% 95% Dinkes

Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015

6.5 Angka kejadian tuberkulosis (insiden semua kasus/ 100.000 penduduk/ tahun)

(1990) : 343 (lap TB Global, WHO)

107 88 Dinkes

6.6

Tingkat prevalensi tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

(1990) : 443 (Lap TB Global, WHO)

Belum ada

data 219 Dinkes

6.7

Tingkat kematian karena tuberculosis (per 100.000 penduduk)

(1990) : 92 (Lap TB Global, WHO)

2,13 <3 Dinkes

6.8

Proporsi kasus TB

yang ditemukan (2000) : 19,7


(1)

RAD MDGs Jawa Tengah 160

Tujuan 7.

Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

No Indikator Penanggung Jawab

Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang

7.1 Ratio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan

Dinhut BLH

7.2 Jumlah emisi karbon dioksida (CO2e) BLH

Dinas ESDM 7.3 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon

(BPO) dalam metrik ton

BLH 7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada

dalam batasan biologis yang aman

Dinlutkan

Target 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010

7.5 Rasio kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan

Dinhut BLH 7.6 Ratio luas kawasan lindung perairan

terhadap total luas perairan teritorial

Dinlutkan

Target 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015.

7.7 Proporsi rumah tangga dengan akses

berkelanjutan terhadap air minum layak

Dincipkataru Bapermasdes Dinkes

Perkotaan Perdesaan

7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar yang layak

Dincipkataru Bapermasdes Dinkes

Target 7D : Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

7.9 Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan Dincipkataru

Indikator dipergunakan sebagai tolok untuk menilai kemajuan, keseluruhan kinerja dan dampak program percepatan pencapaian target MDGs. Indikator


(2)

RAD MDGs Jawa Tengah 161

merupakan kunci sistim pemantauan dan evaluasi sehingga indikator-indikator kinerja yang ada harus dapat diverifikasi secara obyektif. Indikator pencapaian hasil menentukan :

a) Apakah kegiatan dan masukan program percepatan pencapaian target MDGs menghasilkan keluaran / output yang diharapkan,

b) Apakah keluaran atau hasil program percepatan pencapaian target MDGs mencapai maksud / manfaat program,

c) Apakah maksud / manfaat program ini memberikan sumbangan kepada tujuan keseluruhan program percepatan pencapaian target MDGs.


(3)

RAD MDGs Jawa Tengah 162 Diagram Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Implementasi RAD Percepatan Pencapaian Tujuan Pembagunan Millenium (MDGs) Jawa Tengah.

RAD Percepatan Pencapaian Tujuan

MDGs

Implementasi Progam dan Kegiatan Percepatan

Pencapaian Tujuan MDGs Pemantauan : Selama Pelaksanan Program

Penyempurnaan (on going) Implementasi Progam dan Kegiatan Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Rekomendasi Hasil Pemantauan Tolok ukur pemantauan : Target Ouput dan Outcome

Program Pemantau: - Pokja - Pimpinan SKPD - Pihak independen LSM/PT Evaluasi Periodik Setiap satu tahun dan akhir program Evaluator : - Pengarah - Pokja - Pihak independen LSM/PT Lainnya Tolok ukur evaluasi :

Indikator kinerja cpaaian MDGs setiap

tahun/akhir periode Program

Hasil

Implementasi Progam dan Kegiatan Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Sesuai dengan Target Capaian Kinerja

Rekomendasi Hasil Evaluasi Penyempurnaan Periodik

Implementasi Progam dan Kegiatan Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Laporan monitoring 3 bulanan Laporan Evaluasi Tahunan Laporan Evaluasi Akhir Program


(4)

RAD MDGs Jawa Tengah 163

BAB IV

PENUTUP

Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) Provinsi Jawa Tengah ini disusun sebagai salah satu bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mendukung tercapainya target-target MDGs di tingkat Nasional yang telah digambarkan dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia yang disusun oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional tahun 2010.

RAD Percepatan Pencapaian Target MDGs ini menjadi pedoman bagi seluruh stakeholder pembangunan di Jawa Tengah dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang disepakati secara global dalam target-target MDGs. Oleh karena itu RAD MDGs ini perlu diintergrasikan dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah baik dalam rencana jangka menengah yaitu RPJM-D dan Renstra SKPD maupun dalam jangka pendek (tahunan) yaitu dalam RKPD ataupun dalam Renja SKPD.

Terbitnya Inpres Nomor 3 Tahun 2010 mengamanatkan pentingnya kesadaran terhadap prinsip dasar (basic principle) tentang Tujuan Negara

sebagai tertuang dalam Pembukaan UUD Tahun 1945, yaitu: ‘memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan

keadilan sosial’. Oleh karena itu ada makna yang hakiki dan korelasi yang kuat antara tujuan Negara dengan Tujuan Pembangunan Millenium. Dengan demikian, kehadiran Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs menjadi penting dan strategis dalam konteks pengamalan amanah kontitusi.

Keberhasilan RAD Percepatan Pencapaian MDGs ini perlu didukung melalui sinergitas program dan pendanaan secara sinergis yang berasal dari Pemerintah (APBN) dan Pemerintah Daerah (APBD), meskipun tidak menutup kemungkinan dukungan pendanaan yang berasal swasta dan masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah dukungan komitmen DPRD sebagai wakil rakyat dalam hal


(5)

RAD MDGs Jawa Tengah 164 pengawalan program dan penganggaran guna mendukung keberhasilan implementasi RAD ini.

Pemerintah Kabupaten/Kota perlu merespon RAD ini dengan melakukan hal yang sama untuk menjamin implementasi dan mencapai target seperti yang diharapkan dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia.

Selain dukungan dalam hal pendanaan guna mendukung tercapainya target-target MDGs, upaya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi dan organisasi masyarakat yang lainnya, juga diperlukan untuk ikut melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program-program percepatan pencapaian target MDGs dalam koridor kewenangan dan peraturan yang berlaku.


(6)

(Dalam jutaan rupiah)

APBD APBN Sumber APBD APBN Sumber APBD APBN Sumber APBD APBN Sumber APBD APBN Sumber

Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 Menanggulangi Kemiskinan & 96.451 215.705 4.700.300 114.025 236.086 4.900.400 74.390 257.608 5.200.400 81.614 277.489 5.400.500 83.327 267.329 5.600.500 Kelaparan

2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk 394.009 33.366.846 - 396.946 3.405.332 - 402.941 3.451.208 - 403.956 3.489.988 - 411.749 3.537.142 -Semua

3 Mendorong Kesetaraan Gender & 3.836 1.252 - 5.520 1.754 - 7.358 2.256 - 9.120 2.758 - 7.474 3.260 -Pemberdayaan Perempuan

4 Menurunkan angka Kematian Anak 3.148 13.007 - 4.885 17.094 - 6.576 19876 - 6.743 22.555 - 4.398 21.939

-5 Meningkatkan Kesehatan Ibu 7.451 99.824 - 14.248 346.257 - 16.318 439.870 - 14.278 466.534 - 14.276 498.547

-6 Memerangi HIV/AIDS, Malaria & Pen 6.526 1.184 2.352 15.752 15.223 3.677 16.696 12.757 3.677 16.545 11.200 2.885 16.582 8.640 2.193 Menular Lainnya

7 Memastikan Kelestarian 69.274 1.170.588 - 145.463 1.185.079 - 171.760 1.224.987 - 186.719 1.268.833 - 196.648 1.317.046 -Lingkungan Hidup

J U M L A H 580.695 34.868.406 4.702.652 696.839 5.206.825 4.904.077 696.039 5.408.562 5.204.077 718.975 5.539.357 5.403.385 734.454 5.653.903 5.602.693 REKAPITULASI KEBUTUHAN ANGGARAN PENCAPAIAN TARGET MDGs SELAMA 5 (LIMA) TAHUN =

1. APBN = Rp. 56,67 TRILYUN

2 APBD = Rp. 3,42 TRILYUN

3. SUMBER LAINNYA = Rp. 25,81 TRILYUN

(PARTISIPASI MASY, CSR, BLN, PERBANKAN)

TOTAL GOALS 1 - 7 = Rp. 85,90 TRILYUN

REKAPITULASI PAGU INDIKATIF ANGGARAN PENCAPAIAN TARGET MDGs

2015

TUJUAN (GOALS) MDGS 2011 2012 2013 2014

TAHUN 2011 - 2015 NO