8 dibandingkan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang lebih baik adalah
metode yang dapat menumbuhkan kegiatan kegiatan belajar siswa Metode pembelajaran merupakan pola kegiatan yang berurutan yang
diterapakan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar yang diinginkan. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan. kekurangan suatu metode dapat ditutup oleh metode mengajar yang lain sehingga guru dapat mengkombinasikan beberapa metode dalam melakukan
proses pembelajaran.
D. Metode Inkuiri
Metode Inkuiri menurut Nurhadi 2004: 122 adalah pembelajaran dengan penemuan inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif dengan konsep- konsep dan prinsip- prinsip serta dorongan siswa
untuk memiliki
pengalaman dan
melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip- prinsip untuk diri mereka.
Pada era milenium dan pasar pendidikan yang mengglobal ini, pendidikan merupakan sektor yang dianggap strategis. Kesenjangan antara dunia barat dan
timur, antara negara maju dan negara berkembang serta kesenjangan antara negara kapitalis dan non kapitalis merupakan pusat perhatian yang tak terelakkan.
Pada pasar bebas semua sektor harus segera mengembangkan diri termasuk di dalamnya sektor pendidikan. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan
semangat paradigma baru dari “
teacher centris
“ menuju kearah “ children
centris
” dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, yang menjadi pusat kegiatan pembelajaran bukanlah guru melainkan siswa yang berproses konstruktif
untuk membentuk pengalaman belajar. Hal ini mengandung pengertian perlunya strategi guru dalam memilih metode untuk mengaktifkan siswa dalam berproses
untuk pencarian dan perubahan tingkah laku yang berupa hasil belajar. Dari hasil penelitian dan kajian para ahli pendidikan diketahui bahwa
dengan pemilihan metode yang tepat sesuai karakteristik mata pelajaran dan topik materi akan berdampak pada tingkat penguasaan materi, meningkatkan keaktifan
siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa karena pengalaman belajar yang dibentuk dari proses belajar .
9
E. Hasil Belajar
Sebagaimana diuraikan penulis pada bagian sebelumya bahwa hasil pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 15 Muntok pada pembelajaran
sebelumya prestasi belajar yang diperoleh siswa tidak tuntas secara klasikal berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan pada awal tahun
pelajaran. Indikasi yang tampak yaitu siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar, kurang bergairah dalam belajar, proses belajar mengajar masih
didominasi oleh guru, perolehan hasil belajar berupa nilai evaluasi yang masih rendah. Kesan yang tertangkap secara umum adalah siswa kurang termotivasi
pada pelajaran IPA Berawal dari persoalan seperti inilah penulis mencoba mengangkat suatu
permasalah agar hasil belajar pelajaran IPA pada siswa kelas V pada khususnya dapat meningkat secara signifikan dengan mengambil referensi mengenai
penggunaan pendekatan inkuiri dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 15 Muntok semester I pada tahun pelajaran 2013 2014.
Asumsi penulis kemukakan bahwa pendekatan inkuiri yang dipilih karena keterbatasan media pembelajaran, agar pembelajaran lebih dapat menarik siswa,
mengaktifkan siswa, mengatasi verbalisme. Asumsi yang kedua adalah sebuah teori Piaget Piaget dalam dahar,1996
dalam pandangan konstruktivisme yang menyatakan pengetahuan tentang konsep, teori, postulat, hukum, materi tidak dapt dipindahkan secara utuh dari pikiran guru
ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi
aktif dari siswa. Hal ini artinya siswa dalam memperoleh pengalaman belajar sangat dibutuhkan sebuah proses konstruksi pengalaman langsung yang pada
akhirnya proses pemerolehan pengalan belajar lebih bermakna dan bertahan dalam waktu yang cukup lama. Dengan demikian salah satu altenatif dalam
berkonstruktif itu adalah memilih pendekatan inkuiri dalam proses perbaikan pembelajaran.
10 Dengan memilih pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran, diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V SD Negeri 15 Muntok semester I pada tahun pelajaran 2013 2014.
11
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 15 Muntok, Bangka Barat, dengan subjek penelitian siswa kelas V yang berjumlah 30 orang.
Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 3 siklus perbaikan pada mata pelajaran IPA mulai tanggal 6 Oktober 2013 sampai dengan 20 Oktober 2013
dengan jadwal sebagai berikut :
No Tanggal Pelaksanaan
Perbaikan Siklus
Pokok Bahasan
1. 6 Oktober 2013
Siklus I Bagian- bagian tumbuhan
2. 13 Oktober 2013
Siklus II Bagian- bagian tumbuhan
3. 20 0ktober 2013
Siklus III Bagian- bagian tumbuhan
Fokus penelitian yang akan penulis laksanakan adalah pada mata pelajaran IPA dengan Standar Kompetensi Memahami hubungan antar struktur bagian
tumbuhan dengan fungsinya dan kompetensi dasar hubungan antara hewan dengan fungsinya.
Siswa kelas V SDN 15Muntok berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 20
siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. 3 siswa adalah siswa tinggal kelas dan 27 siswa adalah siswa kelas V baru. Tingkat kecerdasan siswa kelas V beragam
terdiri dari yang mempunyai kecerdasan tinggi, kecerdasan sedang, kecerdasan rendah. Walaupun penulis belum mengkategorikan tingkat intelegensi
berdasarkan hasil tes IQ. Keberagaman kecerdasan siswa kelas V dilatarbelakangi oleh status sosial ekonomi dan pendidikan orang tua.
Keberagaman status sosial ekonomi orang tua siswa kelas V SD Negeri 15 Muntok adalah : 15 siswa dari keluarga mapan , 10 siswa dari keluarga buruh
yang tingkat sosial ekonominya sedang, dan 5 siswa dari keluarga buruh
perantauan yang tingkat ekonominya tidak mampu.
12 Di samping hal itu, latar belakang pendidikan orang tua
orang tua siswa kelasV 50 dari 15 orang tua murid berlatar pendidikan tamat SLTA dan 30
berpendidikan sarjanasarjana muda, serta sisanya tamat pendidikan dasar.
B. Prosedur Penelitian Siklus I