Wawancara Teknik Pengumpulan Data

Metty Indah Purwanti, 2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUNDA DALAM PEMBELAJARAN PKN SEBAGAI PENGUAT KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Berdasarkan pendapat tersebut, jelas bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti. Dengan kata lain, yang menjadi instrument adalah peneliti itu sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang dipelajari jelas, dapat dikembangkan dalam bentuk suatu instrumen. Peneliti dapat terjun ke lapangan melakukan pengumpulan data, analisis, dan membuat kesimpulan. Menurut Lofland dalam Moleong 2010: hlm. 157 menyatakan bahwa: “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan yang lainnya ”. Dalam hal ini, terdapat dua jenis data: primer dan sekunder. Data primer seperti hasil wawancara dan survei yang berupa kata-kata atau tindakan dari orang yang diwawancarai dan diamati selama observasi penelitian di lapangan. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan siswa. Sumber data sekunder yaitu segala informasi tertulis seperti berbagai pendapat berkenaan dengan sistem dan proses implementasi nilai-nilai kearifan lokal Sunda pada pembelajaran PKn, baik berupa dokumen formal, dokumen pribadi ataupun selebaran yang diadakan oleh sekolah SMP Negeri 3 Purwakarta.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dapat didefinisikan sebagai percakapan yang menimbulkan komunikasi dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara peneliti yang mengajukan pertanyaan dan narasumber Metty Indah Purwanti, 2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUNDA DALAM PEMBELAJARAN PKN SEBAGAI PENGUAT KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebagai pihak yang diwawancarai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan siswa. Adapun menurut Esterberg 2002 dalam Sugiyono 2010: hlm. 317 menyatakan bahwa, “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Dapat dikatakan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman yang terstruktur mengenai permasalahan yang akan ditujukan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan siswa di sekolah SMP Negeri 3 Purwakarta. Sugiyono 2010: hlm. 194, wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit kecil. Dengan menggunakan teknik wawancara ini peneliti mendapatkan informasi dari semua responden dengan susunan kata dan urutan yang telah disesuaikan kepada setiap responden yang diwawancarai. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Mulyana 2002: hlm. 180 wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara yang bersifat terstruktur dan terbuka. Hal ini guna untuk memperoleh keterangan yang mendalam tentang fokus masalah yang akan diteliti di lapangan. Wawancara berlangsung secara alamiah dan pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan dalam penelitian bergantung pada spontanitas pewawancara dalam memperoleh data namun tetap berpedoman pada wawancara yang telah disusun sebelumnya. Alwasilah 2009: hlm. 154 mengemukakan bahwa melalui wawancara, peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam in depth information karena beberapa hal, antara lain: Metty Indah Purwanti, 2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUNDA DALAM PEMBELAJARAN PKN SEBAGAI PENGUAT KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. peneliti dapat menjelaskan atau memparafrase pertanyaan yang tidak dimengerti; 2. peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan; 3. responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan; 4. responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang. Wawancara merupakan bagian dari teknik pengumpulan data untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti, sehingga peneliti dapat menemukan informasi terhadap responden-responden yang lebih mendalam. Adapun menurut, Nasution 2003: hlm. 113 mengemukakan bahwa “wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh informasi”. Jadi dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang sedang terjadi, dimana hal tersebut tidak bisa ditemukan melalui observasi. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa teknik wawancara yang mendalam dapat memberikan data yang valid, sehingga peneliti mengetahui betul permasalahan yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden-responden yang akan ditelitinya. Dalam penelitian tentang implementasi nilai-nilai kearifan lokal Sunda dalam pembelajaran PKn sebagai penguat karakter siswa, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada: 1. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Purwakarta 2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan 3. Guru 4. Siswa SMP Negeri 3 Purwakarta

2. Observasi.