Makin tinggi kadar bahan berbahaya dalam satu batang rokok, maka makin besar kemungkinan seseorang menjadi sakit jika mengisap rokok tersebut. Karena
itulah dibanyak negara dibuat aturan agar pengusaha mencantumkan kadar tar, nikotin dan bahan berbahaya lainnya pada setiap bungkus rokok yang dijual
dipasaran. Masalahnya rokok di Indoneisa mempunyai kadar tar dan nikotin yang lebih tinggi dari pada rokok-rokok produksi luar negeri. Karena itu perlu
dilakukan upaya terus-menerus untuk menghasilkan rokok dengan kadar tar dan nikotin yang lebih rendah di Indonesia Aditama, 2011.
Setelah menghisap rokok bertahun-tahun perokok mungkin menderita sakit. Makin lama memiliki kebiasaan merokok maka makin besar kemungkinan
mendapat penyakit. Tentusaja ada juga pengaruh buruk yang segera timbul dari asap rokok. Penderita asma juga seringkali mengeluh sesak napas dan batuk-batuk
bila disebelahnya ada orang yang menghembuskan asap rokoknya. Tetapi secara umum, penyakit penyakit seperti kanker, jantung dan lain-lainnya akan diderita
setelah menghisap rokok selama 10-20 tahun.
2.1.2 Hubungan Asap Rokok dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Secara umum terdapat tiga faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi
pencemaran udar dalam rumah asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentarasi yang tinggi, ventilasi rumah dan
kepadatan hunian. Faktor individu anak meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku
Universitas Sumatera Utara
pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga masyarakat dengan menangani ISPA.
Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang seirus serta
akan menambah resiko kesakitan dari han toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan gangguan pernafasan terutama memperberat
timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar
memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi Depkes RI, 2002
Akibat gangguan asap rokok pada bayi antara lain adalah muntah, diare, kolik gangguan pada saluran pencernaan bayi, denyut jantung meningkat,
gangguan pernafasan pada bayi, infeksi paru-paru dan telinga, gangguan pertumbuhan. Paparan asap rokok berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada
balita dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok Hidayat, 2005. Analisis WHO, menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar
bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang dihisap oleh perokok tersebut asap
utama mainstream, dan asap yang keluar dari ujung rokok bagian yang terbakar dinamakan sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini
terbukti mengandung lebih banyak hasil pembakaran tembakau dibandingkan asap utama. Asap ini mengandung karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin
3 kali lipat, amonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat, nitrosamine sebagai penyebab
Universitas Sumatera Utara
kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan pada kadar asap utama WHO,2008.
2.1.3 Hubungan Frekuensi Merokok dengan Status Gizi Balita