Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

2. Tinggi badan Menurut Umur TBU Indikator TBU dipakai untuk mengukur status gizi balita umur 0-24 bulan yang pengukurannya dilakukan dengan terlentang tidak berdiri. Hasil pengukuran dapat digolongkan menjadi tinggi badan normal, kurang dan tinggi setelah dibandingkan dengan standar WHO. TBU kurang disebut pendek tidak sesuai dengan umur PTSU. Hasil pengukuran TBU menggambarkan status gizi masalalu, seorang yang tergolong PTSU kemungkinan keadaan gizi masalalu tidak baik. Indikator TBU dapat digunakan untuk menggambarkan riwayat keadaan gizi masalalu dan dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk. 3. Berat Badan Menurut Tinggi badan BBTB Indikator BBTB merupakan pengukuran antropometri yang dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Berat badan berkolerasi linier dengan tinggi badan, artinya perkembangan berat badan akan diikuti oleh pertumbuhan tinggi badan. Oleh karena itu, berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badan.

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah: 1. Penyebab langsung a. Asupan makanan Asupan makanan dapat mempengaruhi pola makan serta nafsu makan anak. Secara langsung asupan makan yang dikonsumsi anak dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini berarti zat-zat gizi yang Universitas Sumatera Utara terkandung didalam makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda Santoso,2008. b. Infeksi Infeksi merupakan masalah kesehatan yang penting pada anak-anak. Gizi kurang dan infeksi dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan tidak sehat dengan sanitasi buruk. Apabila anak-anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan gizi. Seseorang kekurangan gizi akan mudah terserang penyakit dan menyebabkan pertumbuhan terganggu Santoso, 2008. c. Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil dari pertumbuhan yang ditentukan salah satunya dengan status gizi. Faktor genetik antara lain termasuk sebagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Anak yang normal berbeda dengan anak yang memiliki kelainan genetik cacat Santoso, 2008. 2. Penyebab tidak Langsung a. Ekonomi Kondisi ekonomi keluarga seseorang sangat menentukan dalam penyedian pangan dan kualitas gizi. Apabila tingkat perekonomian seseorang baik maka status gizinya akan baik. Golongan ekonomi rendah cenderung lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan golongan menegah ke atas Achmadi, 2009. Keadaan ekonomi keluarga juga Universitas Sumatera Utara mempengaruhi tumbuh kembang anak dan status gizinya melalui kesiapan ekonomi keluarga dalam mengasuh anak. Kesiapan ekonomi keluarga antara lain tergantung kecilnya pendapatan keluarga dan pengeluaran keluarga Santoso, 2008. b. Pendapatan Orang Tua Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun hasil sendiri. Pendapatan sebagai faktor ekonomi mempunyai pengaruh terhadap konsumsi pangan. Jika pendapatan meningkat, proporsi pengeluaran terhadap total pengeluaran menurun tetapi pengeluaran absoluteuntuk makanan meningkat Santoso, 2008. c. Gaya Hidup Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat konsumsi zat gizi dan akhirnya mempengaruhi status gizi pada anakremaja. Gaya hidup juga dapat berkaitan langsung dengan status gizi. Gaya hidup meliputi kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi minuman keras, kebiasaan mengkonsumsi narkoba, pola aktivitas dan pola pergaulan d. Lingkungan Kondisi lingkungan harus benar-benar diperhatikan agar tidak mengganggu kesehatan. Sanitasi lingkungan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit yang dapat mempengaruhi keadaan status gizi anak Widaninggar, 2003. Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersedian air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah Universitas Sumatera Utara serta kebersihan peralatan makan yang digunakan pada setiap keluarga Soekirman, 2000.

2.4 Kerangka Teori

Dokumen yang terkait

Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

1 50 101

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Gambaran Penyediaan Pangan dan Status Gizi Balita pada Keluarga petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.

6 60 72

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

0 14 125

Gambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 17

Gambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 2

Gambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 6

Gambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 21

Gambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 4

Gambaran Status Gizi dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Keluarga Perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 17