serta kebersihan peralatan makan yang digunakan pada setiap keluarga Soekirman, 2000.
2.4 Kerangka Teori
Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang seirus serta
akan menambah resiko kesakitan dari han toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan gangguan pernafasan terutama memperberat
timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar
memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukkan oleh ibu bayi Depkes RI, 2002
Akibat ganguan asap rokok pada bayi antara lain adalah muntah, diare, kolik gangguan pada saluran pencernaan bayi, denyut jantung meningkat,
gagguan pernafasan pada bayi, infeksi paru-paru dan telinga, gangguan pertumbuhan Paparan asap rokok berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita
dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok Hidayat, 2005. Menurut penelitian Aginta 2011,sejumlah penelitian telah menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsumsi rokok maka semakin rendah nilai status gizi seseorang yang berarti kejadian status gizi kurang pada anakremaja semakin
tinggi. Penelitian lain menunjukkan bahwa indeks massa tubuh IMT pada seorang yang merokok lebih rendah daripada seorang yang bukan perokok, dan
tentunya berhubungan langsung dengan durasi tetapi intensitas tidak merokok dengan durasi yang lebih lama dikaitkan dengan IMT yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian di berbagai negara, termasuk Indonesia dan berbagai Publikasi ilmiah dalam Rosalina2006, dilaporkan faktor resiko yang
meningkatkan kejadian Morbiditas ISPA yaitu sebagai berikut: Host Pejamu: manusia yang keberadaanya dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, status ASI,
status gizi, berat badan lahir, status imunisasi, pemberian vitamin A dan pemberian makanan tambahan. Agent Infectous agent: faktor penyebab penyakit
tersebut meliputi bakteri, virus dan parasit Infection agent. Environment lingkungan: faktor diluar penderita yang akan mempengaruhi keberadaan host
yang terdiri dari lingkungan biologis, fisik dan sosial. Sebagai faktor lingkungan meliputi: Bakteri, virus dan parasit, polusi udara asap rokok dan dapur,
kepadatan tempat tinggal dan lain-lain. Berdasarkan model yang telah dikaji UNICEF, bahwa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung, yakni penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi individu yaitu
faktor makanan dan penyakit infeksi dan keduanya saling mempengaruhi. Penyakit infeksi seperti diare dan ISPA Infeksi Salurat Pernafasan Akut
mengakibatkan asupan zat gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik. Faktor penyebab tidak langsung adalah sanitasi dan penyediaan air bersih, kebiasaan cuci
tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak merokok didalam ruangan. Selanjutnya ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan pola asuh dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan keluarga DepKes RI, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa teori dari hasil-hasil terdahulu. Adapun kerangka
teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber:Depkes RI, 2002, Depkes RI, 2011,
Hidayat, 2005, Rosalina, 2006, Aginta,2011
Status Merokok Keluarga
Paparan Asap Rokok
Jumlah Batang Rokok
ISPA
Status Gizi
Penyebab Langsung: a.
Asupan makan b.
Infeksi c.
Genetik Penyebab Tidak Langsung:
a. Ekonomi
b. Pendapatan
keluarga c.
Gaya hidup d.
Lingkungan Penyebab Langsung:
a. Status gizi
b. Status ASI
c. BBL
Penyebab Tidak Langsung : a.
Asap rokok b.
Asap dapur c.
Kepadatan Hunian d.
Status Imunisasi e.
Vitamin A f.
Pemberian Makanan Tambahan
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep