17
pengambilan obat, memberi informasi dan pengetahuan tentang penyakit diabetes secara teratur dan terstruktur pemantauan status kesehatan secara intensif serta
adanya kegiatan kunjungan rumah home visitbagi peserta PROLANIS, 2010. Kunjungan rumah diberlakukan untuk pemberian informasiedukasi
kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga. Sehingga pengobatan terhadap pasien dapat terus dijalankan jika pasien tidak dapat hadir
pada waktu yang telah ditentukan untuk penanganan penyakitnya Dokter akan memantau kepatuhan pasien terhadap program pengelolaan
penyakit kronis ini untuk mengetahui apakah pasien benar-benar melakukan apa yang direncanakan. Komitmen peserta dalam mengikuti Prolanis juga merupakan
hal yang sangat penting. Peserta diharapkan mengikuti segala ketentuan pengobatan yang telah direncanakan, karena jika tidak ada komitmen dari pasien
maka program ini akan gagal. Dengan adanya Prolanis, target peningkatan status kesehatan,pengetahuan,
kemampuan, dan kesadaran peserta dalam rangka pemeliharaan kesehatan secara mandiri dapat terwujud secara maksimal. Target ini juga didasarkan pada panduan
klinis yang berlaku. Indikator keberhasilan program ini adalah terwujudnya Profil Kesehatan Peserta melalui pemantauan berkesinambungan terhadap peserta.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prevalensi Diabetes Mellits DM meningkat di seluruh dunia dan banyak negara sedang mengimbangi kecepatan peningkatan ini.
Saat ini, ada 382 juta orang yang hidup dengan diabetes. Lebih dari 316 juta dengan gangguan toleransi
glukosa berisiko tinggi untuk terjadinya penyakit ini-jumlah yang dikhawatirkan akan mencapai 592 juta pada tahun 2035. Data-data dari IDF International
Diabetes Foundation Diabetes Atlas menyebutkan bahwa 80 dari penderita diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah, menengah, dan kurang
beruntung secara sosial di negara yang paling rentan terhadap penyakit. Faktor gaya hidup berperan penting dalam peningkatan kejadian DM IDF, 2013.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Indonesia tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun
sebesar 6,9 yang mana prevalensi DM yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya 2.1 selebihnya adalah DM yang tidak terdiagnosis. Proporsi DM pada
perempuan cenderung lebih tinggi, tetapi berdasarkan tempat hampir sama antara proporsi DM di perkotaan 6,8 dan pedesaan 7,0. Penderita terbanyak
berada pada umur 55-75 tahun. Prevalensi DM yang terdiagnosis di Sumatera Utara adalah 2,3 lebih tinggi dari rerata nasional, sementara di Kota Medan
prevalensi DM sebanyak 1,5 Kementerian Kesehatan RI, 2013. Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting.
Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM,
akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha penatalaksanaan DM PERKENI,2011.
Berdasarkan prevalensi DM yang tinggi maka berbagai Negara mengembangkan program pencegahan diabetes antara lain Diabetes Prevention