Definisi Faktor Risiko Diabetes Mellitus

7 berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pria yang menderita diabetes Mellitus lebih tinggi dibandingkan wanita, sementara penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita yang menderita diabetes Mellitus lebih tinggi dibandingkan pria Chukwu, et al, 2013. c. Bangsa dan Etnik d. Riwayat keluarga e. Riwayat kelahiran bayi Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi 4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional DMG. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal PERKENI, 2011. 2. Faktor yang dapat dimodifikasi a. Obesitas Obesitas merupakan faktor predisposisi terjadinya resistensi insulin. Pada resistensi insulin, hormone sensitive lipase di jaringan adiposa menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adiposa akan meningkat. Hal tersebut akan mengakibatkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah dan sebagian digunakan sebagai sumber energi dan sebagian lagi dibawa ke hati, dimana di hati digunakan sebagai bahan pembuatan trigliserid. Di hati asam lemak bebas diubah menjadi trigliserid dan juga mejadi bagian dari VLDL. VLDL pada keadaan resistensi insulin ini akan kaya trigliserid. Oleh sebab itu pada keadaan resistensi insulin terjadi kelainan profil lipid serum, dimana terjadi peningkatan trigliserid, penurunan HDL, serta peningkatan small dense LDL Kartika P dan Suhartono, 2013. b. Aktifitas fisik yang kurang c. Hipertensi Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistole 140 mmHg atau tekanan darah diastole 90 mmHg. Hipertensi dapat menimbulkan berbagai penyakit yaitu stroke, penyakit jantung koroner, 8 gangguan fungsi ginjal, gangguan penglihatan. Namun, hipertensi juga dapat menimbulkan resistensi insulin dan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes mellitus PERKENI,2011. d. Stres atau depresi e. Gaya hidup yang tidak sehat Gaya hidup sekarang yang lebih cenderung menyukai makanan siap saji atau makanan yang tinggi kalori, karbohidrat, dan lemak serta gaya hidup dengan kegiatan yang sifatnya praktis, cepat, dan menyenangkan untuk diperoleh mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak karena tidak adanya aktivas yang mengurai lemak.

2.1.4. Penegakan Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh whole blood, vena, ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer PERKENI, 2011. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini: 1. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. 2. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita PERKENI,2011. 9 Tabel 2.2. Kriteria Diagnosis DM Diagnosis Diabetes Mellitus 1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mgdL 11,1 mmolL Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Atau 2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mgdL 7.0 mmolL Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau 3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mgdL 11,1 mmolL TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. Pemeriksaan HbA1c 6.5 oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik. Sumber: PERKENI, 2011

2.2. Program Pengelolaan Diabetes Mellitus

Empat pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik, dan edukasi. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan rendah tentang pengelolaan DM berisiko kadar glukosa darahnya tidak terkendali 2,34 kali dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup. Tujuan utama pengelolaan DM adalah mengatur kadar glukosa dalam batas normal guna mengurangi gejala dan mencegah komplikasi DM. Arifin 2011 mengatakan bahwa hal yang mendasar dalam pengelolaan DM, terutama DM tipe 2 adalah perubahan pola hidup, meliputi pola makan yang baik dan olahraga teratur Putri, Yudianto, dan Kurniawan, 2013.

2.2.1. Perencanaan Makan

Perancanaan makan pada pasien diabetes Mellitus dengan melakukan terapi gizi medis, pemilihan jenis makanan serta perhitungan jumlah kalori. Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi yang sangat 10 direkomendasikan bagi penyandang diabetes diabetesi. Terapi gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasari pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual Yunir Soebardi, 2009. Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin PERKENI,2011. Adapun tujuan dari terapi gizi medis ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan: 1. Kadar glukosa darah mendekati normal, a. Glukosa puasa berkisar 90-130 mgdl b. Glukosa darah 2 jam setelah makan 180 mgdl c. Kadar A1c 7 2. Tekanan darah 13080 mmHg 3. Profil lipid: a. Kolesterol LDL 100 mgdl b. Kolesterol HDL 40 mgdl c. Trigliserida 150 mgdl 4. Berat badan senormal mungkin Yunir Soebardi, 2009. Adanya serat sayur, buah dan kacangan memperlambat absorbsi glukosa, sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan gula darah, makanan yang cepat dirombak dan juga cepat diserap dapat meningkatkan kadar gula darah, sedangkan makanan yang lambat dirombak dan lambat diserap masuk ke aliran darah menurunkan gula darah Almatsier, 2006. Sebagai sumber energi, karbohidrat yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh lebih dari 55-65 dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70 jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal. Pada setiap gram karbohidrat terdapat kandungan energi sebesar 4 11 kilokalori. Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15 dari total kalori perhari. Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalorigram Yunir Soebardi, 2009. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKENI dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes Mellitus tipe 2 kebutuhan bahan makanan dinyatakan sebagai berikut: 1. Karbohidrat a. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 total asupan energi. b. Pembatasan karbohidrat total 130 ghari tidak dianjurkan c. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi. d. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain e. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5 total asupan energi. f. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian Accepted Daily Intake g. Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari. 2. Lemak a. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25 kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan melebihi 30 total asupan energi. b. Lemak jenuh 7 kebutuhan kalori c. Lemak tidak jenuh ganda 10 , selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. d. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh whole milk. e. Anjuran konsumsi kolesterol 200 mghari. 3. Protein a. Dibutuhkan sebesar 10 – 20 total asupan energi.

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus Di Rsup H. Adam Malik, Medan

1 79 67

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan Obat Antidiabetes Oral Terhadap Hasil Terapi di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

1 45 99

Pengaruh Edukasi Diabetes Mellitus Prolanis terhadap Perubahan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kabupaten Karanganyar.

2 4 11

Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015

0 0 12

Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015

1 3 2

Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015

0 1 3

Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015

1 1 14

Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015

0 1 17

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2015

0 0 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIABETES MELLITUS DENGAN PERILAKU GAYA HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI PUSKESMAS PRAMBANAN KLATEN

0 0 17