36
Berdasarkan tabel 5.10. diketahui bahwa pasien yang rutin berobat ke Puskesmas Teladan sebanyak 51 orang 76,1 sedangkan yang tidak rutin
sebanyak 16 orang 23,9. Hal ini menunjukkan sudah mengertinya pasien tentang pentingnya berobat dan mengontrol penyakit ini walaupun seringnya
kunjungan untuk berobat ini berbeda-beda pada setiap pasien. Menurut Rahmadiliyani Muhlisin 2008 jika pengetahuan tentang penyakit diabetes
Mellitus baik akan mempengaruhi tindakan penderita dalam mengontrol kadar gula darah. Sehingga rutinitas pasien dalam berobat akan menjadi tinggi.
Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa pasien yang menjadi peserta prolanis di Puskesmas Teladan memiliki pengetahuan mengenai Prolanis yang
baik sebanyak 26 orang 59,1 sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan mengenai Prolanis kurang sebanyak 18 orang 40,9.
Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memilki pengetahuan kurang sebanyak 23 orang 100,0 dan tidak ada yang memiliki pengetahuan baik. Pada
penelitian ini didapatkan nilai p0,05 p=0,000, hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan mengenai
prolanis. Hal ini dapat terjadi karena angka kunjungan peserta yang sedikit sehingga pengetahuan mengenai prolanis dapat menjadi kurang walaupun
termasuk kedalam kepesertaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Idris 2014 terjadi peningkatan jumlah peserta program yang terdaftar tetapi jumlah
kunjungan peserta justru sebaliknya mengalami penurunan. Selain rendahnya kunjungan peserta, pencapaian indikator kesehatan juga beragam. Beberapa
kemungkinan penyebabnya adalah belum terbentuknya kemandirian peserta untuk hidup sehat, lemahnya sistem dukungan yang seharusnya diberikan melalui klub
DM, serta peranan fasilitas kesehatan yang belum optimal. Untuk tabel 5.12. dapat dilihat bahwa pasien yang menjadi peserta prolanis
di Puskesmas Teladan memiliki pengetahuan mengenai DM yang baik sebanyak 41 orang 93,2 sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 3 orang 6,8. Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan mengenai DM kurang sebanyak 12 orang 52,2
dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 orang 47,8. Pada penelitian
37
ini didapatkan nilai p0,05 p=0,000, hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai diabetes
Mellitus.Tingginya pengetahuan mengenai DM pada pasien prolanis dapat terjadi karena salah satu program prolanis adalah penyuluhan dan pemberian
pengetahuan tentang penyakit kronis yang salah satunya adalah DM sehingga mudah bagi pasien ketika ditanya mengenai DM.
38
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pasien DM yang tercatat di Puskesmas Teladan berjumlah 160 orang dan yang menjadi peserta Prolanis tercatat sebanyak 100 orang.
2. Jumlah pasien DM yang menjadi peserta prolanis sebanyak 44 orang 65,7.
3. Pasien DM yang memiliki pengetahuan mengenai prolanis dengan kategori baik sebanyak 26 orang 38,8 dan yang memiliki kategori
kurang sebanyak 41 orang 61,2. 4. Pasien DM yang memiliki pengetahuan mengenai DM dengan kategori
baik sebanyak 52 orang 77,6 sedangkan yang memiliki kategori kurang sebanyak 15 orang 22,4.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai Prolanis dengan nilai p0,05 p=0,000.
6. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus dengan nilai p0,05 p=0,000.
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu :
1. Bagi pihak Puskesmas disarankan perbaikan terhadap keberlangsungan program prolanis agar jumlah peserta dapat terus meningkat diikuti dengan
kunjungan peserta yang ikut meningkat. Diharapkan kepada pihak puskesmas untuk membagikan dan memastikan buku prolanis dibawa oleh
39
pasien agar setiap tindakan dan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien dapat dicatat dan dapat dilihat perubahannya selama mengikuti
Prolanis. 2. Bagi tenaga medis bisa melakukan promosi mengenai program ini.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Mellitus
2.1.1. Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif
Riskesdas, 2013. Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan prevalensi
sebesar 1,5-2,3 pada penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado didapatkan prevalensi 6,1 . Penelitian di Jakarta pada
tahun 1993 menunjukkan prevalensi 5,7 . Oleh karena itu antisipasi untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya ledakan pasien DM ini harus sudah
dimulai dari sekarang Bahri dan Hiswani,2005.
2.1.2. Klasifikasi
Diabetes terdiri atas berbagai macam tipe, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe lain, diabetes gestasional
diabetes selama masa kehamilan yang diuraikan pada uraian berikut:
1. Tipe 1 adalah hiperglikemia disebabkan karena reaksi otoimun. Yang mana system pertahanan tubuh dirusak oleh sel yang memprodukasi insulin,
sehingga tubuh tidak bisa lagi memproduksi insulin. Penyakit ini bisa terjadi disegala usia tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Penderita
tipe ini membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol kadar
5
gula dalam darah. Penderita tipe ini akan meninggal bila tidak diberikan suntikan insulin Martha, 2012.
2. Tipe 2 merupakan tipe paling banyak kasus pada diabetes. Biasanya muncul
pada usai dewasa, namun belakangan ini kasus diabetes tipe 2 pada anak-anak dan dewasa muda meningkat. Pada tipe 2 tubuh mampu memproduksi insulin
namun antara jumlahnya yang tidak mencukupi atau tubuh tidak memberikan respon sehingga gula dalam darah meningkat. Penderita tipe 2 mungkin tidak
menyadari akan penyakit ini, karena gejala bisa dikenali setelah sekian waktu. Selama waktu itu tubuh sudah rusak oleh tingginya gula darah. Kebanyakan
penderita didiagnosis diabetes setelah mengalami beberapa kerusakan organ Martha, 2012.
3. Tipe Gestasional adalah diabetes yang terjadi selama masa kehamilan dimana
sebelumnya tidak pernah didiagnosis dengan diabetes Mellitus dan akan hilang setelah enam minggu pasca melahirkan. Wanita yang pernah menderita
diabetes gestasional 40-60 dalam 5-10 tahun akan menjadi diabetes Mellitus tipe 2 Martha, 2012. GDM meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya
hipoglikemia, ikterus, polisitemia dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomia. Kasus GDM kira-kira 3-5 dari ibu hamil dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di
kehamilan berikutnya Kardika, Herawati, dan Yasa, 2013. 4. Tipe lainnya yakni individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik
kelainan genetik fungsi sel beta, endokrinopati penyakit Cushing’s,
akromegali , penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta dilantin,
penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin b-adrenergik dan infeksi atau sindroma genetik
Down’s, Klinefelter’s Kardika, Herawati, dan Yasa, 2013.