14
2.3. Skizofrenia 2.3.1. Pengertian
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni keretakan, perpecahan antara proses pikir,
afekemosi, kemauan dan psikomotor disertai distoris kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi
Herman, A, 2011. Skizofrenia adalah sebuah sindrom kompleks yang dapat menimbulkan efek merusak kepada diri sendiri atau kepada orang lain Pieter,
2011. Menurut Davison 2006, skizofrenia adalah gangguan psikotik yang
ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran yang datar atau tidak sesuai dan berbagai
gangguan aktivitas motorik. Menurut Eugen Bleuer dalam Mark Durand dan David H.Barlow, 2007, mengatakan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikotik
yang ditandai dengan pikiran yang terpecah Split yang mendasari perilaku menyimpang tidak lazim, seperti asosiative spliting dalam fungsi
–fungsi dasar kepribadiannya.Penderita skizofrenia kerap kali menunjukkan kesulitan dalam
menjaga konsistensi jalan pikirannya. Definisi skizofrenia menurut Mark Durand dan David H. Barlow 2007,
skizofrenia ialah gangguan psikotik yang bersifat merusak yang malibatkan gangguan berpikir delusi, persepsi halusinasi, pembicaraan, emosi, dan
perilaku. Sedangkan menurut Melinda Hermann 2008, skizofreni sebagai
Universitas Sumatera Utara
15
penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi,dan perilaku sosialnya.
2.3.2. Etiologi
Menurut Videbeck 2008, faktor penyebab skizofrenia adalah: a.
Faktor Genetik Kebanyakan penelitian genetik berfokus pada keluarga terdekat,
seperti orang tua, saudara kandung, dan cucu-cucu untuk melihat apakah skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara genetik.
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar yang menunjukkan bahw kembar identik berisiko mengalami
gangguan ini sebesar 50, sedangkan kembar fraternal berisiko hanya 15. Hal ini mengindikasikan bahwa skizofrenia sedikit diturunkan.
Penelitian penting lain menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki satu orang tua biologis penderita skizofrenia memiliki risiko 15;
angka ini meningkat sampai 35 jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia.
b. Faktor Neuronatomi dan Neurokimia
Penelitian menunjukkan bahwa individu penderrita skizofrenia memiliki jaringan otak yang relatif lebih sedikit, hal ini dapat
memperlihatkan suatu kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya. Riset secara konsisten menunjukkan penurunan
volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporal dan frontal individu penderita skizofrenia.
Universitas Sumatera Utara
16
Penelitian neurokimia secara konsisten memperlihatkan adanya perubahan sistem neurotransmiter otak pada individu penderita
skizofrenia. Tampaknya terjadi malfungsi pada jaringan neuron yang mentransmisikan informasi berupa sinyal-sinyal listrik dari sel saraf
melalui aksonnya dan melewati sinaps ke reseptor pascasinaptik di sel- sel saraf yang lain.
c. Faktor Imunovirologi
Perubahan patologi otak pada individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajanan virus, atau respons imun tubuh terhadap virus
dapat mengubah fisiologi otak.
2.3.3. Jenis - Jenis Skizofrenia
Menurut Videbeck 2008, klasifikasi tipe skizofrenia dikelompokkan atas lima bagian, yaitu :
1 Skizofrenia Tipe Paranoid
Skizofrenia tipe paranoid ditandai dengan waham kejar rasa menjadi korban atau di mata-matai atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-
kadang keagamaan yang berlebihan fokus waham agama, atau perilaku agresif dan bermusuhan.
2 Skizofrenia Tipe Disorganisasi
Skizofrenia tipe tidak terorganisasi ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar,
dan disorganisasi perilaku yang ekstern.
Universitas Sumatera Utara
17
3 Skizofrenia Tipe Katatonik
Skizofrenia tipe katatonik ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang
berlebihan, negativism yang ekstrem, mutisme, gerakan volunteer yang aneh, ekolalia, atau ekopraksia. Imobilitas motorik dapat terlihat berupa
katalepsi flexibilitas cerea atau stupor. Aktivitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhioleh stimulus eksternal.
4 Skizofrenia Tipe Tak Terbedakan
Skizofrenia tipe tak terbedakan ditandai dengan gejala-gejala skizofrenia campuran atau tipe lain disertai tipe gangguan pikiran, afek,
dan perilaku. 5
Skizofrenia Tipe Residual Skizofrenia tipe residual ditandai dengan setidaknya satu episode
skizofrenia sebelumnya, tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari masyarakat, afek datar, serta asosiasi longgar.
2.3.4. Gejala Umum Skizofrenia
Gejala-gejala skizofrenia tidak semuanya menunjukkan gejala-gejala yang sama jenisnya. Setiap gejala-gejala skizofrenia bervariasi dari satu orang ke orang
lain. Di dalam Pieter 2011, gejala-gejala yang lazim dari penderita skizofrenia yaitu :
Universitas Sumatera Utara
18
1 Delusi
Delusi adalah keyakinan yang oleh kebanyakan orang atau anggota masyarakat sebagai misinterpretation terhadap realitas dari pengalaman atau
persepsi. Seringkali waham terjadi dalam bentuk penyiaran pikiran, yaitu mereka percaya bahwa pikiran pribadinya telah disiarkan ke dunia luar.
Selain itu juga, mereka sering kali percaya bahwa perasaan, pikiran dan tindakan bukan dilakukannya, tetapi digerakkan oleh kekuatan-kekuatan
eksternal. Delusi penderita skizofrenia kerap kali berupa keyakinan yang tidak
realistis, ganjil, dan tidak dimiliki orang lain. Jenis-jenis tema delusi skizofrenia antara lain :
a. Delusi kejar, adalah keyakinan bahwa dia sedang diikuti, dikelabui,
dan disiksa ataupun dibuat sebagai bahan ejekan. b.
Waham referensial, adalah keyakinan pada kabar, pernyataan artikel, mass media atau berita yang didengar penderitanya sebagai
pernyataan buruk atas keberadaan dirinya. c.
Waham kebesaran, adalah suatu keyakinan bahwa dirinya memiliki kekuatan yang lebih, terkenal, berkuasa, dan dia cenderung
membesar-besarkan dirinya. d.
Waham somatik, adalah keyakinan bahwa pada bagian- bagian tubuhnya berpenyakitan yang sebenarnya tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
19
e. Delusi kontrol atau pengaruh, adalah keyakinan penderita
skizofrenia bahwa ada orang lain yang menguasai atau mengontrol kekuatan, pikiran, perasaan, dan tindakannya.
f. Delusi keterhubungan, adalah keyakinan penderita skizofrenia
bahwa dia berhubungan dengan sesuatu hal atau peristiwa yang sebenarnya hal ini tidak ada kaitannya.
g. Delusi persekusi, adalah keyakinan penderita skizofrenia bahwa
dirinya telah tersaingi oleh kekuatan-kekuatan lain. h.
Delusi nihilisme, adalah keyakinan penderita skizofrenia bahwa semua orang di dunia ini sudah mati dan kembali kepada
rohkematian. i.
Capgras syndrome , adalah keyakinan penderita skizofrenia bahwa
orang lain telah menggantikan keberadaan dirinya. j.
Cortad syndrome, adalah keyakinan penderita skizofrenia bahwa
ada bagian tubuhnya telah mengalami perubahan yang musykil. 2
Halusinasi Halusinasi ialah suatu pengalaman pada suatu kejadian sensoris tanpa
ada input dari lingkungan sekitarnya. Mark Durrand dan David H. Barlow 2007, mendeskripsikan halusinasi adalah suatu penghayatan kepada
kejadian-kejadian yang tidak mendasar pada kejadian eksternal. Halusinasi bisa terjadi pada pendengaran, penglihatan, ataupun penciuman.
Universitas Sumatera Utara
20
Penderita skizofrenia kerap kali mengalami halusinasi pendengaran, seperti mendengarkan suara-suara orang meninggal. Selain itu juga
penderita skizofrenia sering mengalami halusinasi penglihatan dan pendengaran terhadap orang terdekat yang sudah meninggal. Ketika
penderita skizofrenia mengalami halusinasi pendengaran, mereka sering mendengarkan suara-suara aneh yang dianggapnya sesuatu yang terpisah
dengan alam pikirannya. Suara-suara aneh ini sering memerintahnya untuk melakukan tindakan yang mencederai dirinya atau orang lain.
3 Pembicaraan Disorganisasi
Pola pembicaraan penderita skizofrenia ditandai dengan pembicaraan disorganisasi
ketidakteraturan pembicaraan.
Ciri-ciri pembicaraan
disorganisasi yaitu : a.
Topik pembicaraan yang melompat-lompat dari topik. b.
Pembicaraan yang serampangan dan kehilangan asosiasi. c.
Pembicaraan yang tidak berhubungan dengan topik. d.
Neologisme menciptakan kata atau kalimat yang aneh-aneh.
e. Tidak menjawab pertanyaan dan memberikan jawaban yang
menyimpang dari pertanyaan atau clanging berbicara dengan kata dan kalimat yang tidak dapat dimengerti.
4 Timbulnya Masalah-masalah Perilaku
Pengulangan sikap motorik tertentu, seperti menggosok-gosok kepala, meremas-remas, atau merobek-robek pakaian dalam situasi tertentu
merupakan bentuk perilaku abnormal dari penderita skizofrenia.
Universitas Sumatera Utara
21
Tindakannya tanpa tujuan dan berulang-ulang, atau sebaliknya pula penderita skizofrenia sama sekali tidak melakukan gerakan hingga mereka
mencapai tahap catatonic stupor tidak melakukan apapun dan tidak bergerak sama sekali dalam kurun waktu yang lama.
Masalah-masalah perilaku
yang ditunjukkan
para penderita
skizofrenia yaitu : a.
Bergerak dengan kegaduhan. b.
Agitasi liar dan imobilitas katatonik. c.
Wally flexibelity mempertahankan sikap tubuh pada posisi yang
sama ketika orang lain berusaha menggerakkannya. d.
Cara berpakaian yang tak jelas dan tak pas pada situasinya. e.
Afek yang tidak pas pada situasi. f.
Tidak memperdulikan higienis personality. 5
Avolisi Avolisi adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai dan
mempertahankan berbagai macam kegiatan ataupun aktivitas. Biasanya penderita skizofrenia akan menunjukkan sikap yang apatis, tidak berminat
melakukan aktivitas dan tidak memedulikan masalah kesehatandan higienis pribadinya.
6 Alogia
Alogia berasal dari kata a tanpa dan logos kata, yakni ketiadaan pembicaraan. Penderita skizofrenia akan menunjukkan alogia dalam bentuk
jawaban pendek, terbatas, dan tidak tertarik untuk bercerita.
Universitas Sumatera Utara
22
7 Pendataran Afek
Kira-kira ¼ penderita skizofrenia mengalami pendataran afek. Pendataran afek penderita skizofrenia ditandai dengan ketiadaan emosi,
pandangan kosong, bicara datar tanpa ontonasi, tidak terpengaruh situasi lingkungan sekitarnya, dan tidak memiliki ekspresi wajah.
Ciri-ciri pendataran afeksi adalah gangguan mood suasana perasaan atau psikosis, yang ditandai pada perasaan bahagia yang luar biasa manic
elation atau perasaan sedih yang luar biasa manis depresisive. Penderita
memiliki perasaan tumpul, datar dan tidak tepat. Pengaruh tumpul ditandai dengan sedikitnya suasana emosi. Penderita tidak adanya ekspresi emosional
menurut situasi dan adanya anhedonia tanpa memperlihatkan ekspresi emosi.
8 Anhedonia
Penderita skizofrenia seringkali mengalami anhedonia. Anhedonia ialah ketiadaan perasaan senang bahagia yang ditandai dengan sikap tidak
peduli atas kegiatan kegiatan yang biasa dianggap menyenangkan, seperti tidak tertarik makan atau relasi seks.
9 Penarikan Diri dari Kehidupan Sosial
Seperti telah diuraikan diatas ciri-ciri umum skizofrenia ialah kondisi emosional yang tidak stabil dan kurangnya minat terhadap lingkungan
sosial, membuat para penderitanya selalu asik dengan pemikiran dirinya sendiri dan mereka secara berangsur-angsur mengurangi keterlibatan dengan
orang lain.
Universitas Sumatera Utara
23
Faktor-faktor penyebab skizofrenia tidak tertarik dalam hubungan sosial dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial adalah minimnya
atensi dan kegagalan menjalin komunikasi dan membina relasi personal. Kondisi ini menyebabkan penderitanya menjadi orang yang hipersensitif dan
orientasi pola berpikirnya berfokus pada dirinya sendiri.
2.3.5. Penanganan Skizofrenia
Menurut Herri Zan Pieter, dkk 2011, penanganan Skizofrenia terdiri dari sebagai berikut :
1 Penanganan Psikologis
Secara umum langkah-langkah penanganan psikologis yang dapat diambil ialah membantu klien dan keluarganya memahami jenis penyakit
skizofreniadan faktor-faktor pencetusnya, apakah akibat kejadian traumatis, sikap permusuhan, menyediakan sumber daya untuk mengahdapi tantangan
emosional, dan mengajarkan keterampilan komuniksai kepada klien dan anggota keluarganya.
2 Terapi Perilaku
a. Ajarkan klien untuk memiliki rasa percaya diri.
b. Bantu klien untuk menghilangkan pola pikir salah , waham, dan
halusinasinya. c.
Bantu klien untuk untuk menghilangkan kecemasannya. d.
Fokuskan pada konsekuensi perilaku disfungsional dan cara-cara mengubahnya.
Universitas Sumatera Utara
24
e. Ajarkan klien untuk belajar dalam keterampilan sosial atau aktivitas
sehari-hari. f.
Ajarkan klien untuk berkomunikasi. g.
Ajarkan klien untuk memiliki ekspresi afeksi. h.
Gunakan sistem penghargaan untuk menguatkan perilaku yang diinginkan sesuai dengan hak-hak pribadinya.
3 Terapi Kelompok
a. Fokus pada keterampilan kehidupan sehari-hari.
b. Ajarkan cara-cara mengelola stresor lingkungan.
c. Ajari klien dalam membina hubungan interpersona.
d. Bantu klien untuk mengembangkan rasa percaya diri.
e. Berikan interaksi yang bersifat mendukung dan memberikan umpan
balik langsung kepada klien. f.
Menyediakan tempat bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya dan membicarakan masalah-masalahnya.
g. Hadirkan kesempatan untuk memberikan dan menerima dukungan
kepada klien. 4
Terapi Keluarga a.
Fokuskan pada peningkatan pengetahuan tentang struktur dan fungsi sistem keluarga.
b. Membantu keluarga untuk bisa bersikap mendukung dan merawat
penderita tanpa menjadi over protective. c.
Anjurkan kejujuran dalam mengekspresikan perasaan.
Universitas Sumatera Utara
25
d. Tingkatkan cara-cara efektif dalam mengatasi perasaan negatif dan
konflik keluarga. e.
Koreksi komunikasi yang tidak sesuai. f.
Tingkatkan kemampuan mengatasi gangguan jiwa kronis. g.
Klarifikasi pembatasan dan peran keluarga. h.
Diskusikan kebutuhan sosial dalam berbagai kesempatan. 5
Latihan Keterampilan Sosial Langkah-langkah yang dapat diambil yaitu :
a. Dapat dilakukan dengan membuat setting rumah sakit atau
lingkungan sosia, misalnya dengan memberikan suasana lingkungan yang nyaman, terstruktur, dan kondusif.
b. Mengajarkan keterampilan sosial, seperti mengurus diri sendiri,
mandi, dan makan. c.
Mengajarkan keterampilan vokasional kepada klien. d.
Dukung kemampuan klien dalam membuat keputusan. e.
Tingkatkan aktivitas-aktivitas yang mampu mengalihkan delusi atau halusinasi klien.
f. Tingkatkan pengontrolan terhadap perilaku agresivitasnya.
6 Penggunaan Obat-obatan
Memeberikan obat-obat neuroleptik yang dapat membantu klien dalam menjernihkan pikiran dan menghilangkan delusi dan halusinasi.
Terapi dengan pemakaian obat-obatan harus konsisten agar efektif. Dosis
Universitas Sumatera Utara
26
yang inkosisten akan memperberat gejala yang sudah ada dan menciptakan gejala psikotik yang baru.
Pada fase akut, obat fenotiazin diberikan dalam dosis besar, sering dengan ECT. Fenotiazin efektif mengurangi waham, halusinasi serta
gangguan pemikiran dan perilaku, tetapi kurang efektif dalam mengatasi gejala negatif seperti penumpulan emosi dan kehilangan kemauan. Harus
diberikan terapi pemeliharaan selama beberapa tahun, angka kekambuhan akan meninggi, sewaktu obat dicoba untuk dihentikan. Karena banyak
pasien gagal minum obat secara teratur, maka banyak dipakai preparat bersama kerja lama misal flufenazin dekanoat yang diberikan setiap dua
sampai empat minggu.
2.4. Kekambuhan Skizofrenia 2.4.1. Pengertian