9
2.1.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Sementara itu menurut Sarwono dalam Bahri 2008, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:
a. Perhatian. Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada di
sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu dua obyek saja.
b. Set. Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul.
c. Kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri
seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda, akan menyebabkan pula perbedaan
persepsi. d.
Sistem Nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.
e. Ciri Kepribadian. Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi.
f. Gangguan Kejiwaan. Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan
persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.
2.2. Keluarga 2.2.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
Universitas Sumatera Utara
10
anggota keluarga. Secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari kelompok masyarakat yang paling dasar,
tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan antar individu Friedman, 2010, dalam Suwardiman, 2011.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu
membentuk homeostatis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarganya dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota
keluarganya dari adanya gangguan-gangguan mental dan ketidaksetabilan emosional anggota keluarganya. Usaha kesehatan mental sebaiknya dan
seharusnya dimulai dari keluarga. Karena itu perhatian utama dalam kesehatan mental adalah menggarap keluarga agar dapat memberikan iklim yang kondusif
bagi anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan mental Notosoedirdjo dan Latipun, 2005, dalam Kurniawan, 2014.
2.2.2. Tipe Keluarga
Dalam Suprajitno 2004, Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1
Keluarga Inti Nuclear Familyadalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
Universitas Sumatera Utara
11
2 Keluarga besar Extended Family adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah kakek- nenek, paman-bibi.
Susman dalam Ali 2009, menguraikan beberapa bentuk keluarga, terdiri dari :
1 Keluarga inti. Keluarga inti terdiri dari suami pencari nafkah,
seorang ibu ibu rumah tangga dan anak-anak. Akhir-akhir ini ada kecenderungan keluarga inti tradisional bergeser menjadi bentuk
keluarga inti nontradisional. Kecendurungan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain suami-istri keduanya pekerjaberkarir dan
keluarga tanpa anak. 2
Keluarga besar tradisional. Keluarga besar tradisional adalah bentuk keluarga yang pasangan suami-istri sama-sama melakukan pengaturan
dan belanja rumah tangga dengan orang tua, sanak saudara dan kerabat lain dalam keluarga tersebut.
3 Keluarga dengan orang tua tunggal. Keluarga ini hanya memiliki satu
kepala rumah tangga, ayah atau ibu dudajandabelum menikah. Jumlah ibu remaja yang tidak menikah akhir-akhir ini cenderung
meningkat karena berbagai alasan antara lain kemiskinan dan pergaulan bebas melahirkan diluar pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
12
2.2.3. Fungsi Keluarga
Friedman dalam Ali 2009, membagi fungsi keluarga menjadi 5 yaitu : 1
Fungsi Afektif. Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan
psikososial. Anggota
keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan
baik dan penuh rasa kasih sayang. 2
Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu menghasilkan interaksi sosial dan individu tersebut
melaksanakan perannya
dalam lingkungan
sosial. Keluarga
merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya dan perilaku melalui
interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan didalam masyarakat.
3 Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia. 4
Fungsi ekonomi. Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain
5 Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan dan asuhan kesehatankeperawatan.
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.4. Tugas Keluarga
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan Friedman, 2010, dalam Nuraenah, 2012 yang meliputi :
a. Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan keluarga klien
dengan skizofrenia, keluarga perlu mengetahui peneyebab tanda-tanda klien kambuh.
b. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan
keperawatan yang tepat dalam mengatasi anggota keluarga dengan skizofrenia, menanyakan kepada orang yang lebih tahu.
c. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan merawat
anggota keluarga dengan riwayat skizofrenia. d.
Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di masyarakat.
e. Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.
Tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya dalam Efendi 2009, yaitu :
1 Mengenal masalah kesehatan
2 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4 Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
5 Memodifikasi lingkungan atau menciftakan suasana rumah yang sehat
Universitas Sumatera Utara
14
2.3. Skizofrenia 2.3.1. Pengertian