Abses Parafaring Abses Submandibula

peradangan berlanjut sampai mengenai laring dapat timbul stridor. Sumbatan ini dapat mengganggu resonansi suara sehingga terjadi perubahan suara. Pada dinding belakang faring tampak benjolan, biasanya unilateral. Mukosa terlihat bengkak dan hiperemis Fachruddin D, 2007. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat infeksi saluran napas bagian atas atau trauma,gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang foto rontgen jaringan lunak leher lateral. Pada foto rontgen akan tampak pelebaran ruang retrofaring lebih dari 7 mm pada dan dewasa serta pelebaran retrotrakeal lebih dari 14 mm pada anak dan lebih dari 22 mm pada orang dewasa Fachruddin D, 2007.

2.5.3 Abses Parafaring

Abses parafaring dapat terjadi setelah infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi, parotis, atau kelenjar limfatik. Pada banyak kasus abses parafaring merupakan perluasan dari abses leher dalam yang berdekatan seperti; abses peritonsil, abses submandibula, abses retrofaring maupun mastikator. Gejala abses parafaring berupa demam, trismus, nyeri tenggorok, odinofagi dan disfagia. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan di daerah parafaring, pendorongan dinding lateral faring ke medial, dan angulus mandibula tidak teraba. Pada abses parafaring yang mengenai daerah prestiloid akan memberikan gejala trismus yang lebih jelas Abshirini H et al., 2010; Mckellop JA, 2010. Etiologi Ruang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara : 1 Langsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot tipis M.konstriktor faring superior yang memisahkan ruang parafaring dari fosa tonsilaris. Universitas Sumatera Utara 2 Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal dan mastoid. Vertebra servikal juga dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses. 3 Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula Fachruddin D, 2007. Gejala dan tanda Gejala klinis utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitsr angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring, sehingga menonjol ke arah medial Fachruddin D, 2007. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala dan tanda klinis. Bila meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen jaringan lunak AP atau CT scan Fachruddin D, 2007.

2.5.4 Abses Submandibula

Pasien biasanya akan mengeluh nyeri di rongga mulut, air liur banyak, Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan di daerah submandibula, fluktuatif, lidah terangkat ke atas dan terdorong ke belakang, angulus mandibula dapat diraba. Pada aspirasi didapatkan pus. Ludwig’s angina merupakan sellulitis di daerah sub mandibula dengan tidak ada fokal abses. Biasanya akan mengenai kedua sisi submandibula, air liur yang banyak, trismus, nyeri, disfagia, massa di submandibula, sesak nafas akibat sumbatan jalan nafas oleh lidah yang terangkat ke atas dan terdorong ke belakang Murray A.D, 2011; Mckellop JA, 2010. Etiologi Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain.Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob Fachruddin D, 2007. Universitas Sumatera Utara Gejala dan tanda Pada Abses submandibula terdapat demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan atau dibawah lidah, mungkin berfluktuasi. Trismus sering ditemukan Fachruddin D, 2007

2.5.4 Angina ludovici