Landasan Hukum Pembangunan Infrastruktur di Bidang Pekerjaan

30 Secara tidak langsung, pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman akan mendukung produktivitas sektor ekonomi lainnya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kondisi sosial-budaya kehidupan masyarakat melalui efek berganda. Sedangkan secara langsung terkait sektor konstruksi, infrastruktur pekerjaan umum juga akan menciptakan kesempatan kerja dan usaha. Oleh karena itu, keberadaan infrastruktur yang baik akan dapat mendorong terciptanya stabilitas berbagai aspek dalam masyarakat guna menunjang laju pembangunan nasional. Keberadaan infrastruktur telah terbukti berperan sebagai instrumen bagi pengurangan kemiskinan, pembuka daerah terisolasi, dan mempersempit kesenjangan antarwilayah. Dengan demikian, investasi infrastruktur baik dari pemerintah maupun swasta dan masyarakat perlu terus didorong guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor riil, penyerapan tenaga kerja guna mengurangi pengangguran dan kemiskinan, serta menumbuhkan investasi sektor lainnya.

B. Landasan Hukum Pembangunan Infrastruktur di Bidang Pekerjaan

Umum Penyelenggaraan infrastruktur Pekerjaan Umum telah tertuang dalam sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang selanjutnya disebut sebagai UU Penataan Ruang, Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air selanjutnya disebut sebagai UU Sumber Daya Air, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan selanjutnya disebut sebagai UU Jalan, maupun Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Selanjutnya disebut sebagai UU Universitas Sumatera Utara 31 Bangunan Gedung. Sumber daya air dikategorikan sebagai infrastruktur keairan, misalnya sistem air bersih, irigasi, drainase, pengendalian banjir, dan sebagainya. 31 31 Ibid ., hlm. 122. Bahkan didalam Undang-Undang Perumahan Permukiman yang dikeluarkan pada tahun 1992, telah diamanatkan pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup terkait dengan pembangunan dan penataan Perumahan Permukiman. Dari regulasi-regulasi tersebut, penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum diharapkan dapat menjaga kualitas lingkungan selain juga mengurangi dampak buruk yang terjadi, terutama terhadap pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dalam skala menengah dan besar. Hal ini karena didalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur skala menengah dan besar, singgungan terhadap faktor lingkungan sangat rentan terjadi, sehingga diperlukan suatu dokumen pengelolaan lingkungan agar dapat menekan seminimal mungkin dampak besar dan negatif yang timbul karena pembangunan infrastruktur. Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum terkait dengan pengelolaan dan pengendalian lingkungan adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10PRTM2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha danatau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri ini merupakan tambahan dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha danatau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Universitas Sumatera Utara 32 Implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum yang berwawasan lingkungan tersebut sepenuhnya harus didukung oleh pengembangan dan penelitian teknologi terapan yang berwawasan lingkungan dalam setiap pelaksanaan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman harus menjadi komitmen seluruh pelaku pembangunan bidang pekerjaan umum. Pemerintah perlu menyelenggarakan perencanaan dengan mantap, termasuk menetapkan kebijakan pelaksanaan dan pengawasan yang efektif, sehingga tercapai tujuan pembangunan nasional sebagai konsekuensi adanya kegiatan penanaman modal di Indonesia. Dengan pendekatan ini, maka investor dapat diarahkan ke prioritas pembangunan. Untuk menyatukan antara kepentingan investor dengan negara-negara penerima modal harus disadari tidak mudah. Artinya, apabila negara penerima modal terlalu ketat dalam menentukan syarat penanaman modal investor, mungkin saja para investor tidak akan datang lagi bahkan bagi investor yang sudah ada pun bisa jadi akn merelokasikan perusahaannya. Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian. 32 Kepastian dan perlindungan hukum serta rasa aman sangat diperlukan para investor akan menanamkan investasinya. Tanpa adanya hal tersebut maka akan mustahil para investor mau menanamkan modalnya di suatu negara. Setiap investor khususnya investor asing selalu menanyakan tentang kepastian hukum dan perlindungan hukum serta rasa aman tersebut. Negara penerima modal juga 32 N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal Indonesia dalam Menghadapi Era Global Malang: Bayumedia Publishing, 2003, hlm. 11. Universitas Sumatera Utara 33 selalu mengatakan bahwa negaranya siap menjamin kepastian, perlindungan hukum, serta rasa aman tersebut. Bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk dilakukan investasi, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing. Biasanya dalam penanaman investasi, khususnya investasi asing ada beberapa bidang usaha yang tidak diperkenankan sama sekali untuk dilakukan investasi dan ada juga bidang usaha yang diwajibkan untuk melakukan kerja sama antara modal asing dengan modal domestik. Pelaku usaha memerlukan syarat esensial ketika berbisnis dan prasyarat bagi setiap transaksi bisnis, yaitu adanya kepastian hukum legal certainty. 33 Ketidakpastian hukum dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan di atasnya, atau aturan yang dibuat tidak mengindahkan peraturan atau tidak mencabut peraturan sebelumnya untuk aspek yang sama. Terkadang juga peraturan dibuat berlaku surut, proses pengambilan keputusan pejabat negara yang tidak konsisten dan tidak transparan. Semua hal tersebut membuat pengusaha atau investor merasa berada di persimpangan jalan, menimbulkan perasaan tidak adanya kepastian hukum dan ketidakpastian usaha. 34 33 Ningrum Natasya Sirait, “Mencermati Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Dalam Memberikan Kepastian Hukum Bagi Pelaku Usaha”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22, Yayasan Perigembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2003, hlm. 60. 34 Ridwan Khairandy, “Peranan Perusahaan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam Ahli Teknologi di Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Nomor 5, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2003, hlm. 51. Universitas Sumatera Utara 34

C. Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Infrastruktur di Bidang Pekerjaan Umum