1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur
mencerminkan adanya investasi dan investasi yang merata mencerminkan adanya pembangunan infrastruktur yang memadai dan mampu melayani pergerakan
ekonomi. Dalam rangka meningkatkan investasi pemerintah telah sejak lama membuat berbagai kebijakan pemberian fasilitas bea masuk dalam bentuk
penangguhan, pembebasan, keringanan, hingga bea masuk yang ditangguh pemerintah. Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha yang memerlukan
penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga menentukan besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal
asing. Hal ini dilakukan agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai.
1
Penanaman modal di Indonesia sendiri dikenal pertama kali melalui kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda yang memperkenalkan masuknya
modal asing Eropa untuk menanamkan usahanya dalam bidang perkebunan pada tahun 1870. Berbagai rangsangan atau insentif dikeluarkan oleh pemerintah
kolonial Belanda yang menarik penanam modal asing swasta Eropa maupun dari negaranya sendiri untuk melakukan usaha di dalam daerah jajahannya melalui
1
Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012, hlm.106.
Universitas Sumatera Utara
2
serangkaian kemudahan seperti memperoleh lahan perkebunan konsesi izin serta ditambah dengan upah buruh yang sangat murah.
2
Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik investasi langsung direct investment maupun investasi tidak langsung portfolio
investmen , sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai konotasi kepada
investasi langsung. Penanaman modal baik langsung atau tidak langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya
mempertahankan nilai modalnya.
3
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal selanjutnya disebut UU Penanaman Modal
dikemukakan, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
4
Para pendiri republik ini jika dicermati secara seksama memiliki cita-cita yang sungguh menakjubkan yakni bagaimana menyejahterakan masyarakat. Hal
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal asing adalah
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan
modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
2
Jochen Ropke, Kebebasan yang Terhambat: Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesia
Jakarta: Gramedia, 1986, hlm. 157.
3
Ida Bagus Rahmdi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006, hlm. 1.
4
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
3
ini dapat dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, namun
memerlukan kerja keras semua pihak. Sarana yang dicapai dalam memperoleh tujuan tersebut, yakni melalui pranata pembangunan. Untuk melaksanakan
pembangunan tersebut tidak dapat dipungkiri membutuhkan modal yang tidak sedikit. Apabila hanya mengandalkan modal dan sumber dana pemerintah, hampir
dapat dipastikan agak sulit mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh para pendiri republik ini. Maka dari itu perlu dicari sumber dana lain. Salah satu sumber modal
yang dapat dimanfaatkan adalah melalui prannata hukum penanaman modal. Melalui pranata hukum penanaman modal diharapkan ada payung hukum yang
jelas bagi investor jika ingin menanamkan modalnya.
5
Peranan penanam modal cukup signifikan dalam membangun perekonomian, tidaklah mengherankan jika di berbagai negara dalam dekade
terakhir ini, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang berusaha secara optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing. Di
lain pihak, dari sudut pandang investor adanya keterbukaan pasar di era globalisasi membuka peluang untuk berinvestasi diberbagai negara. Tujuannya
sudah jelas yakni bagaimana mencari untung, sedangkan negara penerima modal berharap ada partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan
nasionalnya.
6
Mengingat adanya perbedaan sudut pandang antara investor dengan penerima modal, dirasa perlu untuk mengakomodasikan kedua kepentingan
5
Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 4.
6
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut dalam suatu norma yang jelas. Untuk itu, perlu dicari hubungan antara motif investor mencari untung dengan tujuan negara penerima modal yakni usaha
untuk mencapai tujuan pembangunan nasionalnya. Agar investor mau menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. Investasi secara
langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal.
7
Semua negara khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing. Modal asing tersebut merupakan suatu hal yang semakin penting bagi
pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan,
telekomunikasi, teknologi informasi, jaringan transportasi, dan sektor-sektor kehidupan lainnya menyebabkan arus informasi semakin mudah dan lancar antar
individu maupun antar kelompok. Semakin mengglobalnya dunia bisnis, maka aliran modal pun akan cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Modal
akan berhenti atau tepatnya investor akan menanamkan modalnya di tempat yang peluang investasinya cukup kondusif. Untuk itu penerima modal harus
menyiapkan berbagai sarana dalam menarik investor. Artinya persaingan dalam merebut calon investor semakin terbuka dan penuh kompetisi. Oleh karena itu,
sudah tidak dapat lagi hanya mengandalkan keunggulan komparatif semata tidak hanya memiliki sumber daya alam dan mempunyai tenaga kerja yang murah,
7
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Pemberlakuan UU Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
5
akan tetapi harus dapat menciptakan iklim yang kondusif dan sehat sehingga meningkatnya daya saing Indonesia sebagai tujuan penanaman modal.
8
Infrastruktur merujuk pada sistem phisik yang meyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan sistem pendukung utama fungsi-
fungsi sitem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu faktor yang dijadikan parameter untuk menilai apakah tempat
berinvestasi kondusif atau tidak, yakni adanya kepastian hukum. Artinya apakah pelaku usaha dalam menjalankan usahanya dijamin oleh peraturan perundang-
undangan yang jelas. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi oleh Indonesia yang sudah ada di depan mata adalah bagaimana menciptakan iklim investasi
yang kompetitif dengan negara-negara lain yang juga tengah berupaya untuk menarik investor masuk ke negaranya. Kesulitan dalam penyediaan infrastruktur
sudah mulai berlangsung sejak lama. Persoalan-persoalan yang muncul antara lain meliputi keterbatasan dana dari pemerintah, peningkatan penduduk yang terus
berlangsung terutama di kota-kota besar, krisis ekonomi di era otonomi, euforia otonomi yang cenderung kebablasan dari kabupatenkota menjadi beberapa
penyebab perkembangan infrastruktur kalah cepat dibandingkan dengan dinamika pertumbuhan yang ada. Di negara-negara maju, tingkat pertumbuhan penduduk
dan urbanisasi relatif rendah, dengan demikian kota tidak mengalami perubahan atau berkembang.
8
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Pembahasan Dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Bandung: Nuansa Aulia, 2007, hlm.24.
Universitas Sumatera Utara
6
Sistem infrastruktur dapat didefenisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur- struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang
dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sitem ekonomi masyarakat.
9
Jumlah investasi yang diinvestasikan di Indonesia cukup tinggi pada masa orde baru. Hal ini disebabkan stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan
pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keadaan aman dan terkendali sehingga para investor mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dalm
berusaha di Indonesia. Sementara itu, sejak terjadi reformasi jumlah investasi baik domestik maupun asing mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini terlihat
pada data BKPM periode Januari-Oktober 2004 jumlah investasi asing sebanyak Setiap negara terutama yang sedang berkembang termasuk Indonesia
dalam rangka mewujudkan cita-cita politiknya menempuh pembangunan nasional yang bertahap. Untuk itu diperlukan biaya yang sangat besar yang bersumber dari
dalam negeri maupun luar negeri. Berbagai bentuk dan cara pemanfaatan sumber luar negeri ditempuh oleh masing-masing negara. Antara lain berupa bantuan
keuangan, bantuan ahli, bantuan program dan proyek, bantuan teknologi, pinjaman modal yang berupa kredit, penanaman modal asing dan kegiatan
operasional perusahaan multinasional. Semuanya itu dilakukan secara selektif menurut relevansi kepentingan tujuan, berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam tahapan pembangunan nasional mempunyai peranan khusus sesuai dengan modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang
dibawanya serta.
9
Robert J Kodoatie, Pengantar Manajemen Infrastruktur Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
7
8,85 miliar dolar AS, dengan jumlah proyek sebanyak 969 proyek, sedangkan sebelum reformasi, yaitu pada tahun 1995 jumlah investasi asing yang ditanamkan
di Indonesia sebanyak 39.891 miliar dolar AS, sedangkan jumlah proyeknya sebanyak 783 proyek pada tahun 1995. Ini disebabkan negara dalam keadaan
stabil. Ini menunjukkan bahwa dalam orde reformasi jumlah investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan, sedangkan sebelum reformasi jumlah
investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
10
Jumlah realisasi investasi asing langsung pada tahun 2006 ke Indonesia sebanyak 4,69 miliar dolar AS dengan jumlah proyek sebanyak 801 proyek.
Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 45,91 dari tahun 2005, sedangkan jumlah proyeknya turun sebesar 3,61. Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal BKPM mengemukakan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan investasi di Indonesia adalah pertama, menurunnya komitmen investasi tahun 2004 dan
2005 dibandingkan tahun 2003. Kedua, kenaikan harga bahan bakar minyak yang mendorong kenaikan nilai investasi dan ongkos produksi. Ketiga, krisis
ketenagalistrikan di sepuluh wilayah di Indonesia. Keempat, krisis gas di Jawa Barat dan Jawa Timur sehingga menunda ekspansi usaha. Kelima, masalah
perburuhan. Keenam, harmonisasi tarif pajak.
11
Perubahan yang radikal diperlukan untuk meningkatkan jumlah investasi yang ditanamkan oleh investor di Indonesia, diperlukan adanya perubahan yang
radikal. Salah satunya adalah perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 1
10
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm. 96.
11
Ibid. , hlm. 98.
Universitas Sumatera Utara
8
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Alasan perlunya perubahan
kedua undang-undang ini adalah karena tidak sesuai lagi dengan tantangan dan kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian nasional, melalui
konstruksi pembangunan hukum nasional di bidang penanaman modal yang berdaya asing dan berpihak kepada kepentingan nasional.
Pemerintah telah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Penanaman Modal dan pada tanggal 29 Maret 2007 di tahun 2006, RUU tersebut
telah disahkan oleh DPR RI. Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal ini telah ditetapkan menjadi undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Dimana undang-undang ini terdiri atas 14 bab dan 40 pasal. Sejak disahkan UU Penanaman Modal oleh DPR pada tanggal 29
Maret 2007, sudah ada tiga negara yang telah menawarkan diri untuk menanamkan investasinya di Indonesia diantaranya adalah Korea Selatan, Cina,
dan Jepang. Ketiga negara tersebut tertarik menanamkan investasinya di Indonesia disebabkan UU Penanaman Modal adalah dimaksudkan untuk memberikan
kepastian hukum, transparansi, tidak membeda-bedakan investor, serta memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar negeri.
Hukum investasi mengatur hubungan antara investor dengan penerima modal. Status investor dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu investor
asing dan investor domestik. Investor asing merupakan penanam modal yang berasal dari luar negeri, sedangkan investor domestik merupakan penanam modal
yang berasal dari dalam negeri. Hubungan antara investor dengan penerima modal
Universitas Sumatera Utara
9
sangatlah erat karena investor sebagai pemilik modaluang akan bersedia menanankan investasinya di negara penerima modal, dan negara penerima modal
harus dapat memberikan kepastian hukum, perlindungan hukum, dan rasa aman bagi investor dalam berusaha.
12
Pembentukan UU Penanaman Modal harus didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga dapat
meningkatkan daya tarik sehingga Indonesia menjadi negara tujuan investasi. Hal tersebut mulai dilakukakan dengan mengganti kebijakan investasi yang dulunya
tertutup atau sangat dibatasi dengan kebijakan yang lebih terbuka menerapkan asas nondiskriminasi dan perlakuan yang sama antara modal dalam negeri dan
modal asing. Dengan dihasilkannya daftar negatif investasi hingga mencakup sejumlah kecil bisnis saja yang terkait dengan kesehatan, pertanahan, keamanan
dan lingkungan hidup. Kemudian dilanjutkan dengan UU Penanaman Modal yang mengatur hal-hal yang penting, yang mencakup semua kegiatan penanaman modal
langsung disemua sektor yang meliputi kebijakan dasar penanaman modal, bentuk keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang
diwujudkan dengan pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal dan tanggung jawab penanam modal serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan
perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang didalamnya mengatur mengenai kelembagaan urusan pananaman modal dan
ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Dalam Pasal 18 sampai degan Pasal 24 UU Penanaman Modal, ditentukan bahwa investor, baik domestik
12
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op. Cit., hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
10
maupun asing yang menanamkan investasinya di Indonesia diberikan fasilitas atau kemudahan-kemudahan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam
penulisan skripsi ini akan diberi judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Fasilitas Keringan Bea Masuk Bahan Baku Bagi Kegiatan Investasi Asing Dalam
Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum.”
B. Perumusan Masalah